(Business Lounge – Business Insight) Komisi tenaga kerja California telah memutuskan bahwa pengemudi untuk Uber Technologies Inc harus diklasifikasikan sebagai karyawan perusahaan, keputusan ini dinilai sebagai sebuah kemunduran bagaimana perusahaan jasa panggilan transportasi ini mengklasifikasikan tenaga kerjanya.
Keputusan itu tidak menjadi preseden untuk bagaimana Uber mengkompensasi pengemudi yang jumlahnya sudah mencapai 200.000, tapi itu adalah salah satu dari meningkatnya jumlah putusan pengadilan yang mungkin memiliki implikasi yang luas bagi perusahaan. Uber mengatakan bahwa pengemudinya adalah kontraktor independen dan bukan pegawai, penunjukkan ini berarti perusahaan tidak bertanggung jawab untuk membayar asuransi pengemudinya atau biaya yang berhubungan dengan pekerjaan dan memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dan memperluas dengan biaya yang relatif rendah.
Pada Selasa (17/6) pengadilan negara bagian California memutuskan untuk Uber membayar seorang pengemudinya di San Francisco untuk menggantikan biaya yang yang ditimbulkan karena jarak tempuh taxi Uber dan tarif tol mulai sejak bulan Juli hingga September tahun lalu, dengan total lebih dari $ 4.100 atau setara dengan 53 juta rupiah.
Regulator menemukan bahwa Uber haruslah “terlibat dalam setiap aspek operasional,” dari pemeriksaan pengemudi dan kendaraan mereka untuk menetapkan tarif perjalanan, sebab secara hukum si pemberi kerja adalah majikan dari si pengemudi. Uber sebenarnya telah mengajukan pendapatnya bahwa perusahaan ini hanyalah layanan jasa smartphone yang menyesuaikan penumpang dengan kendaraan, sehingga pengemudi seharusnya diklasifikasikan sebagai tenaga kontrak.
Uber pada Rabu (18/6) memohon agar komisi yang berwenang untuk tidak mengklasifikasikan pengemudinya sebagai karyawan sebab pengemudi memilih untuk bekerja pada Uber agar mereka memiliki fleksibilitas dan kontrol atas diri mereka sendiri. Namun pada sisi lain, komisi tenaga kerja membantah bahwa para pemgemudi mengontrol semua aspek pekerjaan mereka sendiri. Penumpang membayar Uber untuk perjalanan mereka yang pada akhirnya dibayarkan kepada pengemudi seharga yang dinegosiasikan.
Keputusan oleh lembaga negara seperti Komisi Tenaga Kerja California tidak menjadi preseden formal untuk kasus pengadilan atau tindakan lainnya, demikian dikatakan Rehuel Schiller, seorang profesor hukum di University of California Hastings College of Law seperti dilansir oleh WSJ.
Tetapi, andaikata berbagai entitas federal atau negara memutuskan bahwa pengemudi Uber adalah karyawan-baik untuk tujuan mengumpulkan asuransi pengangguran atau penggantian biaya, maka hal ini menjadi sebuah membangun momentum untuk memberikan gagasan bahwa para pengemudi itu terlihat lebih seperti karyawan daripada sebagai kontraktor independen. Perusahaan dapat mengubah kontrak dengan pengemudi mungkin itu jalan yang lebih mudah.
Keputusan terkait dengan satu perusahaan seperti Uber ini tidak akan diterapkan untuk semua perusahaan dalam berbagai ekonomi. Menentukan apakah seorang pekerja adalah karyawan adalah sebuah penyelidikan atas fakta yang harus dilakukan dengan sangat intensif.
Uber di California terus berjuang untuk tetap mengklasifikasikan pengemudinya sebagai kontraktor. Jika penggugat berhasil, kasus ini dapat membantu memperjelas area ketenagakerjaan ini dan memaksa Uber untuk membayar biaya baru untuk menutupi imbalan kerja dan biaya mengemudi.
citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana