(Business Lounge – Global News) DHL kembali menegaskan ambisinya menjadi pemimpin global dalam logistik kesehatan setelah mengumumkan akuisisi terbaru di sektor distribusi medis. Perusahaan logistik asal Jerman itu memperluas jangkauan layanannya di tengah pertumbuhan pesat permintaan rantai pasok kesehatan, seiring meningkatnya kebutuhan pengiriman obat-obatan, peralatan medis, dan produk farmasi berteknologi tinggi yang membutuhkan standar keamanan dan suhu terkontrol.
Menurut laporan Financial Times dan Bloomberg, langkah ini menandai strategi jangka panjang DHL untuk memperkuat divisi DHL Supply Chain yang memang fokus pada industri dengan regulasi ketat seperti farmasi dan bioteknologi. Dengan akuisisi tersebut, DHL tidak hanya menambah kapasitas gudang bersuhu dingin dan armada transportasi khusus, tetapi juga memperluas akses ke jaringan distribusi kesehatan di Amerika Utara dan Eropa. Pasar ini sedang berkembang pesat akibat kombinasi tren demografis, seperti penuaan populasi, dan terobosan medis yang membutuhkan penanganan logistik lebih kompleks.
Kesehatan kini menjadi salah satu segmen paling menjanjikan bagi bisnis logistik. Selama pandemi, DHL sudah membuktikan kapasitasnya dengan mendistribusikan vaksin COVID-19 ke lebih dari 170 negara. Infrastruktur rantai dingin yang dibangun saat itu menjadi fondasi ekspansi layanan saat ini. Seiring perusahaan farmasi meningkatkan skala produksi obat biologis, terapi gen, hingga produk berbasis mRNA, kebutuhan logistik dengan suhu stabil dan waktu pengiriman yang ketat semakin meningkat.
Analis menilai akuisisi ini memperkuat posisi DHL di pasar yang semakin kompetitif. Rival seperti UPS dan FedEx juga meningkatkan investasi di layanan logistik kesehatan, sementara pemain spesialis seperti Marken dan World Courier menguasai ceruk tertentu. Namun, keunggulan DHL terletak pada skala globalnya yang memungkinkan integrasi layanan lintas benua. Dengan demikian, perusahaan bisa menawarkan solusi end-to-end dari pabrik hingga rumah sakit atau klinik, sesuatu yang sulit ditandingi pesaing skala lebih kecil.
Selain infrastruktur fisik, DHL juga berinvestasi besar dalam digitalisasi. Sistem pelacakan real-time, sensor suhu berbasis Internet of Things (IoT), hingga analitik prediktif digunakan untuk memastikan integritas produk selama perjalanan. Menurut laporan Reuters, teknologi ini menjadi faktor penting karena produk farmasi bernilai tinggi bisa mengalami kerugian besar bila rusak akibat deviasi suhu sekecil apapun. Dengan mengombinasikan teknologi dan jaringan global, DHL berharap dapat memperkuat reputasinya sebagai mitra utama bagi perusahaan farmasi global.
Namun, ekspansi ini tidak lepas dari tantangan. Regulasi ketat di berbagai negara terkait distribusi obat dan produk kesehatan menuntut kepatuhan tinggi, sementara biaya operasional rantai dingin relatif mahal. Selain itu, ketidakpastian ekonomi global dapat memengaruhi margin keuntungan. Meski demikian, prospek jangka panjang tetap cerah karena industri kesehatan cenderung lebih tahan terhadap siklus ekonomi dibanding sektor lain.
Bagi pasar, akuisisi ini menunjukkan bahwa DHL sedang memosisikan dirinya lebih agresif di sektor bernilai tambah tinggi. Strategi ini sejalan dengan upaya perusahaan induk, Deutsche Post DHL Group, untuk mengurangi ketergantungan pada bisnis pengiriman tradisional yang lebih tertekan oleh perlambatan e-commerce dan persaingan harga. Dengan diversifikasi ke segmen kesehatan, DHL berharap dapat menjaga pertumbuhan stabil dan memperkuat profitabilitas jangka panjang.