(Business Lounge – Global News) Menurut laporan Reuters dan Bloomberg, perusahaan memperkirakan performa paruh kedua tahun ini akan lebih lemah dari yang sebelumnya diproyeksikan, mencerminkan tantangan yang dihadapi industri semikonduktor global akibat fluktuasi ekonomi dan perubahan pola konsumsi elektronik.
Perusahaan menyebutkan bahwa penurunan permintaan terutama datang dari segmen memori dan logika tertentu, yang selama ini menjadi pendorong utama penjualan peralatan manufakturnya. Financial Times menambahkan bahwa perlambatan di sektor perangkat elektronik konsumen, seperti smartphone dan komputer pribadi, turut menekan tingkat utilisasi pabrik chip sehingga permintaan untuk mesin baru berkurang.
Meskipun industri semikonduktor dalam jangka panjang masih dipandang strategis, siklus naik-turun yang tajam tetap menjadi tantangan. ASM International menegaskan bahwa mereka tetap melihat peluang pertumbuhan jangka menengah hingga panjang, terutama dari tren seperti kecerdasan buatan, kendaraan listrik, dan infrastruktur 5G. Namun, ketidakpastian jangka pendek membuat perusahaan harus lebih hati-hati dalam mengelola kapasitas produksi dan investasi.
Investor merespons pengumuman ini dengan hati-hati. Saham ASM International sempat melemah setelah proyeksi baru diumumkan, meskipun beberapa analis berpendapat bahwa pasar sudah memperhitungkan pelemahan permintaan sejak awal tahun. CNBC mencatat bahwa volatilitas di sektor semikonduktor bukan hal baru, dan perusahaan-perusahaan besar di industri ini sering kali harus menyesuaikan proyeksi mereka mengikuti siklus pasar.
Di sisi lain, ASM International menegaskan komitmennya untuk tetap berinvestasi pada riset dan pengembangan. Perusahaan percaya bahwa inovasi dalam teknologi deposisi atom dan material baru akan menjadi kunci mempertahankan daya saing ketika permintaan kembali pulih. The Wall Street Journal menekankan bahwa fokus jangka panjang pada inovasi adalah cara ASM menjaga posisinya sebagai pemasok strategis di tengah persaingan dengan pemain besar lain seperti Applied Materials dan Tokyo Electron.
Selain faktor permintaan, ASM juga menghadapi tantangan geopolitik. Pembatasan ekspor teknologi canggih dari Belanda ke Tiongkok, yang didorong oleh kebijakan Amerika Serikat, berpotensi memengaruhi pasar utama bagi perusahaan. Beberapa analis memperingatkan bahwa ketidakpastian regulasi ini bisa menekan penjualan ASM dalam jangka pendek, meskipun perusahaan berupaya memperluas basis pelanggan ke wilayah lain seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat.
Meski menghadapi tekanan jangka pendek, ASM International tetap optimistis bahwa tren struktural global akan mendukung pertumbuhan di masa depan. Permintaan untuk chip berdaya tinggi yang mendukung kecerdasan buatan dan pusat data diprediksi akan menjadi pendorong baru dalam dekade mendatang. Namun, perusahaan harus mampu melewati periode transisi saat ini dengan menjaga efisiensi biaya dan memperkuat kemitraan dengan klien utama.
Pemangkasan ekspektasi ASM International mencerminkan tantangan nyata yang sedang dihadapi industri semikonduktor global. Meski prospek jangka panjang masih positif, volatilitas pasar, ketidakpastian geopolitik, dan perubahan perilaku konsumen menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Sebagaimana ditulis oleh Financial Times, masa depan ASM International bergantung pada kemampuannya untuk menyeimbangkan fokus jangka pendek dalam mengatasi pelemahan permintaan dengan visi jangka panjang dalam menciptakan inovasi teknologi.