Wolters Kluwer

Wolters Kluwer Perkuat Portofolio AI Lewat Akuisisi Brightflag

(Business Lounge – Global News) Wolters Kluwer, raksasa layanan informasi dan perangkat lunak asal Belanda yang terdaftar di bursa Amsterdam, kembali menunjukkan komitmennya terhadap transformasi digital dunia hukum dengan mengumumkan akuisisi Brightflag, sebuah platform manajemen hukum berbasis kecerdasan buatan (AI), senilai $480 juta atau sekitar €425 juta. Langkah strategis ini dinilai sebagai bagian dari ekspansi ambisius Wolters Kluwer untuk mendominasi pasar solusi hukum perusahaan, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa, dua kawasan dengan potensi pertumbuhan tinggi di sektor legaltech.

Dikutip dari The Wall Street Journal, akuisisi ini mencerminkan strategi jangka panjang perusahaan untuk mengintegrasikan teknologi mutakhir ke dalam solusi-solusi berbasis data yang telah menjadi tulang punggung operasional banyak firma hukum dan departemen hukum perusahaan. Bloomberg menyebutkan bahwa Brightflag, yang didirikan pada tahun 2014 dan berbasis di Dublin, telah menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan ini menyediakan platform berbasis cloud yang membantu manajer hukum perusahaan dalam mengelola pengeluaran hukum, mengotomatisasi pelaporan, dan meningkatkan kolaborasi dengan firma hukum eksternal.

Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan, Brightflag mampu menginterpretasikan dan menganalisis faktur hukum secara otomatis, sebuah tugas yang sebelumnya mengandalkan tenaga manusia dan memakan waktu lama. Menurut Reuters, sebanyak 95 persen dari pendapatan Brightflag bersifat berulang (recurring revenue), dengan sekitar 60 persen berasal dari pelanggan yang berbasis di Amerika Serikat. Pada tahun 2024, Brightflag membukukan pendapatan sekitar €22 juta, mencerminkan pertumbuhan sebesar 36 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Per April 2025, pendapatan berulang tahunan (ARR) perusahaan telah mencapai €27 juta, menunjukkan peningkatan pesat seiring meningkatnya permintaan terhadap efisiensi berbasis AI dalam sektor hukum.

Martin O’Malley, CEO divisi Legal & Regulatory Wolters Kluwer, dalam wawancaranya yang dikutip oleh Financial Times, menyatakan bahwa akuisisi ini merupakan langkah logis dalam evolusi produk digital mereka. “Dengan menggabungkan keahlian Brightflag dalam pengelolaan pengeluaran hukum berbasis AI dengan solusi kami seperti Legisway dan Passport, kami akan dapat menawarkan solusi hukum terintegrasi yang lebih cerdas dan efisien,” ujar O’Malley.

Brightflag sendiri selama ini dikenal sebagai pemain inovatif dalam pasar yang berkembang pesat untuk teknologi hukum (legaltech). Dalam laporan TechCrunch, Ian Nolan, CEO sekaligus salah satu pendiri Brightflag, mengungkapkan antusiasmenya terhadap masa depan perusahaannya di bawah naungan Wolters Kluwer. “Bergabung dengan Wolters Kluwer akan memperluas jangkauan kami secara global dan memungkinkan kami untuk lebih cepat menghadirkan inovasi ke pelanggan kami,” ucapnya. Nolan juga menekankan bahwa visi kedua perusahaan sangat selaras, yakni memberdayakan tim hukum dengan teknologi mutakhir.

Langkah ini juga dinilai sebagai respons terhadap meningkatnya kompleksitas dan tekanan biaya yang dihadapi oleh departemen hukum internal di perusahaan besar. Seiring meningkatnya volume kontrak, litigasi, dan kewajiban kepatuhan, kebutuhan akan sistem yang dapat mengotomatisasi proses administratif dan memberikan wawasan berbasis data menjadi semakin mendesak. Oleh karena itu, integrasi platform seperti Brightflag dengan sistem yang sudah ada di Wolters Kluwer akan memberikan nilai tambah yang signifikan.

Transaksi akuisisi ini diperkirakan akan selesai pada kuartal kedua tahun 2025, tergantung pada penyelesaian berbagai persyaratan regulasi dan persetujuan hukum. Reuters mencatat bahwa seluruh pembayaran dilakukan secara tunai, menunjukkan kekuatan neraca keuangan Wolters Kluwer dan keyakinannya terhadap nilai jangka panjang yang akan dihasilkan dari integrasi ini.

Dalam konteks yang lebih luas, akuisisi ini mencerminkan tren global dalam industri teknologi hukum, di mana perusahaan-perusahaan besar berlomba-lomba memperkuat kapabilitas digital mereka. Menurut Forbes, sejak 2022 terjadi lonjakan investasi dalam perusahaan-perusahaan teknologi hukum yang menawarkan solusi AI, manajemen kontrak, serta pengolahan dokumen otomatis. Hal ini terjadi bersamaan dengan perubahan besar dalam cara departemen hukum bekerja, dari pendekatan tradisional yang berbasis dokumen ke model yang lebih analitis dan berbasis data.

Brightflag bukan hanya sekadar alat otomatisasi faktur; platform ini menyediakan insight tentang pola pengeluaran, kepatuhan terhadap kebijakan hukum internal, hingga performa mitra firma hukum eksternal. Dengan demikian, keputusan akuisisi ini bukan hanya menambah portofolio produk Wolters Kluwer, tetapi juga meningkatkan proposisi nilainya kepada pelanggan yang semakin menuntut solusi hukum berbasis teknologi.

Dari perspektif pasar, langkah ini juga bisa dimaknai sebagai bentuk mitigasi terhadap ancaman disrupsi dari pemain-pemain teknologi murni (pure tech) yang mulai memasuki pasar hukum, seperti perusahaan rintisan (startup) AI dan solusi berbasis blockchain untuk validasi kontrak. CNBC melaporkan bahwa beberapa firma hukum besar bahkan mulai mengembangkan solusi mereka sendiri, membuat persaingan di sektor ini semakin ketat dan cepat berubah.

Dalam beberapa tahun terakhir, Wolters Kluwer memang telah mengalihkan fokusnya dari penerbitan informasi hukum konvensional ke pengembangan platform digital dan solusi yang mendukung keputusan berbasis data. Akuisisi terhadap Enablon, TeamMate, serta CCH Tagetik dalam dekade terakhir memperkuat posisi perusahaan sebagai penyedia solusi teknologi dalam sektor yang sangat teregulasi, seperti hukum, pajak, akuntansi, dan kesehatan. Brightflag menjadi kelanjutan dari strategi ini, dan dengan teknologi berbasis AI yang semakin matang, perusahaan tampak berupaya memosisikan dirinya sebagai pemimpin dalam kategori manajemen hukum digital global.

Sementara itu, investor menyambut baik berita akuisisi ini. Saham Wolters Kluwer dilaporkan naik tipis di pasar Euronext Amsterdam tak lama setelah pengumuman disampaikan. Para analis yang dikutip oleh MarketWatch menyatakan bahwa valuasi yang dibayarkan relatif wajar mengingat pertumbuhan dan potensi ekspansi Brightflag di pasar global.

Namun, akuisisi juga membawa tantangan tersendiri. Integrasi teknologi dan budaya organisasi, terutama di antara perusahaan dengan sejarah dan struktur yang berbeda, tidak selalu berjalan mulus. Beberapa analis menyoroti perlunya perhatian khusus terhadap transisi pelanggan dan proses penyelarasan sistem, agar tidak mengganggu layanan yang sudah berjalan.

Kendati demikian, prospek jangka panjang dari akuisisi ini dinilai positif. Dalam jangka pendek, kontribusi Brightflag terhadap pendapatan Wolters Kluwer mungkin belum signifikan. Namun dalam jangka menengah hingga panjang, penguatan posisi dalam sektor hukum korporat serta percepatan adopsi AI dinilai sebagai nilai strategis yang tinggi.

Dunia hukum berada dalam titik transformasi, dan integrasi AI dalam proses legal bukan lagi sekadar keinginan, tetapi kebutuhan. Wolters Kluwer tampaknya memahami hal ini dengan baik. Dengan menambahkan Brightflag ke dalam portofolio mereka, perusahaan menegaskan bahwa masa depan industri hukum akan dibentuk oleh data, kecerdasan buatan, dan solusi yang mampu menggabungkan keduanya untuk menghasilkan keputusan yang lebih cepat, akurat, dan strategis.

Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap efisiensi dalam operasional hukum, dan perlunya tata kelola pengeluaran yang semakin transparan dan cerdas, langkah Wolters Kluwer membeli Brightflag dapat dibaca sebagai investasi jangka panjang yang tak hanya memberikan keunggulan kompetitif, tetapi juga membentuk arah baru bagi dunia legaltech global.