Maskapai Penerbangan Eropa Sulit Berbisnis di Benuanya Sendiri

(Business Lounge – Business Today) Maskapai penerbangan Eropa mengalami kesulitan untuk berbisnis di rumahnya sendiri. Demikian diungkapkan oleh maskapai penerbangan Perancis, KLM pada minggu lalu. Akibatnya, KLM akan mentransfer sebagian besar penerbangan Eropa ke Transavia, sebuah maskapai penerbangan murah yang diakuisisi oleh KLM 11 tahun yang lalu, sebagai bagian dari restrukturisasi besar yang bertujuan untuk membalikkan kerugian penerbangan dalam waktu singkat, demikian seperti dilansir oleh Business Week.

Strategi yang sama juga telah diadopsi oleh maskapai penerbangan Jerman, Lufthansa ketika memutuskan menggeser penerbangannya dari Frankfurt dan Munich kepada penerbangan berbiaya lebih rendah dari Germanwings sejak 2012.

Penerbangan dengan rute Eropa memang sedang terbentur masalah persaingan biaya. Seperti persaingan yang terjadi pada maskapai penerbangan EasyJet, Ryanair, dan Wizz Air yang mendominasi penerbangan rute pendek di Eropa. Strategi penerbangan jarak pendek ini juga menyingkirkan maskapai penerbangan Amerika yang memiliki rute terbang yang sama. Biaya untuk tenaga kerja pada ke-3 maskapai tersebut memang masih lebih rendah daripada Lufthansa, Air France, dan British Airways.

Akibatnya, ketiga penerbangan raksasa Eropa telah mencari cara-cara baru untuk terbang di benuanya sendiri tanpa kehilangan uang. Penerbangan tarif murah dari pasar Eropa telah “terlalu banyak pemain,” demikian dikatakan Alexandre de Juniac, CEO Air France-KLM pada pekan lalu dalam sebuah presentasi kepada investor. Maskapai ini menargetkan laba € 2,5 miliar (38,5 triliun rupiah) pada tahun ini, naik dari € 1,86 miliar (28,7 triliun rupiah) pada tahun 2013.

Pada penerbangan tarif murah inilah, Transavia akan beroperasi. Perusahaan induknya mengharapkan maskapai penerbangan yang berbasis di Amsterdam ini akan bertambah 100 pesawat pada 2017 (saat ini 41 pesawat), dan akan membawa lebih dari 20 juta penumpang per tahun untuk menghasilkan pendapatan sekitar € 100 juta (1,5 triliun rupiah). Lebih dari 30 orang pilot Air France sudah ditransfer ke Transavia, Air France. Dengan demikian diprediksi penerbangan ini akan mulai menghasilkan keuntungan pada tahun 2018.

Sedangkan pada tahun 2020, ditargetkan maskapai ini akan menjaid pesaing utama dalam bisnis penerbangan berbiaya rendah ini. Sebagai bagian dari restrukturisasi, Air France juga memotong divisi kargo dari 14 pesawat menjadi lima pada akhir 2016, dengan fokus pengangkutan makanan segar dan hewan. Sebab hal ini dianggap lebih menguntungkan.

Induk maskapai penerbanganb British Airways, International Airlines Group juga sedang mengalami tekanan ekonomi. Penerbangan yang berbasis di Barcelona Vueling ini memiliki rute penerbangan ke-131 kota di seluruh Eropa. IAG juga telah memotong pekerjaan di unit Iberia, termasuk lebih dari 1.400 tenaga kerja seperti yang telah diumumkan sebelumnya pada bulan Juli lalu guna meningkatkan keuntungan finansial. Pergeseran penerbangan serta pemotongan biaya juga telah menjadi strategi untuk dapat meningkatkan keuntungan.

uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image:

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x