Malaysia Airlines Alami Kesulitan Keuangan

(Business Lounge –  Business Today) – Malaysia Airlines merupakan korban terbesar dari menjamurnya maskapai tarif murah atau budget di Asia. Meski disanjung atas layanan kelas atasnya, Malaysia Airlines kini kesulitan meraih keuntungan di kandang akibat naiknya pamor Air Asia Bhd, maskapai budget terbesar di Asia. AirAsia sendiri memiliki pusat operasi di Kuala Lumpur.

Saham Malaysia Airlines jatuh sampai 20% saat pasar dibuka pada Senin. Kapitalisasi pasar maskapai itu anjlok hingga lebih dari $100 juta usai pesawat MH370 hilang pada akhir pekan kemarin. Pesawat dengan 227 penumpang dan 12 kru itu tidak diketahui keberadaannya saat terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing, Sabtu kemarin.

Daniel Wong, analis di Hong Leong Investment Bank mengatakan bahwa dia memprediksi insiden ini akan mempengaruhi sentimen konsumen.  Ia memotong target harga bagi saham Malaysia Airlines sebesar 30% menjadi 0,20 ringgit usai insiden. Orang kuatir dengan brand Malaysia Airlines dan lebih memilih maskapai lain. Hal ini akan memaksa maskapai negeri jiran itu menjual tiket dengan harga lebih murah atau menawarkan promosi lainnya sampai tahun depan, sampai insiden ini pudar dari ingatan publik.

Sebesar 61,4% saham Malaysia Airlines dimiliki lembaga pengelola investasi negara Malaysia, Khazanah Nasional Bhd. Maskapai ini tidak menghasilkan keuntungan dalam tiga tahun terakhir. Namun Malaysia Airlines baru-baru ini mengatakan situasi akan membaik di masa depan, seiring dengan meningkatnya permintaan untuk terbang dengan maskapai premium. Secara terpisah, petinggi Malaysia Airlines juga mengatakan bahwa maskapainya tengah mempertimbangkan proyek pembaharuan armada dengan memesan pesawat rute pendek dan panjang. Mereka yakin penumpang premium bersedia membayar lebih untuk terbang bersama Malaysia Airlines jika maskapainya menawarkan layanan yang lebih baik.

Kondisi  Malaysia Airlines yang cukup sulit ini juga semakin parah dengan campur tangan pemerintah dalam operasinya. Selain itu dalam perombakan yang akan dilakukan dalam menghadapi kesulitan ini mereka  juga dihadapkan pada tentangan yang kuat dari serikat pekerja. Pada 2013, Malaysian Airline System Bhd, badan usaha pengelola Malaysia Airlines, rugi 1,17 miliar ringgit. Angkanya membengkak dari kerugian 2012 yang sebesar 432 juta ringgit. Pada 2011, Malaysia Airlines rugi 2,52 miliar ringgit, kerugian terbesar sepanjang sejarah perusahaan.

Bagaimanapun hal ini bukan alasan bahwa Malaysia Airlines tidak memiliki standar keamanan yang memadai. Terbukti bahwa berdasarkan penilaian di airlineratings.com, Januari lalu,  Malaysia Airlines memiliki peringkat keamanan tinggi—enam bintang dari tujuh.

Arum/Journalist/VM/BL-wsj
Editor: Iin Caratri
Foto: wikimedia.org

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x