Empati dan Kepemimpinan

(Business Lounge – Leadership) – Pertanyaan ini merupakan sesuatu yang menggelitik… pemimpin punya perasaan atau tidak? Seringkali pergunjingan karyawan mengenai para pemimpinnya adalah mengenai kerasnya kepemimpinan yang baku hantam segala sesuatu tanpa mempertimbangkan perasaan pengikut. Model kepemimpinan otoriter kini tidak jamannya lagi… banyak orang merasa tertekan di bawah kepemimpinan otoriter sehingga kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Hersey-Blanchard kini lebih populer dan disukai banyak orang.

Untuk dapat berhasil dalam model Kepemimpinan Situasional, maka diperlukan pemimpin yang memiliki kecerdasan interpersonal. Pendidikan masa kini tidak lagi hanya mencetak pemimpin yang cerdas ilmu namun yang juga memiliki kecerdasan interpersonal, mampu membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Dalam kecerdasan interpersonal pemimpin, maka memiliki empati menjadi sesuatu yang sangat penting bagi seorang pemimpin. Prof. Marcus Stueck dari University of Applied Science Saxony Jerman menjelaskan bahwa empati adalah kegiatan berpikir individu mengenai “rasa” yang dia hasilkan ketika berhubungan dengan orang lain.

Seorang pemimpin yang berempati pastilah akan memiliki hubungan yang harmonis dengam seluruh pengikutnya. Empati akan membuat seorang pemimpin lebih bijak dalam setiap pengambilan keputusan dimana ia tidak akan hanya memandang dari sudutnya sendiri tapi juga mempertimbangkan keadaan orang lain. Empati akan menolong kepemimpinan menjadi lebih ber-prikemanusiaan. Pemimpin yang demikian tanpa disadari akan mendapatkan simpati rakyat dan menjadi populer di kalangan pengikutnya.

Dalam pengembangan empati maka kecerdasan intrapersonal juga akan berkembang. Setelah pemimpin mampu menyelami apa yang dirasakan oleh orang lain, maka ia sendiripun harus menyesuaikan dan menyelaraskan hati, pikiran, perasaannya dengan apa yang ia selami. Sehingga dengan memiliki empati, kecerdasan intrapersonal dan interpersonal berkembang dengan baik.

Pemimpin yang mampu berempati niscaya adalah pemimpin yang digerakkan oleh rasa sayang/kasih pada para pengikutnya. Dasar ini pulalah yang membuat akhirnya lahir teori kepemimpinan Servant leadership.

Pemimpin masa kini harus menyadari pentingnya empati dalam kepemimpinan. Ketika ada empati, maka menyelaraskan visi dan misi organisasi untuk mencapai goal yang diinginkan akan menjadi lebih mudah.  Mari kembangkan empati..dan kita akan melihat kepemimpinan yang lebih baik lagi.!

(dr. Vera Herlina, SE, MM/IC/BL)

pic: destinoyearbook.com

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x