(Business Lounge Journal – Travel)
Seiring dengan menjelang akhir tahun, musim panas yang penuh kehangatan perlahan berganti menjadi musim gugur yang dramatis namun indah. Biasanya, pergantian musim ini terjadi pada bulan Oktober dan November. Pada bulan-bulan tersebut, suhu udara menurun dan waktu siang menjadi semakin singkat. Bisa dibayangkan, pada pukul tujuh pagi matahari belum terbit—kota dan desa masih gelap gulita. Pada pukul delapan pagi waktu Eropa, cahaya matahari yang tampak masih sangat sedikit, barulah sekitar pukul delapan lewat tiga puluh menit sinarnya mulai menerangi kota dengan cahaya temaram.
Di atas trotoar, tampak satu per satu penduduk Eropa berjalan dengan mantel tebal untuk menjaga tubuh tetap hangat. Tak jarang mereka juga menambahkan syal yang melilit leher. Suhu udara biasanya berkisar antara 5 hingga 10 derajat Celcius. Bagi sebagian orang Eropa, suhu seperti ini dianggap biasa, karena suhu akan terus merangkak turun menjelang musim dingin. Namun bagi para pendatang dari negara tropis, kondisi ini membutuhkan adaptasi. Untungnya, hampir semua rumah dan apartemen dilengkapi pemanas ruangan serta air panas, sehingga aktivitas tetap dapat dilakukan dengan nyaman.


Orang Jerman menyebut peralihan dari musim panas ke musim gugur sebagai Altweibersommer. Pada masa ini, udara masih tampak cerah, namun perlahan berubah menjadi lebih sejuk dan menyegarkan.
Salah satu momen paling indah sekaligus dramatis di musim gugur adalah menyaksikan perubahan warna dedaunan. Pepohonan yang semula hijau berubah menjadi merah, kuning, dan oranye, menjadikan seluruh kawasan tampak mempesona. Angin musim gugur berembus segar—yang lama-kelamaan terasa dingin menusuk tulang—seraya menerbangkan dedaunan yang mengering. Tak lama kemudian, pepohonan menjadi meranggas, atau dalam istilah Jerman disebut kahl.
Bagi orang Jerman, musim gugur juga merupakan musim panen bagi para petani anggur. Salah satu anggur khasnya adalah Federweißer, minuman hasil fermentasi anggur yang masih muda. Bangsa Jerman sangat menyukai minuman anggur, dan minuman beralkohol ringan ini terasa sangat pas dinikmati pada pergantian musim.
Di negara-negara empat musim seperti Eropa, akhir Oktober biasanya menandai peralihan dari waktu musim panas (Sommerzeit) ke waktu musim dingin (Winterzeit). Pada waktu musim dingin, jam dimundurkan satu jam, membuat malam terasa lebih cepat tiba. Jika sebelumnya perbedaan waktu antara Jakarta dan Jerman adalah lima jam, maka selama musim dingin perbedaannya menjadi enam jam. Pada tahun 2025 ini, waktu musim dingin dimulai pada 26 Oktober.

Datangnya musim dingin di Eropa bukanlah pertanda kebekuan atau kekakuan. Justru sebaliknya, masyarakat Jerman dan negara-negara Eropa lainnya memiliki berbagai kegiatan yang membuat musim ini terasa hangat dan menyenangkan. Di antaranya adalah pasar Natal (Weihnachtsmärkte) yang tersebar di berbagai kota. Selain itu, mereka memiliki tradisi membuat kalender Advent (Adventskalender) yang dimulai dari tanggal 1 hingga 24 Desember. Setiap keluarga membeli kalender dengan 24 jendela kecil atau kantung hadiah. Setiap hari, anak-anak boleh membuka satu jendela yang berisi cokelat, hiasan Natal, atau hadiah kecil lainnya. Tradisi sederhana ini menjadi salah satu cara bangsa Jerman menikmati musim dingin sembari menyambut Natal.
Peralihan dari musim gugur ke musim dingin menjadi masa yang menyenangkan bagi banyak orang di sana. Seorang sahabat pernah bercerita betapa bahagianya ia berjalan di hutan sambil membawa anjing kesayangannya. Ia memandang pepohonan tinggi yang daunnya berubah warna secara fantastis—dari hijau menjadi kuning, merah, lalu oranye. Satu per satu daun berguguran, udara sedingin es menyelimuti, tetapi di hati masyarakat Jerman ada kehangatan yang tumbuh seiring datangnya bulan Desember dan perayaan Natal. Inilah musim yang paling dramatis, indah, dan sesungguhnya penuh kehangatan.
Jika Anda ingin melihat sisi lain dari Eropa, datanglah pada masa peralihan ini. Di balik dinginnya udara, Anda akan menemukan keindahan visual, budaya yang hangat, dan suasana yang sulit dilupakan.
Foto: Claudia McCain

