crypto treasury

Crypto Treasury Craze Meredup Setelah Musim Panas

(Business Lounge – Global News) Demam perusahaan menimbun aset kripto yang sempat membara di musim panas kini mulai mereda. Lebih dari 200 perusahaan sepanjang tahun ini mengadopsi strategi “crypto treasury” dengan menambahkan bitcoin dan token digital lain ke neraca mereka, namun tren itu kini melambat tajam.

Menurut K33 Research, pembelian bitcoin oleh perusahaan turun konsisten dalam beberapa bulan terakhir, dan pada September jatuh ke titik terendah sejak April. Sekitar seperempat perusahaan publik yang semula mengumumkan strategi treasury kripto kini justru diperdagangkan di bawah nilai total kepemilikan token digital mereka. Beberapa saham bahkan anjlok lebih dari 50% sejak mengumumkan strategi itu, sementara sebagian lain mulai menghadapi pengawasan ketat regulator.

Kontras dengan itu, indeks Russell 2000 yang berisi saham-saham small-cap naik 12% sepanjang kuartal ketiga, memperlihatkan bahwa keuntungan lebih konsisten justru diperoleh di luar tren kripto.

Fenomena crypto treasury awalnya melesat cepat setelah mantan Presiden Trump secara terbuka mendukung industri aset digital. Dukungan politik tersebut mendorong banyak perusahaan dari berbagai sektor—mulai dari bioteknologi hingga peralatan pertanian—untuk mengalihkan fokus mereka ke bitcoin dan kripto lain.

Namun strategi itu menemui hambatan. Bankir dan analis pasar menyebut pelemahan tren ini akibat membanjirnya saham baru yang diterbitkan perusahaan treasury kripto dalam penawaran privat. Penjualan saham tersebut awalnya dianggap cara cepat dan efisien untuk membiayai pembelian kripto. Tetapi karena terlalu banyak perusahaan menerapkan langkah serupa dalam waktu bersamaan, pasar kewalahan menyerapnya.

“Pasar tidak bisa menyerap jumlah yang tak terbatas,” kata Jerry Serowik, kepala pasar modal Cohen & Co. Ia memperkirakan peluncuran perusahaan baru akan melambat, dan modal pasar akan lebih difokuskan pada perusahaan yang sudah terdaftar untuk membantu mereka menggalang dana tambahan.

Bahkan Strategy—mantan perusahaan perangkat lunak yang menjadi pionir peralihan ke bitcoin—mengalami kesulitan. Sahamnya turun 20% pada kuartal ketiga, kini diperdagangkan hanya 1,5 kali nilai kepemilikan bitcoinnya, merosot dari puncak lebih dari tiga kali. Para peniru Strategy juga bernasib serupa.

Saat saham perusahaan treasury kripto jatuh di bawah nilai aset tokennya, kemampuan mereka untuk menerbitkan saham baru demi membeli lebih banyak kripto ikut terhimpit. Data dari bitcointreasuries.net menunjukkan pada September perusahaan hanya membeli 37.881 bitcoin, turun dari 49.303 pada Agustus dan 103.250 pada Juli.

Di tengah surplus perusahaan kripto, konsolidasi mulai muncul sebagai solusi. Pekan lalu Strive, manajer aset yang didirikan oleh mantan kandidat presiden Vivek Ramaswamy, sepakat membeli Semler Scientific—perusahaan alat kesehatan yang ikut terjun ke tren bitcoin pada Mei 2024. Strive diperdagangkan dengan valuasi premium terhadap kepemilikan bitcoinnya, sementara Semler tidak. Namun jika digabungkan, mereka akan menguasai lebih dari 10.900 bitcoin, jumlah yang dinilai lebih menarik bagi investor.

Menurut Serowik, pasar M&A akan menjadi jalur lain bagi perusahaan untuk menambah kepemilikan bitcoin. “Jika Anda lihat siapa yang diperdagangkan dengan valuasi paling tinggi, biasanya mereka yang punya simpanan bitcoin terbesar dengan tim manajemen yang tepat,” katanya. Bankir juga menilai serangkaian akuisisi antara pemain besar dengan perusahaan kecil yang kesulitan bisa membantu menyingkirkan kelebihan saham di pasar.

Meski begitu, ancaman besar tetap ada. Jika harga kripto anjlok tajam, perusahaan-perusahaan ini bisa terpaksa menjual simpanan mereka untuk menutup biaya operasional, yang justru bisa memperparah penurunan harga.

Sejauh ini bitcoin naik 6% sepanjang kuartal, sementara ether melonjak 68%. Beberapa perusahaan juga mulai menimbun token selain bitcoin, seperti ether, solana, dan AVAX. Token-token ini bisa “distake” atau dikunci dalam periode tertentu untuk menghasilkan imbal hasil, mirip dengan dividen bagi pemegang saham perusahaan treasury kripto.

Namun, lonjakan jumlah perusahaan yang menimbun berbagai token—bahkan hingga dogecoin—dalam waktu singkat membuat banyak pelaku industri mempertanyakan keberlanjutan strategi ini. Gracy Chen, CEO bursa kripto Bitget, mengaku menolak tawaran bankir dan firma modal ventura yang ingin meluncurkan perusahaan treasury kripto dengan membeli token milik Bitget.

“Saya pribadi tidak yakin ini berkelanjutan,” kata Chen. “Terlalu banyak perusahaan melakukan strategi treasury, dan tidak semuanya akan berhasil.”

Dengan tren pembelian yang kian melemah, strategi crypto treasury yang sempat dianggap jalan pintas menuju pertumbuhan kini dipertanyakan ketahanannya. Bagi sebagian investor, demam menimbun kripto mungkin telah kehilangan daya tarik panasnya.