ExxonMobil

Exxon Gandeng Investor Ritel Lawan Tekanan Aktivis

(Business Lounge – Global News) Exxon Mobil Corp. mengambil langkah baru dalam menghadapi tekanan dari kelompok aktivis pemegang saham dengan mengandalkan dukungan investor ritel. Menurut laporan Wall Street Journal, perusahaan energi terbesar asal Amerika Serikat ini akan meminta para pemegang saham individu untuk memberikan suara proxy mereka sejalan dengan rekomendasi manajemen dalam proposal-proposal rapat umum pemegang saham. Strategi ini menandai perubahan signifikan dalam taktik korporasi besar untuk melawan pengaruh kelompok aktivis yang selama beberapa tahun terakhir semakin vokal dalam isu lingkungan, tata kelola, dan strategi bisnis jangka panjang.

Langkah Exxon ini lahir dari pengalaman pahit tahun 2021 ketika perusahaan kehilangan tiga kursi dewan direksi akibat kampanye agresif yang dipimpin oleh Engine No. 1, sebuah firma investasi aktivis kecil yang berhasil meyakinkan sejumlah investor institusional besar untuk berpihak pada mereka. Reuters mencatat bahwa kekalahan tersebut dianggap sebagai tamparan keras bagi manajemen Exxon, karena menunjukkan bahwa meski hanya memiliki sebagian kecil saham, aktivis bisa menggalang dukungan dari investor institusional seperti BlackRock dan Vanguard.

Sejak saat itu, Exxon meningkatkan upaya untuk memperkuat hubungan dengan pemegang sahamnya, termasuk yang berasal dari kalangan ritel. Kali ini, strategi baru yang diumumkan bertujuan untuk mengorganisir suara dari jutaan investor kecil yang selama ini jarang berpartisipasi aktif dalam proses voting proxy. Bloomberg melaporkan bahwa Exxon akan menggunakan berbagai saluran komunikasi digital, termasuk portal investor dan aplikasi, untuk mengingatkan serta memfasilitasi investor ritel agar memberikan suara sesuai dengan rekomendasi perusahaan.

Menurut Financial Times, langkah ini bisa menjadi penentu dalam pertarungan ke depan karena investor ritel saat ini memegang hampir 40 persen saham Exxon. Jika sebagian besar dari mereka bisa dimobilisasi, perusahaan akan memiliki benteng yang jauh lebih kuat dalam menghadapi proposal-proposal aktivis yang sering menargetkan kebijakan lingkungan, seperti percepatan transisi energi bersih atau pembatasan proyek eksplorasi minyak baru. Exxon selama ini konsisten menolak tuntutan tersebut dengan alasan bahwa kebutuhan energi global masih mengandalkan minyak dan gas untuk beberapa dekade mendatang.

Meski begitu, strategi mengandalkan investor ritel tidak sepenuhnya bebas risiko. CNBC mencatat bahwa pemegang saham individu umumnya lebih sulit diprediksi dibanding investor institusional. Mereka tidak selalu memberikan suara mengikuti arahan perusahaan, bahkan sering kali pasif dan tidak berpartisipasi sama sekali. Dengan demikian, keberhasilan Exxon akan sangat bergantung pada sejauh mana perusahaan mampu mengedukasi dan meyakinkan mereka bahwa mendukung manajemen adalah langkah terbaik demi stabilitas jangka panjang.

Di sisi lain, kelompok aktivis menilai langkah Exxon ini sebagai bentuk perlawanan balik yang semakin agresif. Engine No. 1 dan sejumlah LSM lingkungan menyebut bahwa Exxon mencoba membungkam aspirasi investor yang ingin perusahaan bergerak lebih cepat menuju transisi energi bersih. New York Times menyoroti bahwa aktivis khawatir langkah Exxon mengorganisir suara ritel bisa mengurangi peluang terjadinya reformasi penting dalam tata kelola perusahaan, padahal investor besar sekalipun mulai menunjukkan minat pada isu keberlanjutan.

Namun, bagi manajemen Exxon, menjaga arah strategi bisnis tetap sesuai rencana dianggap lebih penting daripada mengakomodasi tuntutan aktivis. CEO Darren Woods yang dikutip Wall Street Journal menegaskan bahwa Exxon berkomitmen pada pengurangan emisi, namun dengan pendekatan realistis yang tidak mengorbankan kebutuhan energi dunia. Menurutnya, perusahaan tetap akan berinvestasi besar dalam proyek minyak dan gas sembari mengembangkan teknologi penangkapan karbon dan bahan bakar rendah emisi. Strategi inilah yang ingin dipertahankan dari intervensi aktivis.

Analis pasar yang dikutip MarketWatch menilai bahwa langkah Exxon menggandeng investor ritel dapat mengubah dinamika voting pemegang saham di Wall Street. Jika terbukti efektif, perusahaan lain yang juga menghadapi tekanan serupa dari aktivis, seperti Chevron atau Shell, mungkin akan meniru strategi tersebut. Selama ini, suara ritel cenderung terfragmentasi dan jarang dimobilisasi secara sistematis. Exxon berpotensi menciptakan preseden baru dengan mengintegrasikan partisipasi investor kecil ke dalam pertarungan strategi korporasi besar.