Ini Dia Strategi AS Hindari Cyberspying Cina

(Business Lounge – Business Today) – Pemerintah Amerika Serikat (AS) diketahui memberikan sejumlah alamat Internet (address) yang terhubung ke terduga peretas Cina kepada penyedia jasa Internet AS awal tahun ini. Upaya ini adalah bagian dari strategi untuk memblokir pengintaian siber (cyberspying), demikian menurut pejabat dan mantan pejabat AS.

Dari upaya tersebut, terlihat bahwa kerja sama antara pemerintah dan perusahaan Internet AS kini makin erat di tengah meningkatnya kekhawatiran akan upaya peretasan oleh Cina. Langkah ini juga menunjukkan keberanian AS jelang pertemuan tingkat tinggi dengan Cina minggu ini di Washington yang antara lain akan membahas keamanan Internet. Kedua negara telah saling lempar tudingan soal cyberspying.

Pada Februari, ketika adu mulut antara Washington dan Beijing soal cyberspying mencapai puncaknya, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) telah memberikan sejumlah address yang terkait dengan kelompok peretas kepada provider Internet. Menurut pemerintah AS, para peretas itu terkait dengan militer Cina. Ini ditujukan untuk memperingatkan provider bahwa traffic dari alamat-alamat tersebut dapat memanfaatkan pihak provider sebagai pintu masuk untuk menyerang jaringan komputer AS.

Saat itu, pemerintah AS mengatakan infiltrasi dari kelompok peretas Cina ke perusahaan AS untuk sementara berkurang. Menurut banyak ahli keamanan Internet, penurunan ini berkat kampanye anti-cyberattack Cina yang terang-terangan disampaikan oleh pemerintahan Obama. Meski demikian kerja sama dengan provider Internet ini juga turut membantu penurunan infiltrasi itu, kata sejumlah pejabat AS.

Beijing telah membantah tudingan AS soal cyberspying. Menurut pejabat AS, yang menolak disebutkan namanya, provider Internet yang diberi address tersebut meliputi sejumlah perusahaan besar berskala nasional.

Sumber mengatakan kerja sama ini masih berlangsung. Namun keberhasilan yang diraih tampaknya hanya berusia pendek. Menurut sumber, peretas dengan cepat mengubah identitasnya di Internet dan kembali menyusup jaringan komputer perusahaan AS. “Salah satu masalahnya adalah jika kami dapat menutup sebuah pintu, mudah bagi mereka untuk membuka pintu lainnya,” ujar sumber.

Menurut perusahaan pelacak peretas asing, mereka tidak melihat adanya penurunan aktivitas dari hacker Cina saat ini. “Masih sibuk seperti biasa,” ujar Richard Bejtlich, direktur keamanan Internet di perusahaan riset cybersecurity Mandiant Corp, merujuk pada tingkat peretasan yang harus dihadapinya sekarang.

Kerja sama pemerintah AS dan provider Internet telah lama menjadi masalah yang rumit. Banyak perusahaan swasta yang enggan bertindak atas perintah Washington lantaran takut dianggap agen pemerintah, demikian menurut sumber. Hubungan dengan pemerintah itu bisa memicu masalah hukum atau hubungan masyarakat, lanjutnya.

Masalah semacam itu muncul saat Edward Snowden, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA), membocorkan dokumen rahasia pemerintah. Salah satu yang dikuak Snowden adalah kerja sama rahasia antara perusahaan telekomunikasi dan perusahaan Internet dengan badan anti-terorisme AS dalam sebuah program pengintaian warga.

Namun kemarahan publik AS soal kerja sama rahasia itu agak teredam oleh kekhawatiran adanya spionase dari pihak asing, terutama dengan adanya peretasan ke perusahaan komunikasi, industri, dan teknologi terkemuka AS. Ini meliputi perusahaan pertahanan Lockheed Martin, RSA Security (unit keamanan komputer EMC Corp), dan beberapa media seperti The Wall Street Journal dan New York Times.

(FJ/FJ-BL, WSJ)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x