(Business Lounge – Entrepreneurship) Fredy Wijaya, fotografer, pengemudi motor antik, family man, dan…pengrajin kulit di kala senggang. Ia memiliki hobi yang tergolong tidak biasa dan menjadi keunikan bagi ayah dua anak ini yang sudah bertahun-tahun malang-melintang di dunia fotografi.
“Memang dari tahun 2005, saya berkutat di dunia digital wedding photography…sampai sekarang ini. Jadi pada waktu itu, saya udah mulai merasakan, bagaimana ya… ada yang enggak balance nih. Otaknya sudah mulai gak balance antara digital dan analog, jadi jalannya lebih condong ke kiri. Jadi waktu itu saya memutuskan untuk, oke saya mau cari sesuatu yang harus menggunakan tangan,” ujarnya.
Untung baginya, inspirasi datang ketika ia sedang mengunjungi event Euphoria Project pertama di Grand Indonesia pada dua tahun silam.
“Nah disitu saya lihat sepertinya kreatif industri Indonesia seperti kebanyakan orang, bukan sesuatu yang besar, gitu kan? Rata-rata anak-anak muda. Nah jika mereka ini bisa, saya juga ingin nih. Kebetulan di situ ketemu Nanda (red : Ernanda Putra) juga.”
Freddy pun mempelajari sendiri bagaimana membuat kerajinan kulit dari Youtube. Walaupun informasi mudah didapat, Fredy banyak melakukan trial and error untuk mendapatkan hasil yang bagus.
“Ya, banyak coba-coba. Banyak googling juga,” ujarnya sembari tertawa.
Didasari oleh hobi, cara Freddy menawarkan produknya pun berbeda seperti pelaku industri kreatif pada umumnya.
“Enggak, saya enggak bener-bener komersial, jadi bukan yang tetapin harga, terus customer beli…saya lebih sering eksperimen, bongkar pasang, dan kalau puas, potret, upload ke Instagram, terus biasanya ada yang pesan. Kadang-kadang ada juga yang pesan custom. Kayak waktu itu ada yang pesen leather pouch buat korek zippo.”
Setiap produk buatan Freddy memiliki nuansa yang berbeda-beda, dan itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen Borngoods.
“Saya tidak pakai karyawan, jadi semuanya ini saya buat sendiri pakai tangan,” ujarnya bangga.
Walaupun begitu, Freddy tetap memiliki standar dalam soal kualitas. Setiap produknya selalu dipastikan tidak sekedar asal jadi. Beberapa produk seperti dompet ataupun pouch terlihat termasuk yang paling banyak menarik peminat di instagram juga banyak mendapatkan feedback dari para customer. Freddy pun juga terlihat selalu membalas setiap pertanyaan dan komentar para customer tanpa lelah.
“Soal customer itu juga yang saya mau bilang. Saya paling suka berinteraksi dengan calon pembeli. Itu salah satu hal yang bikin saya happy,” ujarnya.
“Ya terkadang memang ada pembeli yang langsung ‘nembak’, bertanya “kenapa gua musti beli ini? Kenapa harganya segitu? Kenapa gua gak beli merek yang lain aja ?” Tapi pertanyaan-pertanyaan tersebut justru malah membuat saya makin bersemangat menjelaskan,” Freddy menerangkan alasan mengapa ia sangat komunikatif. Bahkan menurutnya, ada yang membutuhkan penjelasan sampai empat hari hanya untuk membeli sebuah dompet kartu.
“Ya jadi saya jelaskan, kenapa harganya begitu, kenapa bahannya bagus, kenapa punya saya bisa lebih memuaskan, dan sebagainya…saya suka berinteraksi seperti itu. Bukan menggurui, tapi lebih berbagi pengalaman dari apa yang sudah saya tekuni.”
Berkembang dengan pesat melalui informasi mulut ke mulut dan sosial media, Freddy dengan cepat memperoleh banyak pesanan. Kini, Freddy memiliki hampir 10 ribu pengikut di sosial media dan bahkan Freddy juga berbagi pengalamannya di salah satu maker space terkenal di Jakarta. Namun, bagaimana rencana ke depan bagi Freddy untuk brand-nya yang semakin berkembang ini?
“Ya, saya lebih ingin ke depannya Borngoods berbagi pengalaman dengan orang-orang lain. Saya lebih ingin condong pada membangun komunitas.”
Business Analysis : Kekuatan produk Borngoods terletak pada self-branding dari Freddy Wijaya. Interaksi penjual-pembeli adalah hal yang penting di dalam bisnis dan dalam hal ini, Business Communication, menjadi faktor utama dari kesuksesan Borngoods.
Di tengah banyaknya pengrajin leather goods serupa, memang dibutuhkan inovasi untuk memperoleh perhatian customer. Hal yang harus diperhatikan bagi para Entrepreneur muda, inovasi tidak melulu soal design dan pembuatan logo, namun ada banyak opsi managerial yang bisa dijadikan pertimbangan. Dalam contoh ini, business communication adalah salah satu metodenya. Feedback yang efisien, informasi yang jelas, dan service yang memuaskan pada customer, akan berdampak positif kepada marketing dan sales anda.
Michael Judah/VMN/BL
Related articles:
Maintain Customer Lewat Sosial Media, Mengapa Tidak?