Hari Rabu kemarin, pembalap dan petinggi F1 berkumpul di dekat lintasan untuk mengikuti misa penghormatan bagi Ayrton Senna. Ribuan penggemar berkerumun Kamis kemarin di titik kecelakaan Senna.
San Marino Grand Prix tak lagi menjadi agenda dalam jadwal balap mobil Formula One (F1) sejak 2006. Sudah terkalahkan oleh balapan di sekitar Eropa dan Asia yang lebih menguntungkan. Namun minggu ini sirkuit di Imola itu menjadi agenda wajib dalam kalender F1. Selalu ada waktu sebentar untuk mengingat tahun 1994 yang sudah lalu, dimana pembalap Ayrton Senna dan Roland Ratzenberger meninggal.
Senna berusia 34 tahun ketika mobil Williams yang dikemudikannya menabrak dinding di tikungan Tamburello, dengan kecepatan 305 kilometer per jam. Saat itu juga dia dibawa ke RS Maggiore di Bologna dan ditangani medis, tidak lama kemudian dinyatakan meninggal.
Kematian Senna adalah tragedi kedua pekan itu. Pada 24 jam sebelumnya, Ratzenberger—pembalap asal Austria yang saat itu berusia 33 tahun—meninggal dalam uji kualifikasi. Senna yang terusik insiden Ratzenberger lalu menyembunyikan bendera Austria pada kokpit mobilnya. Ia berencana akan melambaikan bendera Austria kala melewati garis finish.
.
Tragedi yang berturut turut ini ikut mendorong perbaikan dan perubahan dalam olahraga F1 ini, mulai dari perbaikan helm dan penyokong leher serta upaya memperlambat mobil dan membangun trek yang lebih aman. Sesudah itu dalam pertandingan F1 berikutnya tidak pernah ada korban jiwa.
Sekalipun Senna sering dinilai sulit diatur, dia sering dipuji sebagai atlet balap yang berbakat secara alamiah. Sudah ada 41 kemenangan yang dia raih dalam 161 perlombaan. Dalam daftar pemenang F1 dia berada pada posisi ketiga setelah Michael Schumacher dan Alain Prost.
Arum/Journalist/VM/BL
Editor: Iin Caratri
Image : wikimedia.org