(Business Lounge – Business Today) – Seorang petinggi perusahaan asing di Cina sejak Jumat ditawan karyawannya di pabrik miliknya, dekat Beijing. Chip Starnes, salah satu pendiri Specialty Medical Supplies yang berpusat di Amerika Serikat, tak bisa keluar dari kantornya sendiri. Menurut Starnes, sekitar 80 dari 110 karyawannya memblokade pintu serta mengunci gerbang. Mereka tak akan membebaskan Starnes, hingga perusahaan mengucurkan paket pesangon.
“Apa yang tak mereka pahami adalah mereka [sebenarnya] tidak kehilangan pekerjaan,” papar Starnes, pengusaha 42 tahun asal Amerika. Menurutnya, karyawan salah memahami rencana pihak eksekutif yang ingin memindahkan sebagian operasi manufaktur ke India. Sebaliknya, pihak karyawan percaya ia menutup keseluruhan pabrik.
Senin lalu Starnes berkesempatan berbicara dari balik jendela pabriknya, penghasil produk kesehatan seperti bantalan alkohol dan peralatan bagi penderita diabetes. Ia meminta maaf, katanya, karena masih merasa letih. Dikisahkan Starnes, karyawan memperlakukan dirinya bagai tawanan perang sepanjang malam-malam pertama.
Para karyawan membuatnya sulit tidur dengan memperdengarkan suara-suara berisik dan menyorotkan cahaya terang pada mata Starnes. Tak ada senjata api, untungnya. Starnes juga tak terluka secara fisik.
“Rumor cepat menyebar,” sahut Starnes. Ia menegaskan bakal tetap mengoperasikan pabriknya, yang bertempat di distrik Huairou, timur laut Beijing. Di pabrik ini, ia membutuhkan lebih dari 100 karyawan untuk melanjutkan pembuatan bantalan alkohol. Sedangkan yang dipindahkan ke Mumbai hanyalah pembuatan peralatan tes diabetes. “Setelah 10 tahun [beroperasi] di Cina, saya tak pernah membayangkan [penawanan] seperti ini akan terjadi,” katanya.
Karyawan dalam kompleks manufaktur itu menolak berkomentar. Dari balik gerbang yang terkunci, mereka menegaskan tak akan berbicara dengan media. Tapi mereka tak memblokade jendela, sehingga Starnes bisa berbicara dengan media.
Perselisihan kerja biasa terjadi di Cina. Penyebabnya bermacam-macam, bergantung pada kondisi masing-masing perusahaan. Tak jelas seberapa sering eksekutif ditawan buruh mereka sendiri. Namun, secara umum, sengketa tenaga kerja kian mewabah di Cina, negara yang tengah mengalami perlambatan pertumbuhan.
Sebelumnya bulan ini, kelompok pekerja China Labour Bulletin mengaku telah mencatatkan 201 kasus sengketa kerja sepanjang empat bulan pertama 2013 di Cina. Angka perselisihan termasuk aksi mogok ini nyaris menyamai jumlah kasus sepanjang tahun lalu.
Sumber : Wall Street Journal