Nvidia

Nvidia Siap Jadi ‘HRD’ untuk Agen-Agen AI di Dunia Kerja Masa Depan

(Business Lounge Journal – Tech)

Nvidia kembali memperkuat posisinya sebagai pemimpin di bidang kecerdasan buatan dengan meluncurkan desain server baru bernama RTX PRO, yang dirancang untuk menjalankan beban kerja konvensional berbasis arsitektur x86 sekaligus mendukung AI agentic melalui GPU canggih. Peluncuran ini diumumkan dalam ajang GPU Technology Conference (GTC) yang digelar bersamaan dengan Computex 2025 di Taiwan.

CEO dan pendiri Nvidia, Jensen Huang—yang populer di Taiwan dengan nama Jen-Hsun Wang—menggunakan pidato pembukaannya untuk menyampaikan bahwa era AI membutuhkan infrastruktur TI yang jauh berbeda dibanding model tradisional. Namun, ia juga menyadari bahwa perusahaan-perusahaan masih memiliki ketergantungan besar terhadap sistem dan beban kerja yang sudah mereka kenal selama bertahun-tahun, seperti ERP, virtualisasi desktop, hingga aplikasi berbasis Kubernetes.

“Perusahaan tidak akan begitu saja membuang seluruh sistem yang sudah berjalan stabil. Karena itu, kami membangun server yang bisa menjembatani dua dunia—AI masa depan dan infrastruktur TI saat ini,” ujar Huang.

Spesifikasi RTX PRO: Kombinasi GPU Super dan Fleksibilitas x86

Server RTX PRO didesain untuk kompatibilitas penuh dengan Kubernetes, serta hypervisor dari penyedia besar seperti Broadcom, Nutanix, dan Red Hat. Ini memungkinkan organisasi menjalankan aplikasi dan layanan bisnis tradisional, sekaligus memanfaatkan kekuatan pemrosesan AI dari GPU Nvidia generasi terbaru.

Server ini dilengkapi delapan unit GPU NVIDIA RTX PRO 6000 Blackwell Server Edition, yang memiliki spesifikasi luar biasa:

  • 24.064 CUDA cores
  • 752 Tensor cores generasi kelima
  • 188 RT cores generasi keempat
  • Performa hingga 120 TFLOPS pada presisi tunggal FP32

Hal yang membuatnya lebih istimewa, Nvidia menanamkan switch internal berkecepatan 800 Gbps yang memungkinkan komunikasi langsung antar GPU. Fitur ini memungkinkan arsitektur komunikasi GPU-to-GPU yang sangat cepat, serta optimalisasi proses distribusi data melalui platform data AI Nvidia. Data dari penyimpanan eksternal bisa langsung dialirkan ke GPU, mempersingkat waktu pemrosesan dan meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan.

Kompatibel dengan Infrastruktur Lama, Siap untuk Masa Depan

RTX PRO bukan hanya dirancang untuk performa AI yang ekstrem, tapi juga dibangun dengan mempertimbangkan kenyamanan pengelolaan oleh tim TI. Nvidia menjanjikan bahwa penggunaan dan manajemen server ini tidak memerlukan alat atau pendekatan baru. Tim TI bisa mengelola server ini layaknya server tradisional, sekaligus mendapat manfaat penuh dari kemampuan AI generatif dan agentic.

Server RTX PRO dijadwalkan akan tersedia secara komersial melalui mitra Nvidia mulai Juli 2025.

AI Agentic: Nvidia Ingin Jadi ‘Departemen HR’ untuk Agen-Agen Cerdas

Salah satu poin menarik dari presentasi Huang adalah pembahasannya mengenai AI agentic—agen AI otonom yang dapat mengambil keputusan, berinteraksi, dan menjalankan tugas tanpa intervensi manusia secara langsung. Huang menyebut bahwa semua insinyur perangkat lunak di Nvidia sudah menggunakan AI agentic dalam pekerjaan sehari-hari mereka.

Namun, ia juga mengakui bahwa penyebaran teknologi ini secara luas bisa menimbulkan tantangan baru, seperti pengelolaan identitas agen, otorisasi, kolaborasi antar agen, dan kepatuhan terhadap kebijakan organisasi.

Untuk mengatasi hal ini, Huang mengatakan bahwa Nvidia tengah mengembangkan alat-alat yang akan berfungsi seperti departemen sumber daya manusia (HR), tetapi khusus untuk AI agents. Sistem ini akan membantu organisasi mengatur, memantau, dan mengelola agen AI seperti mereka mengelola karyawan manusia.

Blackwell 300 Series dan Masa Depan Komputasi

Dalam kesempatan yang sama, Nvidia juga mengumumkan bahwa lini akselerator Blackwell 300 series untuk desktop dan pusat data akan hadir pada kuartal ketiga 2025. Kehadiran chip ini membuka jalan bagi komputer desktop dengan kekuatan pemrosesan hingga 20 petaFLOPS, sebuah loncatan besar dalam performa komputasi pribadi.

Nvidia bahkan memamerkan prototipe DGX mini-AI-PC, komputer desktop kelas tinggi yang dirancang untuk beban kerja AI skala kecil—memberikan gambaran tentang masa depan workstation AI di rumah dan kantor.

Robot Humanoid: Peluang Triliunan Dolar?

Topik lain yang disoroti Huang adalah robotika, yang menurutnya belum berkembang secara signifikan karena banyak robot saat ini dibuat untuk kebutuhan yang sangat spesifik, mahal, dan tidak mampu mencapai skala produksi masif. Ia percaya bahwa robot humanoid—robot berbentuk manusia—akan menjadi jawaban karena mereka bisa bekerja berdampingan dengan manusia, baik di pabrik maupun di rumah tangga.

“Robot humanoid akan memungkinkan reuse desain dan komponen di berbagai industri. Ini akan membuka jalan bagi skala ekonomi dan percepatan adopsi,” jelas Huang.

Nvidia saat ini aktif mendukung pengembangan platform teknologi dan perangkat lunak yang dapat mempercepat lahirnya robot humanoid generasi baru—yang menurut Huang bisa menjadi peluang pasar bernilai triliunan dolar di masa depan.

Dengan peluncuran RTX PRO, Nvidia berupaya mengokohkan dirinya bukan hanya sebagai penyedia GPU, tapi juga sebagai arsitek utama bagi infrastruktur komputasi masa depan—yang menggabungkan kompatibilitas tradisional dengan kemampuan AI mutakhir. Komitmennya terhadap AI agentic dan robot humanoid semakin menunjukkan visi Nvidia: menjembatani masa kini dengan masa depan digital yang lebih cerdas, otonom, dan terintegrasi.