5 Alasan untuk Startup Melakukan Pivot

(Business Lounge Journal – entrepreneurship)

Menarik untuk membahas bilamana penting bagi startup melakukan pivot. Ketika sebuah bisnis dibangun maka setiap founder sudah memiliki business model-nya masing-masing. Namun berjalannya waktu, situasi dan kondisi yang dilaluinya belum tentu sesuai dengan apa yang diinginkannya. Jika demikian, maka startup melakukan pivot menjadi sebuah alternatif yang dapat dilakukan untuk bertahan.

Contoh Pivot

Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan oleh Moladin, sebuah startup yang semula didirikan sebagai perusahaan rintisan penjualan motor secara online pada tahun 2017. Kemudian pada tahun 2018, Moladin mendapatkan suntikan dana sekitar 17 miliar rupiah.

Tetapi pada kenyataannya apa yang dialami membuat Moladin harus mengubah fokusnya yang semula menjual motor menjadi menjual mobil bekas pada Juni 2021. Bisnisnya pun berkembang pesat hingga mendapatkan pendanaan seri A pada bulan Januari pada tahun ini dan juga mendapatkan pendanaan seri B pada bulan Mei yang lalu.

Aplikasi Moladin kini digunakan oleh lebih dari 40.000 agen penjual mobil bekas untuk mengembangkan bisnis mereka. Volume transaksi di Moladin pun bertumbuh pesat dengan volume transaksi tumbuh lebih dari 20x selama beberapa bulan terakhir.

Pivot by Instagram

Instagram semula tidak seperti Instagram yang kita kenal saat ini. Instagram tidak memulai bisnisnya untuk para penggunanya berbagi foto dan video mereka. Instagram dimulai dari aplikasi web bernama Burbn yang memungkinkan pengguna untuk check-in, mem-postingrencana mereka, dan berbagi foto.

Namun pada Maret 2010, Kevin Systrom, sang founder bertemu dengan dua pemodal ventura dalam sebuah pesta yang kemudian berlanjut bagaimana ia mendapatkan pendanaan. Systrom kemudian mendapatkan tim yang bergabung dengannya untuk mengembangkan bisnisnya yang berbuntut pada keputusan untuk fokus pada foto yang diambil secara khusus di perangkat seluler. Instagram melakukan pivot.

Apa itu pivot?

Pivot startup, atau pivot bisnis, terjadi ketika perusahaan mengubah strategi bisnisnya untuk mengakomodasi perubahan dalam industrinya, preferensi pelanggan, atau faktor lain apa pun yang memengaruhi labanya. Ini pada dasarnya adalah proses startup yang menerjemahkan umpan balik langsung atau tidak langsung menjadi perubahan dalam model bisnisnya.

Pivot drastis seperti Instagram adalah yang cenderung Anda dengar, tetapi tidak setiap pivot merupakan perubahan mendasar bagi seluruh perusahaan. Startup tidak selalu memiliki kebutuhan atau sumber daya untuk melakukan sesuatu yang radikal. Dalam banyak kasus, perusahaan hanya akan memiliki satu masalah yang perlu ditangani.

Pivot bisa berupa apa saja, mulai dari mengubah cara produk diproduksi hingga mengubah upaya pemasaran untuk menarik persona pembeli baru. Istilah ini relatif cair, tetapi selalu memerlukan perubahan dalam strategi bisnis startup, umumnya ditentukan oleh faktor-faktor di luar kendalinya.

Kapan Startup Melakukan Pivot?

Mungkin sulit untuk mengetahui kapan startup melakukan pivot pada business model Anda. Namun ada beberapa hal yang dapat menjadi alasan bagi Anda untuk mempertimbangkan perlukah Anda melakukan pivot?

1. Salah satu produk atau layanan Anda benar-benar menonjol

Terkadang, satu fitur produk, layanan, atau business model yang Anda miliki nampak jauh lebih baik daripada fitur lain di sekitarnya. Jika itu yang terjadi pada perusahaan Anda, maka cobalah untuk menjajaki apakah Anda perlu melakukan pivot. Apakah Anda perlu untuk hanya fokus pada aspek tersebut secara eksklusif. Ingat, tujuan Anda adalah bagaimana bisnis Anda menjadi seefisien mungkin sehingga dapat memperoleh hasil terbaik untuk usaha Anda.

Memangkas sebanyak mungkin hal yang ‘tidak penting’ dari operasional bisnis Anda adalah salah satu cara terbaik untuk merampingkan produksi. Pada akhirnya akan mengekstrak lebih banyak nilai dari waktu dan modal yang Anda investasikan di perusahaan Anda. Jika Anda dapat mengidentifikasi satu fitur produk atau layanan Anda yang dinikmati atau dimanfaatkan pelanggan Anda lebih dari yang lain, pertimbangkan untuk melakukan pivot dan terus fokus pada pengembangan yang terkait.

2. Bisnis dinilai tidak layak secara finansial

Pendiri startup sering memiliki saham dalam bisnis mereka sendiri. Namun hal yang paling penting bukanlah masalah pendiri itu adalah pemilik saham, melainkan bagaimana memiliki ide baru dan adanya motivasi untuk mewujudkan ide tersebut.

Terlepas dari apakah bisnis rintisan Anda ini sangat berarti bagi Anda secara pribadi, atau menjadi tempat Anda menyalurkan ide-ide ‘idealis’ Anda, tetapi sebuah bisnis hanya dapat berjalan selama modalnya memungkinkan. Jika perusahaan Anda kehabisan uang, Anda harus beralih dari ide yang ada ke sesuatu yang lebih layak secara finansial.

Cobalah Anda menilai bisnis Anda secara jujur ​​dan objektif — tanpa perasaan dan emosi — lalu lihat dalam hal apa Anda bisa melakukan yang lebih baik. Lihat apa yang dapat Anda release, aspek mana yang membebani Anda secara finansial, dan ke mana Anda dapat pergi dengan sumber daya yang Anda miliki. Gunakan informasi itu untuk mengidentifikasi titik referensi untuk melakukan pivot.

3. Pasar tidak memberikan respon seperti yang Anda harapkan

Adanya prospek di pasar untuk memasarkan produk atau layanan Anda adalah sangat penting. Ini adalah moment of truth, tetapi Anda harus mau menerima jika fakta yang Anda temukan sangat menyakitkan. Mungkin, masyarakat tidak mengenal produk Anda. Mungkin, masyarakat tidak tertarik pada layanan Anda. Atau mungkin, target audiens Anda enggan merogoh kocek senilai penawaran Anda.

Setiap kasus ketika produk atau layanan Anda tidak beresonansi dengan konsumen seperti yang Anda harapan, maka ada kemungkinan Anda perlu melakukan pivot. Mungkin, Anda perlu mengubah business model Anda untuk memberikan nilai yang lebih baik kepada target audiens Anda.

Beberapa hal yang dapat Anda lakukan, seperti menurunkan harga, mengembangkan hanya fitur tertentu, atau mengubah target pasar Anda. Pada akhirnya, Anda harus membuat konsumen melihat bisnis Anda dari sudut pandang baru.

4. Anda secara terus menerus diungguli oleh kompetitor

Pernahkan Anda mendengar istilah bahwa dunia startup adalah dunia “dog eat dog”. Wah seram juga ya istilahnya. Namun istilah ini menggambarkan bahwa dunia startup itu sarat dengan kompetisi yang sengit. Nah, jika perusahaan lain benar-benar mendominasi ruang Anda — mengambil bisnis yang Anda butuhkan atau membatasi Anda pada ceruk yang tidak Anda sukai — mungkin inilah saatnya untuk melakukan pivot.

Industri Anda mungkin ramai. Mungkin ada terlalu banyak penjual di dalamnya sementara porsi pasar terbatas. Atau, adanya satu perusahaan yang benar-benar menguasai pasar karena ia memiliki pemahaman yang pasti tentang audiens target Anda. Dalam kedua kasus ini, kemungkinan pivot dapat dilakukan.

Anda perlu mengubah perusahaan Anda secara radikal termasuk cara kerjanya. Anda mungkin harus mengubah produk atau layanan Anda. Anda mungkin juga harus tahu bagaimana dapat memikat audiens baru, atau sepenuhnya mengubah strategi penjualan Anda.

Melakukan pivot untuk menantang pesaing Anda bukan berarti harus tetap pada produk atau layanan yang sama. Melakukan perbedaan juga kadang menjadi solusi terbaik.

5. Jika Anda hanya menginginkan sesuatu yang berbeda.

Katakanlah startup Anda telah beroperasi untuk jangka waktu tertentu namun Anda merasa kurang puas. Perspektif dan tujuan Anda saat ini mungkin juga telah bergeser. Anda mungkin telah mengembangkan nilai-nilai baru seiring pertumbuhan bisnis Anda. Mungkin, telah ada ceruk lain yang menguntungkan yang dapat Anda isi.

Dalam kasus tersebut, beberapa jenis pivot dapat Anda lakukan. Namun tetaplah berhati-hati — alasan khusus untuk melakukan pivot adalah yang paling sulit untuk dinavigasi. Jika bisnis Anda berjalan dengan baik, maka melakukan pivot dapat membawa risiko bagi Anda. Apalagi jika itu sebuah perubahan yang radikal. Namun, sebagai pemilik bisnis, semua keputusan ada pada tangan Anda. Putuskanlah bagaimana perusahaan Anda beroperasi. Lakukan apa yang menurut Anda benar — apakah itu masalah visi, moral, keuangan, atau ketiganya.

Baca lainnya:

Kemenperin: Startup4Industry Percepat Transformasi Digital Sektor Industri