McDonald’s

Kembalinya Snack Wrap Picu Krisis Selada McDonald’s

(Business Lounge – Global News) McDonald’s kembali membuat gebrakan di pasar makanan cepat saji dengan membawa kembali menu Snack Wrap, namun kesuksesan ini menimbulkan konsekuensi tak terduga: kelangkaan selada di sejumlah gerai. Permintaan luar biasa dari konsumen terhadap produk ini menciptakan tekanan pada rantai pasok, mengakibatkan beberapa lokasi kekurangan bahan utama seperti selada dan tortilla. Peristiwa ini mencerminkan dilema yang dihadapi McDonald’s dalam usahanya memulihkan penjualan dan merebut kembali hati pelanggan setelah masa sulit yang dialami tahun lalu.

Snack Wrap, yang sebelumnya pernah dihapus dari menu permanen McDonald’s, memiliki basis penggemar setia sejak pertama kali diperkenalkan lebih dari satu dekade lalu. Keputusan perusahaan untuk menguji peluncuran ulang menu ini di beberapa wilayah Amerika Serikat pada 2025 terbukti menjadi langkah cerdas secara komersial. Penjualan meningkat tajam dalam waktu singkat, dengan sejumlah waralaba melaporkan kehabisan stok bahan pelengkap hanya dalam hitungan hari.

Menurut laporan The Wall Street Journal, sejumlah manajer gerai menyampaikan bahwa pesanan Snack Wrap jauh melampaui ekspektasi internal. Di beberapa lokasi, volume penjualan meningkat dua kali lipat dibandingkan menu ayam goreng lainnya. Meskipun ini memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan mingguan, tekanan logistik dan persediaan mulai terasa. Beberapa pemasok regional mengakui mengalami lonjakan permintaan selada romaine dan tortilla berbasis tepung dalam waktu singkat, melebihi kapasitas distribusi normal.

Situasi ini menyoroti betapa sensitifnya rantai pasok McDonald’s terhadap perubahan mendadak dalam permintaan. Sejak pandemi, perusahaan memang telah melakukan berbagai penyesuaian dalam distribusi dan pengadaan bahan mentah, namun tantangan struktural tetap ada. Kembalinya satu menu populer saja sudah cukup untuk menggoyang keseimbangan operasional yang rapuh. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi strategi ekspansi produk ke depan.

Keputusan membawa kembali Snack Wrap bukan tanpa alasan. McDonald’s saat ini sedang berusaha menarik kembali konsumen muda yang lebih tertarik pada pilihan menu ringan, fleksibel, dan mudah dibawa. Selain itu, perusahaan menghadapi tekanan dari kompetitor seperti Chick-fil-A, Taco Bell, dan Wendy’s yang lebih agresif dalam menawarkan variasi ayam goreng dalam bentuk bungkus atau tortilla. Peluncuran ulang Snack Wrap merupakan upaya untuk menanggapi pergeseran selera konsumen yang lebih menyukai makanan cepat saji dengan porsi kecil namun penuh rasa.

Namun, permintaan yang tak terduga justru mengungkap persoalan mendasar dalam sistem inventarisasi McDonald’s. Salah satu pemilik waralaba menyatakan bahwa mereka harus menolak pesanan karena persediaan selada habis lebih cepat dari perkiraan. Beberapa bahkan mengandalkan pasokan darurat dari toko grosir lokal, meskipun itu berarti harga bahan lebih tinggi dan margin keuntungan menyusut.

Bagi McDonald’s, keberhasilan menu ini membuka peluang sekaligus tantangan. Konsumen jelas menyambut baik kembalinya Snack Wrap, tetapi manajemen pusat harus lebih cepat dalam menyesuaikan kapasitas distribusi dan memastikan stabilitas stok di seluruh jaringan waralaba. Perusahaan juga perlu berhati-hati agar keberhasilan ini tidak berubah menjadi krisis yang merusak reputasi brand, terutama bila kelangkaan bahan terus berulang.

Selain tantangan logistik, peluncuran Snack Wrap juga menjadi bagian dari strategi pemulihan brand setelah laporan pendapatan kuartal sebelumnya menunjukkan pelambatan pertumbuhan. Menurut Bloomberg, McDonald’s mencatat pertumbuhan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan analis, terutama di pasar domestik AS. Menu baru seperti Snack Wrap dan inisiatif pemasaran nostalgia diharapkan dapat membalikkan tren ini dan meningkatkan trafik kunjungan, khususnya dari segmen Gen Z dan milenial yang menjadi target utama.

Tanggapan konsumen pun sangat positif. Media sosial dipenuhi komentar antusias dan nostalgia dari pelanggan yang menyambut kembali menu favorit mereka. Beberapa pengguna TikTok dan Instagram bahkan mengunggah video “review” dan reaksi mereka setelah mencoba Snack Wrap terbaru, membantu menciptakan viralitas organik yang sangat menguntungkan bagi McDonald’s.

Namun, seperti yang terjadi pada banyak peluncuran produk makanan cepat saji dalam beberapa tahun terakhir, keberhasilan viral di media sosial sering kali tidak diiringi oleh kesiapan operasional. Contoh serupa pernah terjadi saat Popeyes meluncurkan ayam goreng sandwich-nya yang legendaris, yang menyebabkan kekacauan di berbagai lokasi dan stok habis berhari-hari. McDonald’s kini berada di jalur yang mirip, dan penting untuk memastikan bahwa kesuksesan pemasaran tidak berbalik menjadi kekecewaan pelanggan karena ketidaksiapan logistik.

Para analis pasar memperkirakan bahwa jika McDonald’s mampu mengelola distribusi dengan lebih baik, Snack Wrap bisa menjadi menu permanen kembali dalam waktu dekat. Margin keuntungan dari produk ini relatif tinggi karena bahan dasarnya murah dan waktu persiapannya singkat. Namun perusahaan perlu memastikan bahwa setiap elemen pendukung — mulai dari pemasok, armada distribusi, hingga tenaga dapur — disiapkan untuk mendukung pertumbuhan permintaan.

Dalam konteks pasar yang semakin kompetitif dan preferensi konsumen yang terus berubah, kembalinya Snack Wrap menjadi ujian nyata bagi kemampuan adaptasi McDonald’s. Meskipun terlihat sebagai manuver sederhana, peluncuran ulang menu ini telah membuka banyak dinamika operasional, strategi merek, dan bahkan isu pasokan pertanian seperti kelangkaan selada. Dalam dunia makanan cepat saji modern, bahkan selembar daun selada bisa menjadi penentu antara keberhasilan dan kegagalan.