(Business Lounge – News & Insight) Investasi luar negeri Tiongkok mengalami peningkatan hampir dua kali lipat tahun-ke-tahun hingga menjadi US $ 9,79 miliar (117 triliun rupiah) pada bulan September. Angka ini melebihi dana yang masuk ke negara tersebut. Demikian berita yang didapat dari pemerintah Tiongkok seperti yang dilansir oleh AFP. Walaupun kondisi perekonomian Tiongkok sebenarnya mulai pulih dari posisi terendah.
Sedangkan angka investasi asing langsung (foreign direct investment – FDI) di luar sektor keuangan, yang masuk ke Tiongkok mencapai US $ 9,01 miliar (108 triliun rupiah) pada bulan yang sama. Kementerian perdagangan Tiongkok telah merilis data tersebut. Naik hanya 1,9 persen tahun-ke-tahun, walaupun peningkatan yang terjadi pada bulan Agustus cukup signifikan, mencapai US $ 7,20 miliar.
Tiongkok telah aktif mengakuisisi aset asing, khususnya energi dan sumber daya, untuk daya ekonomi, dengan mendorong perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan luar untuk mendapatkan akses pasar dan pengalaman internasional.
Investasi langsung luar negeri (overseas direct investment – ODI) naik 90,5 persen pada September, dan hal tersebut dapat melebihi FDI tahun ini. Untuk sembilan bulan pertama jumlah ODI mencapai US $ 74,96, atau naik 21,6 persen, dengan FDI sebesar US $ 87,36, turun 1,4 persen. Selama periode tersebut, investasi Tiongkok ke Uni Eropa melonjak 218 persen menjadi US $ 9,0 miliar, demikian disampaikan kementerian tersebut.
Investasi ke Jepang juga melonjak 150 persen, investasi ke Rusia naik 69,7 persen, dan investasi ke Hong Kong naik 19,5 persen. Sedangkan investasi ke AS naik 28,2 persen menjadi US $ 3,95.
Juru bicara Kementerian Shen Danyang menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat di ODI bertujuan untuk menciptakan “kekuatan pasar yang kuat.” Tiongkok memang membutuhkan untuk berinvestasi di luar negeri selain juga memenuhi permintaan dari negara tujuan yang seiring dengan dukungan kebijakan dari Beijing dan pemerintah asing. Investasi luar negeri Tiongkok dan kerjasama dengan negara lain diharapkan akan mempertahankan momentum pembangunan yang cepat di masa depan, demikian diyakini pemerintah Tiongkok.
Dalam sembilan bulan pertama FDI dari Jepang turun 43.0 persen menjadi US $ 3,39, FDI dari US turun 24,7 persen menjadi US $ 2,17, FDI dari Uni Eropa turun 18,8 persen menjadi US $ 4,84, dan FDI dari kelompok ASEAN turun 13,7 persen menjadi US $ 4,90 miliar. Namun FDI dari Korea mengalami kenaikan 32,5 persen menjadi US $ 3,23 dan FDI dari Inggris naik 32,3 persen menjadi US $ 1,01.
Pihak berwenang Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir ini telah meluncurkan undang-undang anti-monopoli, pada sektor-sektor mulai dari manufaktur mobil dan obat-obatan untuk susu bayi. Hal ini menimbulkan keprihatinan di kalangan investor bahwa Beijing akan menargetkan perusahaan di luar negeri, namun hal ini telah dibantah pemerintah Tiongkok.
Tidak dapat disangkali bahwa adanya penurunan daya tarik Tiongkok sebagai tujuan investasi dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini terkait dengan meningkatnya biaya tenaga kerja dan lahan juga persaingan dari negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam. Para pejabat Tiongkok juga menyalahkan faktor negara asal, misalnya drive Washington yang memindahkan produksi industrinya kembali ke Amerika Serikat.
“Beberapa negara maju dalam beberapa tahun terakhir mempercepat kembalinya beberapa sektor manufaktur untuk meningkatkan perekonomian mereka sendiri dan menciptakan lapangan kerja,” kata juru bicara Bea Cukai Zheng Yuesheng seperti dilansir oleh AFP.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana