(Business Lounge – Global News) Frontier Airlines memperingatkan bahwa pendapatannya kemungkinan akan berada di bawah ekspektasi untuk kuartal ini, menyusul melemahnya permintaan perjalanan yang mendorong maskapai untuk menawarkan diskon besar dan promosi agresif demi menarik penumpang. Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Rabu malam, perusahaan menyebut bahwa tekanan terhadap tarif telah menyebar luas di seluruh industri penerbangan berbiaya rendah, memaksa Frontier untuk melakukan penyesuaian operasional guna menstabilkan margin.
Maskapai yang berbasis di Denver tersebut mengatakan bahwa kondisi pasar pada Maret mengalami penurunan signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Melemahnya permintaan menyebabkan tingkat keterisian pesawat turun, terutama di rute-rute domestik jarak pendek yang selama ini menjadi kekuatan utama Frontier. Dalam laporan yang dikutip oleh Bloomberg, perusahaan menyebut bahwa “tekanan terhadap harga tiket menyebabkan penurunan yield yang tidak sebanding dengan volume penumpang.” Akibatnya, Frontier mengumumkan pengurangan kapasitas dengan memangkas sejumlah frekuensi penerbangan dalam beberapa bulan ke depan.
Langkah ini dianggap sebagai sinyal bahwa maskapai ultra-low-cost carrier (ULCC) seperti Frontier kini menghadapi tantangan struktural, tidak hanya sekadar faktor musiman. Dalam wawancara dengan CNBC, analis industri dari Raymond James mengatakan bahwa penurunan permintaan ini mencerminkan kejenuhan pasar domestik AS, terutama karena konsumen kini semakin sensitif terhadap harga dan mulai mengurangi perjalanan rekreasi yang tidak mendesak. Sementara itu, lonjakan biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi turut menekan keinginan masyarakat untuk bepergian.
Frontier juga mengindikasikan bahwa strategi promosi yang selama ini menjadi andalan mulai kehilangan efektivitas. Diskon tiket, bundling bagasi, dan program keanggotaan tahunan seperti GoWild! Pass tidak lagi memberikan dampak positif yang signifikan terhadap angka pemesanan. Dalam laporan yang dikutip oleh The Wall Street Journal, perusahaan mengatakan bahwa meskipun volume lalu lintas meningkat selama periode promosi, pendapatan bersih per kursi justru menurun, menandakan adanya “trade-off yang merugikan antara volume dan profitabilitas.”
Penurunan kinerja ini mendorong Frontier untuk mengoreksi proyeksi pendapatannya. Dalam dokumen kepada regulator, maskapai memperkirakan pendapatan kuartal pertama akan turun sekitar 5 hingga 10 persen dari target awal. Selain itu, perusahaan mengurangi estimasi kapasitas kursi (available seat miles) sebesar 3 persen, sebagai bagian dari upaya menghindari kelebihan pasokan kursi yang dapat semakin menekan tarif. Reuters mencatat bahwa Frontier juga sedang mempertimbangkan untuk menunda pengiriman beberapa pesawat Airbus A321neo yang sebelumnya dijadwalkan masuk armada tahun ini.
Di tengah tekanan tersebut, Frontier tetap menekankan bahwa mereka akan mempertahankan strategi biaya rendah dan efisiensi operasional. CEO Barry Biffle mengatakan bahwa perusahaan akan fokus pada rute-rute yang paling menguntungkan dan mengurangi layanan ke pasar yang menunjukkan penurunan permintaan berkelanjutan. Ia menyebut, “Kami sedang dalam proses melakukan realokasi kapasitas menuju pasar-pasar dengan yield lebih tinggi dan tren pemulihan yang lebih kuat.” Biffle menambahkan bahwa Frontier memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi karena struktur biaya mereka tetap jauh di bawah rata-rata industri.
Langkah-langkah Frontier ini mencerminkan tren yang lebih luas dalam industri ULCC di Amerika Serikat. Maskapai seperti Spirit Airlines dan Allegiant juga menghadapi tekanan serupa dalam beberapa bulan terakhir. Dalam analisis yang dimuat oleh Financial Times, disebutkan bahwa sektor penerbangan murah yang selama pandemi mengalami lonjakan permintaan kini memasuki fase koreksi. Kelebihan kapasitas, perubahan preferensi konsumen, dan tekanan dari maskapai full-service yang mulai menurunkan tarifnya membuat ULCC kesulitan mempertahankan model bisnis mereka.
Selain itu, Frontier menghadapi tantangan dari sisi operasional, termasuk biaya bahan bakar yang tetap tinggi dan kekurangan tenaga kerja di beberapa bandara regional. Meskipun harga avtur telah sedikit menurun dibandingkan tahun lalu, margin keuntungan tetap tergerus akibat beban tetap lainnya seperti biaya leasing pesawat dan infrastruktur bandara. Dalam catatan analis Barclays, disebutkan bahwa Frontier perlu melakukan restrukturisasi skala kecil agar dapat menyesuaikan diri dengan permintaan pasca-pandemi yang kini lebih fluktuatif.
Investor pun bereaksi negatif terhadap kabar tersebut. Saham Frontier Holdings Inc. anjlok hampir 9 persen dalam perdagangan pra-pasar setelah pengumuman dirilis. Meskipun manajemen tetap optimis terhadap prospek jangka menengah, kepercayaan pasar saat ini tertekan oleh ketidakpastian makroekonomi dan belum jelasnya titik balik dalam tren permintaan. Beberapa investor bahkan mulai mempertanyakan apakah model ULCC masih relevan di tengah kondisi ekonomi yang berubah dan konsumen yang makin menuntut fleksibilitas serta kenyamanan.
Namun, Frontier menyatakan bahwa mereka tidak akan keluar dari pendekatan biaya rendah yang menjadi identitas mereka. Sebaliknya, mereka akan memanfaatkan periode ini untuk menyempurnakan strategi operasional dan mempertajam fokus pasar. Dengan mengalihkan kapasitas ke rute-rute leisure jarak jauh dan tujuan wisata yang menunjukkan rebound, Frontier berharap dapat mengembalikan profitabilitas secara bertahap.