(Business Lounge – Business Today) – Selama triwulan II-2013, penjualan properti komersial di kawasan Jakarta terus meningkat. Hal ini menjadikan para pelaku bisnis nasional, juga asing mengincar lahan-lahan stategis di Jakarta. Pembangunan diberbagai sektor mulai dilakukan dari perkantoran, apartemen, kondominum, kawasan pemukiman terpadu, maupun mall. Mudahnya kredit properti yang mengucur dari bank pemerintah maupun swasta, serta pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan, menjadikan pembangunan properti marak dalam tiga tahun belakangan ini. Harga lahan untuk properti di wilayah Jakarta dan sejumlah kota-kota besar di Indonesia pun terus merangkak naik.
Kondisi yang terjadi dengan terbatasnya lahan di wilayah Jakarta mendorong harga tanah di Ibukota melesat lampaui rumah atau hunian. Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI) harga tanah pada triwulan II-2013 di Jakarta meningkat lebih tinggi dari yang sama tahun sebelumnya.
“Harga tanah di pasar sekunder tumbuh lebih tinggi dibandingkan harga rumah,” jelas survei BI dikutip Senin (19/8/2013)
Survei itu menunjukan harga tanah pada periode tersebut dibandingkan tahun sebelumnya year on year (yoy) rata-rata mengalami peningkatan sebesar 20,17%. Sedangkan kenaikan harga tanah tertinggi terjadi di Jakarta Pusat 22,14% dan di Jakarta Selatan 20,30%.
Bandingkan dengan harga rumah, secara yoy harga rumah rata-rata hanya naik 17,45%, kenaikan tertinggi terjadi pada rumah tipe atas sebesar 17,17%.
Bila dibandingkan dengan kenaikan harga tanah pada triwulan sebelumnya (qtoq), harga tanah di Jakarta juga menunjukan lebih tinggi dari harga rumah. Secara qtoq harga tanah rata-rata di Jakarta mengalami kenaikan sebesar 4,15% lebih tinggi dari kenaikan harga rumah. Kenaikan harga tanah tertinggi pada triwulan II terjadi di Jakarta Pusat sebesar 4,32% khususnya di kawasan Menteng sebesar 4,76% dan Kemayoran 4,09%.
Sementara itu secara qtoq harga rumah kenaikannya masih di bawah harga tanah, rata-rata hanya naik 3,63%. Kenaikan harga rumah terjadi di semua segmen misalnya rumah segmen atas naik 3,6%, rumah segmen menengah naik 3,74%.
Peningkatan harga tertinggi pada rumah segmen menengah terutama di Ciganjur 4,38% dan Ancol Metro Marina 4,34%. Sedangkan peningkatan tertinggi pada rumah segmen atas terutama di Kemayoran 4,93%, Duren Tiga Pancoran 4,57%.
“Berdasarkan wilayah peningkatan harga rumah tertinggi terjadi di Jakarta Pusat 3,8%, terjadi pada rumah segmen atas 3,82% maupun segmen menengah 3,67%,” jelas survei tersebut.
Kenaikan tersebut juga didorong dengan terbatasnya pasokan dan ditambah dengan semakin meningginya permintaan dari kota yang dalam keadaan padat bisa berpopulasi hingga lebih dari 20 juta orang tersebut.
Selain itu Deputi Pengembangan Kawasan Kemenpera Agus Sumargianto mengatakan bahwa fokus Kemenpera ke depannya tetap pada penyediaan pasokan rumah, mengingat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup tinggi dinilai akan berpotensi memicu terjadinya peningkatan “backlog” (kekurangan persediaan rumah) bagi masyarakat. Bahkan dia perkirakan kebutuhan rumah untuk keluarga di Indonesia tahun depan diperkirakan mencapai angka lebih dari 15 juta unit.
(PS/IC/BL-VBN)