Elon Musk

Elon Musk dan Fantasi Teknologi: Dari Mobil Terbang hingga Pabrik Chip Raksasa

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Dengan disahkannya paket kompensasi senilai US$1 triliun, Elon Musk—CEO Tesla dan sosok paling iconic di dunia bisnis teknologi—kembali menjadi pusat perhatian dunia. Keputusan para pemegang saham yang nyaris bulat mendukung rencana tersebut membuat pria terkaya di dunia ini bukan hanya semakin kaya, tetapi juga semakin berani melontarkan ide-ide besar yang (setidaknya untuk saat ini) terdengar seperti fiksi ilmiah.

Namun, bagi Musk, batas antara imajinasi dan rencana bisnis tampak semakin kabur. Dalam rapat tahunan pemegang saham Tesla pekan ini, ia kembali meluncurkan sederet pernyataan besar yang menggambarkan visinya untuk masa depan—mulai dari mobil terbang hingga produksi robot humanoid dalam skala masif.

Mobil Terbang: Antara Inovasi dan April Mop

Sempat membahas ide mobil terbang di acara podcast Joe Rogan beberapa waktu lalu, Musk kini menargetkan demonstrasi pertama pada 1 April 2026—tanggal yang tentu saja menimbulkan keraguan tersendiri, mengingat reputasinya sebagai penggemar lelucon April Fool’s Day.

Ia menambahkan bahwa produksi akan dimulai sekitar satu tahun setelah uji coba perdana. Namun, secara realistis, tantangan regulasi dan keselamatan penerbangan masih sangat besar. Badan Penerbangan Federal AS (FAA) masih meninjau bagaimana kendaraan udara pribadi dapat diintegrasikan dengan pola penerbangan komersial di ketinggian 2.000–3.000 kaki, serta menentukan siapa yang berhak mengoperasikannya.

“Teks Sambil Nyetir”: Fitur atau Risiko?

Dalam pembahasan tentang fitur Full Self-Driving (FSD) Tesla, Musk menyebut bahwa perusahaan kini “hampir siap” mengizinkan pengemudi untuk mengirim pesan atau melihat ponsel saat mode FSD aktif.

Jika benar terjadi dalam “satu atau dua bulan ke depan” seperti klaim Musk, hal itu akan menjadi langkah berani—dan kontroversial. Sebab, regulasi di banyak negara bagian AS masih melarang penggunaan ponsel saat berkendara, apa pun teknologinya.

Bagi Musk, langkah ini mungkin bagian dari ambisi meyakinkan publik bahwa sistem autopilot Tesla benar-benar mampu “mengemudi sendiri”. Namun bagi pengamat, ini justru menimbulkan pertanyaan etis dan keselamatan baru.

Robot Humanoid dan Dunia Tanpa Penjara

Di tengah berbagai proyek besar Tesla, Musk tampak paling bersemangat ketika berbicara tentang Optimus, robot humanoid buatan Tesla. Ia menegaskan bahwa produksi Optimus akan “meningkat lebih cepat dari apa pun dalam sejarah manusia.”

Tahap awal dimulai dari produksi satu juta unit, kemudian 10 juta, dan pada akhirnya—klaimnya—Tesla akan mampu membuat satu miliar robot per tahun.
Lebih jauh lagi, Musk bahkan menggambarkan dunia masa depan di mana robot semacam ini akan “menghapus kebutuhan akan penjara”, karena mereka akan mengikuti para pelaku kriminal untuk mencegah tindakan kejahatan di masa depan.

Gagasan itu terdengar futuristik—atau distopis—tergantung dari sudut pandang siapa yang mendengarkan.

Pabrik Chip Raksasa: Infrastruktur Masa Depan

Untuk menopang semua ambisi besar tersebut, Musk menilai Tesla harus memiliki pabrik semikonduktor raksasa milik sendiri. Menurutnya, bahkan proyeksi suplai chip terbaik dari pemasok saat ini masih belum cukup untuk kebutuhan Tesla di masa depan.

Ia membayangkan fasilitas produksi dengan kapasitas awal 100.000 wafer per bulan, dan dalam jangka panjang bisa meningkat hingga 1 juta wafer per bulan.
Jika terealisasi, langkah ini akan menempatkan Tesla tidak hanya sebagai produsen mobil listrik dan robot, tetapi juga sebagai pemain utama di industri semikonduktor global.

Visi, Realitas, dan Nilai Pasar

Meski disampaikan dengan gaya teatrikal khas Musk, ide-ide tersebut tetap memicu perdebatan di kalangan investor dan analis. Saham Tesla justru turun 3,5% sehari setelah pengumuman, mencerminkan sentimen hati-hati pasar terhadap visi yang sulit diverifikasi.

Namun, bagi Musk, skeptisisme bukan hal baru. Ia telah berulang kali membuktikan bahwa showmanship bisa menjadi strategi bisnis: menarik perhatian publik, memantik imajinasi, dan—pada akhirnya—menggerakkan nilai perusahaan.

Dalam gaya khasnya yang hiperbolik, Elon Musk kembali memperlihatkan bahwa dalam dunia teknologi, antara mimpi besar dan ilusi tipis sekali jaraknya.
Pertanyaannya kini: apakah semua ini akan menjadi kenyataan, atau sekadar bab berikutnya dalam saga ambisius sang “teknoking” abad ini?