(Business Lounge – Business Insight) Sebuah pabrik di kota Shenzhen, Tiongkok Selatan sedang didemo ratusan pekerjanya oleh karena adanya rencana relokasi. Para pekerja yang bekerja di pabrik Shenzhen Artigas Clothing & Leatherware Co Ltd telah memulai unjuk rasa mereka sejak Senin pada pekan lalu (8/6). Selain menentang relokasi, mereka juga menuntut supaya beberapa karyawan yang telah diberhentikan agar kembali dipekerjakan, demikian berita yang dikabarkan oleh Reuters.
Pabrik ini adalah pemasok industri fashion Jepang, Fast Retailing yaitu pemilik merek pakaian Uniqlo. Selain itu Shenzhen Artigas Clothing merupakan bagian dari Lever Style Inc, yang berbasis di Hong Kong dan yang meupakan pemasok pakaian untuk beberapa merek global terkemuka, termasuk Armani Exchange dan Calvin Klein. Lever Style telah menggeser manufaktur dari Tiongkok ke Vietnam dan pabrik-pabrik lain di Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir, demikian dikatakan para eksekutif seperti yang dilansir oleh Reuters.
Memang tidak tahu persis berapa jumlah karyawan yang berunjuk rasa namun Fast Retailing telah mengkonfirmasikan bahwa beberapa pekerja di pabrik garmen sedang berunjuk rasa. “Sementara kita sedang dalam proses konfirmasi fakta yang berkaitan dengan pemogokan, kami telah meminta manajemen Lever Shirt Co untuk membahas masalah ini dengan para pekerja dan mencapai resolusi damai,” demikian dikatakan Fast Retailing dalam sebuah pernyataan lewat email.
Produsen utama telah memindahkan beberapa produksi mereka jauh dari Tiongkok Selatan ke pedalaman atau ke negara-negara Asia lainnya seperti Vietnam dan Indonesia oleh karena tenaga kerja dan biaya produksi di Tiongkok daratan Meningkat.
Pada bulan Maret, ribuan pekerja di sebuah pabrik pembuat sepatu olahraga Yue Yuen Industrial Holdings di selatan negara itu mogok setelah terjadinya perubahan proses produksi. Shenzhen Artigas Clothing itu sendiri menyaksikan pemogokan oleh pekerja pabrik pada bulan Desember tahun lalu.
Students and Scholars Against Corporate Misbehavior (SACOM) mengatakan bahwa 900 pekerja telah mengadakan unjuk rasa pada bulan ini. Sebuah kelompok hak-hak buruh yang berbasis di Shenzhen membantu para pekerja untuk bernegosiasi, menempatkan angka pada antara 400 dan 500, mengatakan banyak pekerja telah meninggalkan pabrik sejak unjuk rasa pada Desember lalu.
“Pabrik telah berhenti berjalan. Para pekerja hanya duduk sebagai bentuk unjuk rasa di dalam pabrik,” demikian dikatakan seorang juru bicara dari kelompok hak-hak buruh Shenzhen. “Pemberi kerja mengatakan mereka tidak akan pindah (fasilitas) menyusul unjuk rasa pada bulan Desember, tetapi pada bulan Mei mereka mulai berpindah (operasi) lagi. Kali ini para pekerja telah memutuskan untuk melawan sampai akhir.”
Fast Retailing telah menghadapi masalah lain di Tiongkok yang berhubungan dengan pemasoknya. Pada bulan Januari, perusahaan mengatakan kepada dua pemasok di Tiongkok untuk meningkatkan kondisi kerja pabrik setelah ditemukan masalah setelah dilakukannya inspeksi, termasuk jam kerja yang panjang.
Nancy/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana