Perubahan Besar dalam Pay, Benefit, dan Budaya Kerja: Apa Kata Riset Terbaru WorldatWork?

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Dalam beberapa tahun terakhir, dinamika dunia kerja berubah lebih cepat dari yang bisa dibayangkan banyak organisasi. Perusahaan sedang mencari keseimbangan baru antara kompensasi, benefit, pengembangan karier, hingga fleksibilitas kerja. Di tengah perubahan ini, WorldatWork merilis laporan tahunan Total Rewards Inventory of Programs and Practices (TRIPP) untuk tahun rencana 2025—memberikan gambaran segar tentang bagaimana organisasi di Amerika Serikat mengelola total rewards mereka.

Laporan edisi kesembilan ini, dipublikasikan pada akhir November, melibatkan 3.571 responden dari berbagai industri dan ukuran perusahaan. Fokusnya mencakup 15 kategori, mulai dari kompensasi, benefit, well-being, pengembangan karier, hingga program pengakuan karyawan.

Hasilnya menunjukkan kombinasi antara stabilitas, pergeseran strategi, dan beberapa kejutan penting.

Tren Besar Total Rewards 2025: Mana yang Tetap, Mana yang Berubah?

Beberapa temuan utama laporan ini menunjukkan pola menarik:

1. Market-based pay masih jadi andalan

Perusahaan tetap mengandalkan penyesuaian gaji berbasis pasar sebagai strategi utama meningkatkan base pay. Artinya, perusahaan berusaha tetap kompetitif dengan melihat tren gaji di industri.

2. Review kinerja kembali ke siklus tahunan

Meskipun beberapa tahun lalu muncul tren check-in berkala dan continuous feedback, laporan ini menunjukkan penurunan untuk model tersebut. Review tahunan masih menjadi format paling dominan.

3. Program DEI turun 20%

Pelatihan dan program terkait diversity, equity, inclusion (DEI) menurun signifikan dari 2023 ke 2025—sebuah penurunan yang menunjukkan pergeseran prioritas atau transformasi strategi.

Kompensasi & Benefit: Apa yang Sedang Diinvestasikan Perusahaan?

Annie Lee, Director of Research and Insights di WorldatWork, menjelaskan bahwa beberapa tren mencolok masih bertahan:

  • Penyesuaian gaji geografis tetap stabil.
  • Insentif libur dan akhir pekan menurun, menunjukkan perusahaan mungkin menyesuaikan strategi biaya.
  • Paket pensiun berbasis kontribusi (defined contribution) masih menjadi tulang punggung sistem pensiun di AS.
  • Paket pensiun berbasis manfaat (defined benefit) terus turun.
  • Perusahaan besar lebih mungkin menyediakan:
    • Nonqualified deferred compensation
    • Retiree healthcare benefits
    • HSA untuk masa pensiun.

Salah satu tren yang paling menarik adalah peningkatan besar dalam Health Reimbursement Arrangements (HRAs).

HRAs meningkat dari 27% (2023) ke 42% (2025)

Menurut Alicia Scott-Wears, Content Director di WorldatWork, HRAs makin diminati karena menawarkan fleksibilitas bagi karyawan sekaligus pengelolaan biaya yang lebih efisien bagi perusahaan. HRAs memungkinkan perusahaan membatasi pengeluaran tanpa menurunkan kualitas perlindungan kesehatan, sementara karyawan punya kebebasan memilih paket yang relevan bagi mereka. Dalam pasar tenaga kerja yang semakin menuntut personalisasi, HRA menjadi nilai tambah.

Program yang Menurun: DEI Masih Penting, Tapi Bergeser Bentuk

Dari 57,7% perusahaan yang memiliki program DEI di 2023, kini hanya 37,4% yang masih menjalankannya dalam bentuk formal.

Namun menurut Scott-Wears, ini bukan tanda perusahaan meninggalkan DEI. Sebaliknya, prinsip DEI kini lebih diintegrasikan ke dalam pelatihan kepemimpinan, budaya perusahaan, dan kebijakan sehari-hari, bukan hanya program tersendiri. DEI menjadi “cara kerja” bukan “agenda tambahan”.

Fleksibilitas Kerja: Hybrid Masih Kuat, Skema Ekstrem Menurun

Laporan TRIPP juga menunjukkan bahwa:

  • Hybrid dan remote masih menjadi pilihan bagi sebagian karyawan.
  • Namun format ekstrem seperti:
    • Compressed workweek
    • Jadwal musiman
    • Relocation lump-sum payments
      mengalami penurunan.

Kecenderungan ini mencerminkan upaya perusahaan mencari keseimbangan antara fleksibilitas dan kebutuhan operasi.

Pengembangan Karier: Perusahaan Besar Masih Mendominasi

Perusahaan besar dan publicly traded companies lebih agresif dalam menyediakan:

  • Tuition reimbursement
  • Succession planning
  • Self-development tools

Sementara itu, metode pelatihan—baik virtual maupun tatap muka—kini hampir universal.

Bagaimana Laporan Ini Membantu Perusahaan?

Annie Lee menjelaskan bahwa TRIPP Study bisa menjadi alat benchmarking untuk membantu perusahaan memahami apakah penawaran total rewards mereka masih relevan dengan pasar.

Ketika dipadukan dengan Total Rewards Inventory Tool, perusahaan bisa:

  • Mengukur efektivitas kompensasi, benefit, well-being, dan program pengakuan.
  • Membandingkan data internal dengan tren pasar.
  • Mengambil keputusan investasi yang lebih tepat dalam employee value proposition (EVP).

Dengan kata lain, laporan ini bukan hanya rangkuman tren, tetapi juga panduan strategis untuk memastikan total rewards selaras dengan prioritas bisnis dan kebutuhan karyawan.

Total Rewards Sebagai Strategi Kompetitif

Di tengah ketidakpastian ekonomi, kompetisi talenta yang ketat, dan pergeseran ekspektasi karyawan, laporan TRIPP 2025 menunjukkan bahwa perusahaan semakin berhati-hati dalam mendesain program total rewards mereka. Beberapa program diperkuat, sebagian dikurangi, dan sebagian lainnya sedang berevolusi.

Bagi perusahaan yang ingin tetap relevan dan menarik talenta terbaik, memahami tren ini adalah langkah awal untuk membangun strategi rewards yang lebih kuat, lebih adaptif, dan lebih manusiawi.