(Business Lounge – Global News) SpaceX, perusahaan penerbangan antariksa milik Elon Musk, memperoleh lampu hijau dari regulator keselamatan udara Amerika Serikat untuk meningkatkan intensitas peluncuran roket Starship dari fasilitas andalannya di Starbase, Texas. Dengan persetujuan baru ini, SpaceX dapat melakukan hingga 25 peluncuran per tahun—sebuah lonjakan signifikan dari sebelumnya yang hanya beberapa kali uji coba setahun. Kabar ini tidak hanya mencerminkan meningkatnya ambisi eksplorasi luar angkasa SpaceX, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam upaya perusahaan untuk menjadikan Starship sebagai sistem transportasi antariksa yang dapat digunakan kembali secara rutin.
Menurut laporan dari Wall Street Journal, Federal Aviation Administration (FAA) menyimpulkan bahwa aktivitas peluncuran yang diperluas dari Starbase tidak akan menimbulkan risiko keselamatan udara yang tidak dapat diterima, setelah melakukan peninjauan lingkungan dan keselamatan selama beberapa bulan. Hal ini membuka jalan bagi SpaceX untuk mempercepat program pengujian dan validasi sistem Starship, roket generasi baru yang dirancang untuk membawa manusia dan kargo ke Bulan, Mars, dan bahkan lebih jauh.
Starship sendiri merupakan sistem peluncuran dua tahap paling ambisius yang pernah dikembangkan. Dengan tinggi hampir 120 meter, roket ini diproyeksikan mampu mengangkut muatan hingga 150 metrik ton ke orbit rendah Bumi—lebih dari dua kali lipat kapasitas sistem peluncuran tradisional seperti Falcon 9. Keunggulan utama Starship adalah potensi penggunaannya yang berulang kali (reusable), baik pada tahap pendorong (Super Heavy) maupun pada tahap atas (Starship).
Menurut Bloomberg, restu dari FAA merupakan kunci bagi SpaceX untuk mencapai ambisi ritme peluncuran yang lebih tinggi, mengingat Elon Musk pernah menyatakan bahwa untuk membangun koloni di Mars, dibutuhkan ribuan peluncuran dengan frekuensi reguler. “Kami tidak akan bisa menjelajahi Mars dengan satu peluncuran per tahun,” ujar Musk dalam salah satu sesi tanya jawab publik tahun lalu.
Selama dua tahun terakhir, SpaceX telah melakukan beberapa uji coba peluncuran Starship dari fasilitas Starbase di Boca Chica, Texas. Namun, masing-masing uji coba tersebut menghadapi berbagai tantangan, dari ledakan mesin hingga kegagalan tahap pemisahan roket. Peluncuran keempat yang dijadwalkan pada pertengahan 2025 kini akan menjadi ujian penting pertama di bawah izin baru ini.
FAA dalam laporan resminya menekankan bahwa meskipun jumlah peluncuran ditingkatkan, SpaceX tetap diwajibkan mematuhi protokol keselamatan ketat serta terus melaporkan dampak lingkungan dari setiap aktivitas peluncuran. FAA juga menetapkan batasan ketinggian dan durasi peluncuran, serta mekanisme penghentian darurat (flight termination) jika terjadi penyimpangan dari rencana.
Sebagaimana dicatat oleh Reuters, persetujuan ini datang setelah proses evaluasi yang melibatkan sejumlah lembaga federal, termasuk Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), dan Fish and Wildlife Service. Salah satu isu yang banyak diperdebatkan dalam evaluasi ini adalah dampak suara dan puing-puing terhadap ekosistem di sekitar Boca Chica, yang merupakan habitat penting bagi spesies burung langka dan kehidupan laut.
Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, SpaceX mengajukan serangkaian langkah mitigasi, termasuk penggunaan sistem pelindung kebisingan, peningkatan pemantauan satwa liar, serta pembangunan sistem pencegah debu dan panas di landasan peluncuran. “Kami sangat menghargai kerja sama dengan komunitas ilmiah dan regulator untuk memastikan bahwa eksplorasi luar angkasa dapat beriringan dengan pelestarian lingkungan,” ujar perwakilan SpaceX dalam pernyataan tertulis.
Di sisi lain, masyarakat lokal tetap terpecah dalam menyambut berita ini. Sebagian mendukung pengembangan teknologi luar angkasa dan peluang ekonomi yang dibawa oleh SpaceX ke kawasan tersebut, termasuk penciptaan lapangan kerja dan peningkatan infrastruktur. Namun sebagian lainnya menyuarakan kekhawatiran tentang dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan akses publik ke pantai Boca Chica, yang semakin terbatas sejak dimulainya pembangunan Starbase.
Menurut The Wall Street Journal, pejabat FAA menekankan bahwa izin ini bukan berarti SpaceX bisa bertindak tanpa batas. Setiap peluncuran tetap harus diajukan secara terpisah, termasuk dokumentasi teknis dan protokol keselamatan. Selain itu, FAA berhak menghentikan kegiatan SpaceX kapan saja jika ditemukan pelanggaran atau jika terjadi insiden serius yang membahayakan keselamatan publik.
Namun dari sudut pandang industri luar angkasa komersial, perkembangan ini menandai momen penting. Dengan izin untuk meluncurkan hingga dua kali sebulan, SpaceX bisa mempercepat pengujian sistem penting seperti pemisahan tahap, pendaratan kembali tahap pertama, dan integrasi kapsul awak. Ini penting bukan hanya untuk misi Mars, tetapi juga untuk kontrak NASA yang menugaskan Starship sebagai sistem pendarat manusia di Bulan dalam program Artemis.
NASA sendiri menyambut baik keputusan FAA ini. Dalam pernyataan resminya, badan antariksa tersebut menyatakan bahwa kelancaran pengembangan Starship sangat krusial untuk misi Artemis III, yang direncanakan membawa astronot kembali ke Bulan pada akhir dekade ini. “Starship bukan hanya kendaraan milik SpaceX, tetapi juga bagian dari arsitektur masa depan NASA,” kata Administrator NASA Bill Nelson dalam wawancara dengan Bloomberg.
Investor juga melihat kabar ini sebagai sinyal positif. Saham perusahaan mitra teknologi SpaceX, seperti perusahaan manufaktur mesin dan sensor penerbangan, menunjukkan tren naik di tengah sentimen optimisme pasar. Para analis menyatakan bahwa keberhasilan operasional berulang dari Starship akan membuka peluang komersial besar, tidak hanya untuk eksplorasi, tetapi juga untuk sektor seperti peluncuran satelit berat, logistik orbit rendah, dan bahkan pariwisata luar angkasa.
Namun, jalan ke depan tetap menantang. Starship adalah kendaraan paling kompleks yang pernah dikembangkan, dan hingga kini belum ada satu peluncuran yang berhasil sepenuhnya sesuai rencana. Uji coba mendatang akan menjadi tolok ukur penting dalam membuktikan bahwa sistem ini dapat diandalkan, aman, dan ekonomis dalam skala besar. Bahkan Elon Musk sendiri mengakui bahwa Starship mungkin masih memerlukan beberapa iterasi lagi sebelum benar-benar operasional.
Dengan intensitas peluncuran yang meningkat, tantangan teknis pun akan bertambah. Setiap peluncuran Starship membutuhkan sistem pendingin dan pelindung yang ekstrem karena panas yang dihasilkan. Sistem peluncuran ulang tahap pertama juga harus disempurnakan agar benar-benar reusable. Selain itu, kontrol lalu lintas udara dan maritim di sekitar Starbase perlu ditingkatkan agar aktivitas peluncuran tidak mengganggu penerbangan sipil atau kegiatan nelayan lokal.
Terkait dengan hal ini, FAA menyatakan telah melakukan koordinasi dengan Administrasi Penerbangan Sipil Texas serta badan keamanan lokal untuk menyusun jadwal peluncuran yang meminimalkan gangguan pada transportasi udara dan aktivitas masyarakat sekitar. FAA juga menekankan pentingnya transparansi komunikasi antara SpaceX dan warga sekitar, termasuk memberikan pemberitahuan publik yang memadai sebelum setiap peluncuran.
Secara keseluruhan, keputusan FAA untuk mengizinkan hingga 25 peluncuran per tahun dari Starbase menunjukkan meningkatnya kepercayaan pemerintah terhadap kemampuan SpaceX mengelola risiko. Ini juga memperlihatkan bahwa dunia antariksa telah memasuki era baru, di mana peluncuran roket bukan lagi acara langka, tetapi bisa menjadi aktivitas rutin dengan ritme tinggi seperti industri penerbangan komersial.
Dengan lebih banyak peluncuran dan lebih cepatnya siklus iterasi teknologi, harapan akan masa depan antariksa—dari bulan, Mars, hingga orbit komersial—menjadi semakin nyata. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: bisakah ambisi ini dicapai sambil tetap menjaga keselamatan publik, lingkungan, dan tanggung jawab sosial di tingkat lokal?