(Business Lounge-Culture) – Tak banyak orang yang mengetahui asal-muasal sejarah transportasi di Jakarta. Sebagai ibukota Negara, Jakarta sudah menata diri sejak tahun 1960-an. Dua unit bus dari generasi pertama milik Perum Pengangkutan Djakarta, masih beroperasi hingga kini dan bersliweran di jalan-jalan ibukota. Namun, bus-bus ber-Karoseri Superior sudah berubah fungsi dari bus penumpang menjadi bus penolong. Kedua bus hanya beroperasi jika ada bus-bus kota PPD yang mengalami kerusakan.
Dari dua bus yang ada, bus bernomor bodi 776 masih terpelihara keasliannya. Dengan empat buah lampu kotak yang unik dengan dua rumah lampu. Di bagian jendela bus, ciri khas bus tahun 1970-an masih nampak jelas. Jendela geser ke bawah, untuk membuka dan digeser ke atas untuk menutupnya. Bus ini pun pernah mengikuti acara Reuni Bus Klasik. Acara yang digagas sebuah komunitas penggemar bus di Jakarta, Jakarta Bus Society untuk memberi apresiasi pada bus-bus tua yang masih dirawat para pemiliknya.
Kedua bus ini menjadi saksi bisu sejarah lika-liku cerita di seputar bus kota di Jakarta. Sejak penambahan dan peremajaan bus kota, alias saat keduanya beroperasi di tahun 1971 – 1973 yang disambut kemelut tarif bus ibukota. Sempat pula terjadi penarikan bus kota dari perusahaan swasta di tahun 1979. Di tahun 1980-an keduanya mengalami era hidup matinya bus kota Jakarta, hingga satu per satu bus-bus seperti GAMADI, Saudaranta, Pelita Mas Jaya, Medal Sekar Wangi,dan Arion Transport mundur dari jalan-jalan di Jakarta.
Keberadaan kedua bus ini membuktikan, bahwa bus tidak terlepas dari sejarah perkembangan masyarakat, meskipun hanya sekedar alat transportasi. Tidak hanya itu, guratan-guratan yang ada pada bus juga menandai teknologi bus empat puluh tahun yang lalu.
Sonang Elyas/Journalist/VM/BL
Editor: Iin Caratri
Foto : Sonang Elyas.