Polisi Bubarkan Pendemo Anti Pemerintah Thailand

(Business Lounge – World Today) – Dari dunia politik, sepertinya demonstrasi di Thailand belum juga berhenti. Dikabarkan, setidaknya tiga orang tewas dalam upaya pemerintah Thailand membersihkan Bangkok dari para pendemo anti-pemerintah. Menanggapi keadaan tersebut, dikhawatirkan Thailand akan kembali terjerumus ke dalam siklus kekerasan.

Terlihat dalam tayangan televisi, ratusan polisi anti huru-hara maju di Jembatan Phan Fa, Bangkok. Awan dari gas air mata terlihat mengepul di antara kuil-kuil Buddha, sementara aparat menggunakan ekskavator untuk membubarkan kamp protes. Dalam bentrokan kali ini, dikabarkan sedikitnya 58 orang terluka, dua orang polisi dan seorang demonstran meninggal. Di utara Bangkok, polisi menahan sekitar 150 orang yang memblokir Kementerian Energi. Ini merupakan bagian dari protes jalanan untuk menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.

Aparat sendiri juga sepertinya kewalahan karena harus menghadapi perlawanan sengit dari demonstran anti pemerintah Thailand. Upaya aparat sepertinya semakin sulit karena beberapa pengunjuk rasa terlihat juga menggunakan senjata. Lokasi protes yang lebih besar di pusat bisnis Bangkok masih tidak terjamah. Pemimpin demonstrasi, Suthep Thaugsuban, dan pengikutnya telah bertekad terus berjuang menyingkirkan pemerintahan Yingluck dan membasmi pengaruh kakaknya, mantan PM Thaksin Shinawatra, yang dikudeta militer pada 2006.

Gagalnya program subsidi beras pemerintah dinilai pendemo sebagai bukti bahwa kebijakan populis Shinawatra justru merugikan Thailand, salah satu ekonomi terbesar di Asia. Sementara itu lembaga anti-korupsi Thailand menggelar penyelidikan soal manajemen program subsidi beras yang dikenalkan Yingluck.

Dalam pidato TV, Selasa, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra kembali menyangkal dugaan korupsi subsidi beras. Yingluck juga menyalahkan pendemo anti-pemerintah karena mengganggu proses pembayaran bagi petani, yang telah menunggu sampai berbulan-bulan. Sejumlah bank takut memberi pinjaman untuk mendukung subsidi beras karena khawatir dikecam pendemo. Sebagian besar massa oposisi berasal dari area kelas menengah di sekitar Bangkok dan selatan Thailand.

Dari pihak perbankan di Thailand, Government Savings Bank (GSB), Senin kemarin, berjanji untuk tidak menambah pinjaman bagi sebuah bank pengelola program subsidi beras. Hal ini lantaran nasabah beramai-ramai menarik tabungannya dari GSB.

“Sangat disayangkan impian petani Thailand untuk kualitas hidup yang lebih baik menjadi korban dari permainan politik ini,” kata Yingluck. “Saya minta maaf kepada semua petani yang dirugikan oleh situasi ini.” Bagaimana kelanjutan situasi Thailand? Kita tunggu saja dampaknya setelah hasil Pemilu diumumkan.

(FJ/FJ/BL-WSJ)

Foto : Antara

 

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x