(Business Lounge – Business Today) Selama bertahun-tahun, konsumen kelas atas Cina berbelanja di toko Dior dan Burberry di New York, Paris, dan London. Kini, mereka juga mengunjungi toko diskon merek-merek mewah tersebut, atau dikenal sebagai factory outlet, di pinggiran kota.
Berdasarkan laporan Boston Consulting Group yang dirilis Mei, konsumen Cina masih gemar berbelanja. Namun dengan situasi ekonomi Cina yang tengah bergejolak, mereka mulai “rajin memburu harga diskon.” Bersamaan dengan meningkatnya angka penggila belanja Cina yang bepergian ke luar negeri, peritel dan pengelola mal melihat pergeseran pilihan ke barang-barang yang berharga lebih murah – sesuatu yang merupakan spesialisasi factory outlet.
“Dalam 24 bulan terakhir, konsumen Cina menjadi pelanggan paling dominan,” ujar Scott Malkin, CEO Value Retail yang memiliki sembilan factory outlet di Eropa yang menyuguhkan brand seperti Gucci, Prada, Versace, dan Hugo Boss.
Jumlah pebelanja asal Cina naik 49% dalam tiga bulan pertama 2013 jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Angka ini melampaui konsumen Rusia dan Timur Tengah. Menurut Value Retail, konsumen Cina kini menyumbang sepertiga dari penjualan restitusi pajak bagi turis internasional, naik dari 18% lima tahun lalu. Mereka juga merupakan pelanggan yang sangat royal. Konsumen Cina rata-rata menghabiskan 347 euro saat belanja di outlet-outlet Value Retail, 12% lebih banyak dari konsumen rata-rata, demikian keterangan perusahaan tersebut. Lima tahun lalu, konsumen Cina hanya menghabiskan 254 euro, 9% lebih rendah dari belanja rata-rata.
“Konsumen Cina akan mengambil gambar dengan smartphone mereka di dalam toko, mengirimnya ke temannya di Beijing atau Shanghai, kemudian mendapat balasan ‘ya, itu barangnya’” ujar Malkin, menjelaskan kebiasaan belanja pebelanja raksasa Asia tersebut. “Ini adalah komunikasi instan.”
Hal ini juga dialami oleh sejumlah factory outlet di Amerika Serikat (AS). Ann Ackerman, direktur pemasaran di AWE Talisman, mengatakan gerai-gerai diskon perusahaannya di Las Vegas, Air Terjun Niagara dan lokasi lainnya dikunjungi oleh lebih dari 140.000 turis Cina dalam enam bulan pertama 2013, dibanding dengan 106.000 turis di sepanjang 2012. Ia memperkirakan rombongan pebelanja Cina yang kerap datang dengan bus itu menghabiskan 50% lebih banyak ketimbang pengunjung dari negara lainnya.
Menanggapi tren ini, AWE Talisman mengubah sebuah restoran Jepang menjadi prasmanan makanan Cina di salah satu cabangnya di Las Vegas. “Mereka adalah turis yang efisien,” ujar Ackerman. “Mereka tahu apa yang mereka mau dan prasmanan adalah pilihan yang tepat. Mereka dapat makan dengan cepat dan kembali berbelanja.”
Simon Property Group (SPG), perusahaan asal Indianapolis pengelola 63 Premium Outlet dan toko diskon brand lainnya di seluruh AS , mengatakan turis Cina adalah “pengunjung internasional yang bertumbuh paling pesat.” SPG bekerja sama dengan operator wisata Cina pada 2006 agar memasukkan sejumlah tokonya dalam jadwal perjalanan turis Cina. Mereka juga berkoordinasi dengan bank dan perusahaan kartu kredit Cina, seperti China Merchants Bank, untuk memfasilitasi transaksi pengguna di gerai-gerainya.
Sumber : Wall Street Journal