NTSB Boeing

Konflik Serikat Boeing: Di Antara Momentum Pemulihan dan Ancaman Mogok

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Tepat saat Boeing tengah berupaya meyakinkan investor bahwa strategi pemulihan mulai menunjukkan hasil, lebih dari 3.200 pekerja sektor pertahanan di Missouri dan Illinois memilih menolak tawaran kontrak baru. Hasil voting ini membuka jalan bagi potensi mogok kerja di tiga fasilitas utama yang memproduksi pesawat tempur seperti F/A-18 Super Hornet dan jet pelatihan Red Hawk milik Angkatan Udara AS.

Momentum ini datang di waktu yang krusial—hanya beberapa hari menjelang laporan kinerja keuangan kuartal kedua dan di tengah reli harga saham yang telah naik lebih dari 30% sepanjang tahun ini.

Tawaran Terbaik, Tapi Ditolak

Kontrak yang ditolak oleh serikat International Association of Machinists and Aerospace Workers District 837 mencakup kenaikan gaji 20% selama empat tahun, peningkatan tunjangan kesehatan, pensiun, dan aturan lembur yang lebih baik. Namun, para pekerja menilai tawaran tersebut masih belum mencerminkan penghargaan atas kontribusi mereka, terutama di tengah tekanan kerja tinggi dan masa depan industri pertahanan yang penuh ketidakpastian.

Pihak manajemen Boeing menyebut tawaran ini sebagai “yang paling kaya dalam sejarah hubungan dengan serikat ini”, namun juga mengonfirmasi bahwa perusahaan kini tengah bersiap untuk menghadapi mogok. Belum ada jadwal perundingan ulang yang diumumkan.

Sementara kontrak lama telah kedaluwarsa, periode “pendinginan” selama beberapa hari memberikan waktu hingga 4 Agustus sebelum mogok resmi dimulai.

Investor Menunggu Kejelasan

Laporan keuangan yang akan dirilis Selasa ini menjadi ujian nyata bagi CEO Kelly Ortberg. Dengan harapan akan adanya sinyal perbaikan dari kinerja Boeing pasca 2024 yang penuh gejolak, pasar menanti lebih dari sekadar angka.

Beberapa ekspektasi analis meliputi:

  • Pendapatan: Diperkirakan mencapai $21,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan $16,9 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
  • Laba: Masih dalam zona rugi, dengan estimasi kerugian operasional sekitar $161 juta dan rugi per saham sebesar $1,40.
  • Arus kas: Penggunaan kas yang sebelumnya mencapai $2,3 miliar diharapkan turun menjadi $1,8 miliar.

Sisi positifnya, Boeing mencatatkan 150 pengiriman jet komersial dan 36 pesawat militer pada kuartal ini. Selain itu, kesepakatan dagang baru antara AS dan Uni Eropa turut meredakan tekanan tarif, memberi ruang napas bagi perbaikan margin.

Risiko Strategis: Produksi Terhambat, Kepercayaan Terancam

Jika aksi mogok benar-benar terjadi, produksi jet militer di St. Louis bisa terhenti total. Situasi ini bukan hanya akan berdampak pada jadwal pengiriman dan pendapatan jangka pendek, tapi juga memperbesar tantangan reputasi yang selama ini coba dipulihkan setelah serangkaian insiden teknis dan krisis kepercayaan terhadap kualitas produksi.

Di satu sisi, tuntutan serikat menunjukkan kekuatan kolektif pekerja yang tak bisa diabaikan. Di sisi lain, konflik tenaga kerja di saat perusahaan tengah membangun kembali momentum finansial bisa menjadi liabilitas strategis—terutama di mata investor global yang menuntut stabilitas operasional dan disiplin eksekusi.

Konflik ini menjadi gambaran nyata dari ketegangan klasik dalam dunia industri: antara pencapaian korporat dan kesejahteraan tenaga kerja, antara strategi jangka panjang dan tekanan jangka pendek. Bagi Boeing, bagaimana menyelesaikan negosiasi ini bisa menjadi sinyal penting—bukan hanya soal angka keuangan, tapi juga arah budaya perusahaan dan kapasitas manajemen dalam merawat kepercayaan semua pemangku kepentingan.