Terlihat dalam foto di atas Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (kanan) didampingi Menteri Transportasi Hishammuddin Hussein memberikan keterangan kepada jurnalis di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (15/3). Najib mengatakan bahwa hilangnya pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH370 disengaja oleh oknum yang membawa pesawat jet itu kembali ke Malaysia dan terbang ke barat.
Dia mengatakan kasus hilangnya MH370 kini dikategorikan sebagai investigasi kriminal. Penyelidik “sekarang sangat yakin” bahwa satu atau lebih penumpang dalam pesawat Boeing 777 tersebut sengaja mematikan sistem sinyal MH370 setelah lepas landas selama 40 menit dari Kuala Lumpur. MH370 tiba-tiba berubah arah ke barat, menjauhi rute yang diijinkan untuk menuju Beijing. Sejak berubah haluan, MH370 “terus mengambil arah sesuai dengan instruksi seorang di atas pesawat,” kata Najib dalam sebuah konferensi pers.
Pemerintah Malaysia mengatakan pesawat MH370 milik Malaysia Airlines sengaja terbang dalam rute yang berbeda. Selain mengubah arah investigasi, penemuan ini membuat jalur pencarian baru meluas dan menjadi lebih kompleks. Hal ini membuat keluarga penumpang pesawat serta publik harus menunggu lebih untuk mendapat jawaban nasib pesawat tersebut.
Pencarian internasional prioritas tinggi atas MH370 juga dialihkan ke dua area luas di Teluk Bengal hingga bagian selatan Samudera India. Sebelumnya upaya pencarian difokuskan di Laut Cina Selatan dan Teluk Thailand tanpa membuahkan hasil satu pun.
Pengamat aviasi mengatakan nasib MH370 akan tetap jadi misteri jika bangkai pesawat, catatan data penerbangan, dan perekam suara kokpit tidak ditemukan.
Seiring dengan berubahnya wilayah pencarian, penyelidik terus menganalisa radar dan data satelit. Ini untuk lebih memahami rute penerbangan MH370 yang hilang dari pantauan radar pengendali lalu lintas udara pada Sabtu pekan lalu.
Setelah hilang dari radar, MH370 sempat terbang selama 6,5 jam sambil terus mengirimkan sinyal lokasi terbatas ke satelit komunikasi milik Inmarsat PLC. Menurut sumber, berdasarkan sinyal terakhir yang dikirim MH370, pesawat itu memiliki bahan bakar yang cukup untuk terbang ratusan mil tanpa terdeteksi satelit.
Jalur pencarian baru MH370 ini rupanya lebih rumit ketimbang Laut Cina Selatan “yang area pencarian dan perbatasan antar negaranya jelas,” kata Komandan William Marks, humas armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), kepada Fox News. Area baru ini “sangat berbeda” karena “hampir tidak ada batasan di sana”. Luasnya area pencarian ini “tidak pernah dilakukan” oleh Angkatan Laut atau badan lainnya.
AS mengerahkan USS Kidd –kapal perusak rudal berawak –dan beberapa helikopternya untuk membantu mencari MH370. Sepasang pesawat canggih yang sanggup mencari dalam jarak jauh juga turut dikirim AS.
“Ini pasti akan memakan waktu lama,” kata Mark Rosenker, mantan wakil komisaris Badan Keamanan Transportasi Nasional AS (NTSB).
“Tugasnya besar,” kata konsultan keamanan Curt Lewis. Menurutnya investigasi MH370 ini serupa dengan pencarian Air France Flight 447 yang jatuh di Samudera Atlantik pada 2009. Tapi dalam kasus itu penyelidik memiliki serangkaian data soal sistem pesawat sebelum jatuh. Perkiraan lokasi kejatuhan pesawat juga diketahui.
Untuk MH370, kasusnya lebih sulit dengan risiko yang jauh lebih besar karena pesawat itu diduga dibajak atau menjadi korban aksi terorisme.
Tak sesuai laporan media sebelumnya, pencarian MH370 kali ini tidak mendekat ke Perth, Australia. Berdasarkan ketinggian, kecepatan, dan jumlah bahan bakar, pesawat Boeing 777-200 memang dapat terbang dari Malaysia ke pesisir Australia terdekat. Pencarian kali ini mencakup daratan Pakistan, Afghanistan, dan negara tetangga.
Menurut Michael Barr, ahli keamanan aviasi yang berafiliasi dengan University of Southern California, kemungkinan mendapati potongan pesawat kecil sampai sebelum musim gugur.
Barr mengatakan, luas pencarian di Samudera India sangat besar dan jarak yang ditempuh menantang. Pesawat pencari canggih AS yang terlibat dalam pencarian MH370 pun hanya dapat menempuh sekitar setengah dari luas Samudera India sebelum mengisi ulang bahan bakar.
Arum/Journalist/VM/BL
Editor: Iin Caratri
Foto: Antara