Wal-Mart Emban Misi Meningkatkan Produksi Dalam Negeri AS

(Business Lounge – Business Insight) Wal-Mart Stores sedang mengemban misi mulia dengan menargetkan penjualan atas barang-barang buatan AS hingga mencapai USD 250 miliar atau sekitar 3,250 triliun rupiah hingga tahun 2023. Dengan hal ini maka diharapkan terciptanya lapangan kerja di Amerika sesuai dengan target Wal-Mart yaitu tahun 2023. Berdasarkan data dari Boston Consulting Group, diperkirakan bahwa satu juta pekerjaan baru di AS akan diciptakan melalui inisiatif ini.

Dengan demikian Wal-Mart berharap para vendornya dapat mencari sumber-sumber pasokan barang AS yang pada kenyataannya tidaklah mudah bahkan cenderung merupakan sebuah tantangan.

Untuk mewujudkannya, pengecer terbesar di dunia ini bermitra dengan perusahaan platform terkemuka untuk menemukan produk sumber dan pemasok dalam bidang industri, ThomasNet untuk membantu vendor-vendornya menemukan suplier AS untuk memproduksi produk mereka, demikian dikatakan perusahaan pada Rabu (9/7). Untuk saat ini seperti dikatakan Wal-Mart terjadi suatu kelangkaan infrastruktur para pemasok di AS. Hal ini sangatlah disayangkan. Apakah yang menjadi penyebabnya? Ternyata, banyak pemasok AS yang telah bergeser ke luar negeri ke pasar dengan biaya yang lebih rendah seperti Tiongkok. Hal ini merupakan kendala yang signifikan untuk beberapa vendor karena itu saat ini mereka berupaya untuk mengalihkan produksi kembali ke Amerika Serikat.

ThomasNet, yang menjalankan database lebih dari 500.000 pemasok, telah menghasilkan “edisi korporasi” secara eksklusif untuk vendor Wal-Mart. Edisi ini pun akan menawarkan pemasok akses langsung ke lebih dari setengah juta produsen produk, komponen, dan jasa kustom AS. Hal ini dikemukakan pada saat berlangsungnya U.S. Manufacturing Summit pada 8 Juli di Bentonville, Arkansas.

“Sebagai pendukung yang bangga terhadap manufaktur AS selama lebih dari 100 tahun, kami merasa terhormat ketika Walmart meminta kami untuk bergabung dalam inisiatif manufaktur domestik ini,” demikian dikatakan Tom Greco, Wakil Presiden ThomasNet. Dikatakan pula bahwa hal ini harusnya akan mempermudah bagi Wall-Mart untuk terhubung dengan pemasok. Untuk memperoleh edisi baru yang dikhususkan untuk Wal-Mart ini, ThomasNet telah membentuk tim layanan pelanggan untuk menindaklanjuti pemasok ketika vendor mengeluarkan tawaran untuk barang-barang, demikian dikatakan Greco. ThomasNet akan membantu Walmart memberikan pilihan vendor untuk menemukan kualitas produk dan layanan yang Wal-Mart butuhkan sehingga Wal-Mart dapat menjadi kompetitif. Hal ini jelas akan menciptakan peluang bisnis di AS yang mendorong pertumbuhan pekerjaan dalam industri manufaktur.

“Banyak pemasok kecil takut untuk melakukan bisnis dengan perusahaan-perusahaan besar karena itu semua rintangan mereka harus diatasi sehingga mereka dapat terus maju,” demikian dikatakan Greco. “Ini akan membantu menjembatani kesenjangan yang ada.”

Hingga kini, setiap minggu, lebih dari 250 juta pelanggan dan anggota mengunjungi 11.462 toko Wal-Mart yang berada di bawah 71 perusahaan di 27 negara dan situs e-commerce di 11 negara. Dengan tahun fiskal 2015 penjualan hampir mencapai USD 486 miliar atau sekitar 6,318 triliun rupiah. Walmart juga mempekerjakan lebih dari 2 juta asosiasi di seluruh dunia. Walmart terus menjadi pemimpin dalam keberlanjutan, filantropi perusahaan dan kesempatan kerja.

Ternyata tidak hanya negara-negara berkembang seperti Indonesia yang sedang berkonsentrasi dengan peningkatan produksi dalam negerinya, ternyata negara maju seperti AS pun masih tetap mengupayakannya.

nancy/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x