Lynas Himpun Rp7,7 Triliun untuk Perluas Produksi di Malaysia, Proyek Texas Masih Abu-abu

Lynas Rare Earths, produsen logam tanah jarang terbesar di luar Tiongkok, kembali menjadi sorotan. Perusahaan asal Australia ini berhasil menghimpun dana sebesar USD 488 juta (sekitar Rp 7,7 triliun) melalui penerbitan saham baru, untuk mendukung rencana ekspansi di fasilitas pengolahan di Pahang, Malaysia.

Apa Itu Lynas?

Lynas adalah perusahaan pertambangan dan pengolahan rare earth elements (REE) yang berbasis di Australia. REE adalah 17 jenis mineral penting yang digunakan dalam pembuatan magnet berdaya tinggi, kendaraan listrik, turbin angin, hingga perangkat pertahanan. Karena sifatnya yang sangat krusial bagi teknologi modern, REE sering disebut sebagai “vitamin” bagi industri hijau dan militer.
Berbeda dengan banyak pesaingnya, Lynas menjadi pemain kunci karena merupakan satu-satunya produsen dan pemroses logam tanah jarang berskala besar di luar Tiongkok, sehingga memiliki posisi strategis dalam rantai pasokan global.

Memperkuat Pusat Produksi Malaysia

Fasilitas yang menjadi fokus investasi ini adalah Lynas Advanced Materials Plant (LAMP) di Gebeng, Pahang. Pabrik tersebut memproses sekitar 12–15% pasokan global REE, terutama dari tambang Mount Weld, Australia. Baru-baru ini, Lynas berhasil memproduksi dysprosium oksida, menjadikannya produsen pertama di luar Tiongkok yang mengolah REE berat secara komersial.

Selain memperluas kapasitas hingga 1.500 ton per tahun untuk REE berat, Lynas juga berencana memproduksi terbium dalam waktu dekat. Bersamaan, perusahaan menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan Korea Selatan, JS Link, untuk membangun fasilitas magnet super berkapasitas 3.000 ton per tahun di Pahang.

Ketidakpastian Proyek Texas

Meski ekspansi di Asia berjalan mulus, proyek Lynas di Seadrift, Texas, yang sempat didukung Pentagon, kini masih menggantung. Negosiasi mengenai perjanjian pembelian belum selesai, sehingga kelanjutan proyek belum bisa dipastikan.

Tantangan Keuangan

Secara finansial, Lynas menghadapi tekanan. Pada akhir Juni 2025, perusahaan hanya mencatat laba bersih A$ 8 juta, anjlok dibanding tahun sebelumnya yang mencapai A$ 84,5 juta. Meski begitu, pendapatan naik 20% menjadi A$ 556 juta, didorong kenaikan harga NdPr (neodymium-praseodymium) hingga A$ 60,20/kg.

Geopolitik & Masa Depan

Dengan meningkatnya permintaan dari kendaraan listrik, energi terbarukan, hingga pertahanan, langkah Lynas memperluas produksi di Malaysia menjadi krusial. Di tengah dominasi Tiongkok dalam pasokan global REE, Lynas kini dilihat sebagai tumpuan utama bagi negara-negara Barat yang mencari alternatif rantai pasokan.

Dengan meningkatnya permintaan dari kendaraan listrik, energi terbarukan, hingga pertahanan, langkah Lynas memperluas produksi di Malaysia menjadi krusial. Di tengah dominasi Tiongkok dalam pasokan global REE, Lynas kini dilihat sebagai tumpuan utama bagi negara-negara Barat yang mencari alternatif rantai pasokan.