(Business Lounge – Global News) SpaceX kembali menghadapi hambatan teknis dalam uji coba roket raksasa Starship setelah perusahaan milik Elon Musk itu mengumumkan penundaan peluncuran pada Minggu karena masalah di sistem pendukung darat. Keputusan untuk menunda upaya lepas landas ini disebut perusahaan sebagai langkah kehati-hatian, menandai satu lagi episode dalam perjalanan panjang Starship yang penuh eksperimen dan risiko.
Menurut laporan Bloomberg, SpaceX mengidentifikasi adanya kendala pada sistem darat yang digunakan untuk persiapan pengisian bahan bakar dan komunikasi dengan roket. Meski bukan masalah pada mesin atau struktur Starship itu sendiri, gangguan ini cukup signifikan untuk membuat perusahaan menunda jadwal. Filosofi SpaceX memang menekankan bahwa penundaan lebih baik daripada kegagalan yang bisa menelan biaya besar dan membahayakan keselamatan.
Starship adalah proyek paling ambisius yang pernah digarap SpaceX. Dengan tinggi lebih dari 120 meter, roket dua tahap ini digadang sebagai kendaraan antariksa paling kuat dalam sejarah. Financial Times menulis bahwa NASA telah memilih Starship sebagai wahana pendaratan utama dalam misi Artemis untuk membawa astronot kembali ke Bulan. Hal ini menempatkan keberhasilan Starship bukan hanya pada kepentingan komersial SpaceX, tetapi juga pada strategi ruang angkasa Amerika Serikat secara keseluruhan.
Namun, jalan menuju keberhasilan tidak mulus. Beberapa uji coba sebelumnya berakhir dengan ledakan di udara atau kehilangan kendali tak lama setelah peluncuran. Reuters mencatat bahwa meski publik sering memandangnya sebagai kegagalan spektakuler, insinyur SpaceX menekankan setiap insiden memberikan data teknis penting yang mempercepat pengembangan. Pendekatan “fail fast, learn faster” menjadi ciri khas Musk dalam membangun teknologi baru.
Di sisi lain, penundaan ini menambah daftar panjang pertanyaan dari investor dan pengamat industri. Wall Street Journal melaporkan bahwa sejumlah analis mulai menilai apakah iterasi cepat yang dilakukan SpaceX dapat benar-benar menghasilkan jadwal yang konsisten untuk mendukung kebutuhan NASA. Mengingat jadwal Artemis sangat ketat dan ambisius, setiap penundaan Starship bisa berdampak domino pada target pendaratan manusia di Bulan.
Persaingan global juga menambah bobot pada tantangan ini. China tengah mempercepat program luar angkasanya dengan target pendaratan awak di Bulan pada dekade ini, sementara Blue Origin milik Jeff Bezos juga mengembangkan sistem pendaratan alternatif. Dengan demikian, kemajuan Starship bukan hanya soal inovasi, tetapi juga tentang posisi geopolitik Amerika di ruang angkasa.
Meski begitu, dukungan terhadap SpaceX masih kuat. Kontrak dari NASA dan antusiasme investor swasta memberikan landasan finansial yang besar. CNBC mencatat bahwa valuasi SpaceX mencapai lebih dari 200 miliar dolar AS, didorong oleh keberhasilan divisi lain seperti layanan internet satelit Starlink yang memberikan arus kas stabil. Hal ini memungkinkan perusahaan menanggung biaya tinggi dari uji coba berulang Starship.
Di balik risiko teknis, terdapat pula potensi pasar besar. Selain membawa muatan ke Bulan dan Mars, Musk pernah mengemukakan gagasan penggunaan Starship untuk transportasi jarak jauh di Bumi. Jika roket ini dapat berfungsi sesuai harapan, perjalanan antar benua bisa dilakukan hanya dalam waktu satu jam. Walau masih berupa visi futuristik, analis melihat ide ini menunjukkan luasnya ambisi SpaceX yang melampaui eksplorasi ruang angkasa tradisional.
Dalam jangka pendek, fokus utama SpaceX adalah memperbaiki sistem darat dan menyiapkan jadwal peluncuran baru. Para insinyur tengah melakukan evaluasi agar masalah serupa tidak mengganggu upaya berikutnya. Bloomberg menulis bahwa perusahaan optimistis dapat kembali mencoba dalam beberapa minggu mendatang.
Bagi NASA, setiap penundaan tetap menjadi perhatian. Program Artemis yang bertujuan mendaratkan astronot Amerika di Bulan pada 2026 memerlukan kepastian teknis dari mitra komersialnya. Meski ada opsi cadangan melalui kontraktor lain, Starship masih menjadi tulang punggung dalam rencana jangka panjang.
Gambaran besarnya, kegagalan sementara ini justru memperlihatkan filosofi pengembangan SpaceX yang berbeda dari model lama. Alih-alih menunggu desain sempurna di atas kertas, perusahaan memilih meluncurkan, menguji, gagal, lalu memperbaiki secara cepat. Pendekatan inilah yang sebelumnya melahirkan Falcon 9, roket yang kini menjadi andalan penerbangan komersial dunia.
Dengan visi Elon Musk yang menjadikan manusia sebagai “spesies multiplanet,” Starship tetap menjadi taruhan besar dalam sejarah teknologi modern. Penundaan akibat gangguan sistem darat hanyalah satu bab dalam perjalanan panjang yang bisa membuka era baru eksplorasi antariksa. Bagi SpaceX, setiap hari yang hilang di Bumi adalah langkah kecil menuju impian besar di luar angkasa.