(Business Lounge – Automotive) Dalam lanskap kecerdasan buatan dan otomotif yang semakin dinamis, kabar mengenai pembicaraan antara Nvidia dan Wayve untuk investasi senilai sekitar 500 juta dolar AS mencuri perhatian para pelaku industri. Menurut laporan Financial Times yang pertama kali mengungkap pembicaraan ini, investasi tersebut akan ditempatkan dalam putaran pendanaan Wayve berikutnya, sebuah startup asal London yang fokus pada pengembangan teknologi kendaraan otonom berbasis end-to-end AI. Jika kesepakatan ini benar-benar terwujud, langkah itu akan memperkuat posisi Nvidia sebagai pemasok utama chip dan infrastruktur komputasi bagi perusahaan yang berlomba menguasai masa depan mobil tanpa pengemudi.
Wayve, yang berdiri pada 2017, mengusung pendekatan berbeda dibanding banyak pesaingnya di sektor mobil otonom. Alih-alih mengandalkan sistem lidar dan peta tiga dimensi yang sangat detail seperti yang dilakukan oleh Waymo atau Cruise, Wayve menggunakan metode berbasis pembelajaran mesin end-to-end. Pendekatan ini memungkinkan sistem kendaraan belajar dari data video serta sensor sederhana untuk membuat keputusan dalam lalu lintas nyata. Menurut laporan Bloomberg, Wayve telah berhasil menunjukkan kemampuan teknologinya dalam mengoperasikan kendaraan di jalan-jalan kompleks di kota besar seperti London tanpa intervensi manusia, meski teknologinya masih jauh dari adopsi massal.
Bagi Nvidia, keterlibatan dalam Wayve bukan hanya soal menambah portofolio investasi, melainkan juga memperdalam integrasi produknya dalam ekosistem otomotif. Nvidia saat ini mendominasi pasar GPU yang menjadi fondasi utama pelatihan model-model AI berskala besar. Perusahaan ini juga memiliki platform Drive Orin dan Drive Thor, chip otomotif yang didesain untuk mendukung komputasi kendaraan cerdas. Dengan menanamkan modal di Wayve, Nvidia berpotensi memastikan bahwa teknologi Wayve akan lebih erat menggunakan solusi perangkat keras dan perangkat lunak miliknya. Seperti dilaporkan Reuters, strategi semacam ini telah terbukti efektif ketika Nvidia bermitra dengan raksasa otomotif seperti Mercedes-Benz dan Hyundai dalam proyek kendaraan masa depan.
Wayve sendiri saat ini didukung oleh sejumlah investor besar, termasuk Microsoft, Virgin, dan Baillie Gifford. Pada 2022, Microsoft menanamkan modal strategis untuk mendukung pengembangan teknologi Wayve di layanan komputasi awan Azure, terutama untuk melatih model-model AI skala besar. Menurut The Verge, keberhasilan Wayve menarik Nvidia dalam daftar investornya akan menjadi validasi tambahan atas pendekatan teknologi yang dianggap tidak konvensional dibanding para pesaing.
Namun, prospek investasi ini tidak datang tanpa risiko. Industri mobil otonom secara keseluruhan sedang menghadapi periode ketidakpastian. Perusahaan-perusahaan besar seperti Ford dan Volkswagen baru-baru ini menghentikan dukungan terhadap unit Argo AI setelah menilai jalan menuju profitabilitas masih terlalu panjang. Cruise, unit milik General Motors, juga menghadapi gelombang kritik dan pengawasan regulator setelah serangkaian kecelakaan melibatkan kendaraan uji mereka di San Francisco. Menurut laporan Wall Street Journal, insiden ini telah memperlambat adopsi teknologi otonom di Amerika Serikat dan menimbulkan pertanyaan serius tentang keselamatan serta kesiapan infrastruktur hukum.
Di sisi lain, para analis melihat bahwa fokus Wayve pada software-first approach justru bisa memberi keuntungan jangka panjang. Alih-alih membangun armada kendaraan sendiri, Wayve memosisikan diri sebagai penyedia teknologi yang bisa diintegrasikan ke berbagai produsen mobil global. CNBC menekankan bahwa model bisnis seperti ini lebih ringan dari sisi aset dan memungkinkan perusahaan beradaptasi lebih cepat di tengah perubahan regulasi. Dengan dukungan Nvidia, Wayve bisa mempercepat komersialisasi sekaligus memperluas kemitraan dengan produsen otomotif yang mencari solusi otonom berbiaya lebih efisien.
Bagi Nvidia sendiri, langkah ini juga selaras dengan strategi ekspansinya di luar pasar semikonduktor tradisional. Setelah sukses besar dengan perannya dalam lonjakan kebutuhan komputasi AI generatif, perusahaan yang dipimpin Jensen Huang kini semakin agresif mendorong penerapan GPU dalam berbagai industri, mulai dari kesehatan, robotika, hingga otomotif. Menurut analisis Bloomberg Intelligence, pasar perangkat keras dan perangkat lunak untuk kendaraan otonom bisa bernilai lebih dari 300 miliar dolar AS dalam dua dekade mendatang, sebuah peluang yang ingin diamankan Nvidia sejak dini.
Meski belum ada konfirmasi resmi dari kedua belah pihak, pembicaraan ini menjadi sinyal kuat bahwa ekosistem kendaraan otonom masih terus menarik minat investor strategis, meskipun banyak hambatan di jalannya. Menurut pengamat pasar, kesepakatan senilai 500 juta dolar akan menempatkan Wayve sebagai salah satu startup otomotif dengan valuasi tertinggi di Eropa, sekaligus memperkuat posisi London sebagai pusat inovasi AI dan mobilitas masa depan.
Rencana investasi Nvidia di Wayve bisa menjadi katalis penting bagi arah perkembangan industri kendaraan otonom. Dengan perpaduan modal, teknologi komputasi kelas dunia, dan pendekatan algoritmik inovatif, Wayve berpeluang mempercepat tercapainya kendaraan tanpa pengemudi yang aman, efisien, dan dapat diandalkan. Namun, jalan menuju realisasi visi itu masih panjang, penuh dengan tantangan regulasi, teknis, maupun penerimaan masyarakat. Seperti dicatat oleh Financial Times, kesepakatan ini, jika benar-benar terjadi, akan menjadi taruhan besar yang bukan hanya menentukan masa depan Wayve, tetapi juga memperkuat dominasi Nvidia dalam lanskap AI global yang semakin kompetitif.