(The Manager’s Lounge – Quality) Masih ingatkah kita tentang kejadian malang yang menimpa seorang remaja yang tewas ketika mengendarai mobil Nissan Juke? Ya, Nissan Juke itu terbakar setelah menabrak tiang reklame. Banyak berita yang beredar bahwa salah satu alasan utama mobil Nissan Juke itu terbakar adalah karena adanya pemasangan sensor regulator yang tidak kencang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Seperti yang kita ketahui bahwa sebelumnya Lembaga Keselamatan Lalu Lintas dan Transportasi Amerika Serikat (NHTSA) telah mengumumkan recall atau penarikan kembali mobil Nissan Juke dengan tipe mesin MR16DDT (1600cc) yang menggunakan sistem engine direct fuel injection. Recall ini dilakukan karena adanya masalah pada fuel rail pressure sensor yang dialami oleh Nissan Juke tipe tersebut.
Nissan Motor Indonesia (NMI) selaku Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) telah mengeluarkan pernyataan bahwa recall terhadap Nissan Juke yang diumumkan lembaga Keselamatan Lalu Lintas dan Transportasi Amerika Serikat adalah Nissan Juke dengan spesifikasi dan tipe mesin yang berbeda dengan yang dipasarkan di Indonesia, yakni HR15DE (1500cc), sehingga berbeda dengan yang dikendarai almarhumah remaja malang ini.
Hampir sama dengan masalah Nissan Juke ini, Isuzu Motor Company terpaksa menarik 11 ribu unit SUV Rodeo dan Amigo buatan 1998 hingga 2002 yang beredar di seluruh dunia lantaran mobil tersebut mengalami masalah pada suspensi bagian belakang. Dudukan metal untuk peredam kejut dua mobil itu rentan terhadap karat yang disebabkan oleh kandungan garam atau uap air di udara. Akibatnya peredam kejut yang menyangga roda bisa tiba-tiba copot saat mobil tengah melaju sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.
Entah Nissan Juke dengan spesifikasi dan tipe mesin MR16DDT atau HR15DE yang mempunyai masalah sehingga menyebabkan terbakarnya mobil tersebut dan ditariknya beberapa Nissan Juke di seluruh dunia, serta dari penarikan SUV yang dilakukan oleh Isuzu Motor Company, satu pesan penting yang dapat kita petik yakni semua masalah ini bisa di minimalkan dengan melakukan quality control yang memadai sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Kata quality atau kualitas sudah tidak asing lagi ditelinga kita bahkan melekat dalam kehidupan sehari-hari kita. Ketika kita membeli sebuah barang, selain harga yang terjangkau kita pasti menginginkan kualitas yang baik. Ketika bepergian, kita pasti memilih maskapai penerbangan yang menawarkan kualitas yang baik. Jadi quality adalah hal yang sangat penting baik bagi produsen maupun konsumen produk dan jasa.
Apa yang dimaksud dengan quality control? Quality control adalah prosedur yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa produk yang diproduksi atau servis yang diberikan sesuai dengan kriteria kualitas dan memenuhi persyaratan dari klien atau pelanggan. Quality control adalah fungsi penting dalam sebuah proses produksi karena melibatkan pemeriksaan produk sebelum produk tersebut dikapalkan ke pelanggan (Srinivasu, Reddy & Rikkula, 2009).
Untuk dapat diterima dengan baik dipasar, perusahaan harus menerapkan perbaikan dan pengendalian kualitas dengan baik dan benar karena kualitas merupakan hal penting dalam kesuksesan sebuah produk dan jasa. Perusahaan lebih memilih untuk meningkatkan kualitas daripada menurunkan harga yang berdampak pada penurunan kualitas.
Pada dasarnya, prinsip-prinsip dasar quality control tercakup dalam tiga tahap berikut, dimana penerapannya akan berbeda tergantung pada industri terkait:
1.Material Control
2.Process Control
3.Finished product inspection
Material Control
Ini adalah pekerjaan dari proses quality control untuk melakukan inspeksi dan menangani masalah kualitas sebelum proses perakitan dimulai. Melakukan inspeksi terhadap kualitas material yang akan digunakan dalam proses produksi adalah sangat krusial karena material yang tidak sesuai standar akan menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan standar kualitas.
Process Control
Process control mencakup pengawasan kualitas selama proses perakitan untuk mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari perakitan. Perusahaan perlu melakukan kontrol proses agar dapat dengan sesegera mungkin memperbaiki komponen-kompenen yang mungkin rusak selama proses produksi sehingga masalah dapat terselesaikan sebelum material menjadi produk jadi.
Finished Product Inspection
Merupakan proses terakhir sebelum produk di distribusikan untuk di jual kepada pelanggan. Perusahaan perlu memastikan bahwa produk yang dihasilkan dan kemudian akan dijual kepada pelanggan sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan dan memenuhi kriteria pelanggan.
Tujuan dari setiap perusahaan adalah sama yaitu untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dan dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan/harapan pelanggan, memenuhi syarat ISO dan dapat bersaing di pasar. Salah satu cara untuk memastikan bahwa standar kualitas yang diinginkan telah tercapai dengan biaya dan waktu yang tepat adalah dengan menerapkan quality control dalam organisasi tersebut (Judi, Jenal & Gelasan, 2009).
Tidak peduli seberapa bagus produk dan servis yang ditawarkan, atau seberapa hebat layanan pelanggan sebuah perusahaan jika tidak memiliki sistem pengendalian mutu atau quality control yang efektif. Seperti yang kita ketahui, kabar buruk akan tersebar dengan cepat dan hal ini adalah fakta terutama dalam dunia bisnis. Mungkin hanya ada satu orang yang tidak puas dengan produk dan servis yang kita tawarkan, tetapi kita tidak boleh mengabaikan ketidakpuasan tersebut, karena apa yang terjadi jika seseorang yang tidak puas tersebut memutuskan untuk memberi tahu teman-temannya, kemudian teman nya memberi tahu teman yang lain, atau mengungkapkan kekecewaannya melalui media sosial seperti facebook dan twitter dimana individu ini bisa mempengaruhi ribuan pelanggan potensial kita, seperti hal nya yang mungkin terjadi pada produsen mobil di atas yang menarik produk nya dari pasaran karena adanya kerusakan pada bagian mobil yang telah dipasarkan.
Berikut adalah beberapa manfaat quality control:
1.Keseragaman
Baik menyediakan produk atau jasa layanan, cacat apapun dalam produk dan servis akan berakibat buruk bagi perusahaan dan dapat menurunkan reputasi / kredibilitas. Program quality control di design untuk mencegah dan mengurangi cacat yang mungkin muncul dalam produk dan servis perusahaan.
2.Deteksi dini di proses manufaktur
Quality control memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi adanya produk yang cacat dan memperbaiki mereka sebelum mencapai konsumen akhir.
3.Deteksi dalam industri jasa
Quality control atau feedback survey dapat didistribusikan kepada pelanggan untuk memantau tingkat kepuasan pelanggan sehingga perusahaan dapat menggunakan informasi ini untuk meningkatkan mutu pelayanan nya.
4.Prevention / pencegahan
Menurut Juran dalam bukunya Quality Control Handbook, biaya untuk mendeteksi cacat produk rata-rata 20 sampai 40 persen dari total penjualan. Quality control dapat membantu untuk mencegah cacat produk dengan mengidentifikasikan masalah sebelum terjadi.
5.Pertimbangan
Menurut pengacara litigasi produk cacat Denver, ribuan orang terluka setiap tahunnya karena produk yang cacat. Menerapkan quality control dapat membantu perusahaan menghemat jutaan dollar dalam tuntutan hukum atas produk yang cacat.
Dengan menerapkan quality control, perusahaan dapat memanfaatkan waktu dengan baik dalam proses produksi karena mengurangi re-work atas barang yang cacat, meningkatkan profitabilitas perusahaan, serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan menarik pelanggan baru.
Pada dasarnya kita harus kembali kepada prinsip Total Quality Management dimana perbaikan kualitas adalah proses yang:
-Berfokus kepada pemuasan kebutuhan pelanggan
-Memerlukan kerja keras dan sikap mental untuk selalu melakukan perbaikan terus menerus
-Melibatkan seluruh kekuatan sumber daya dalam perusahaan
Quality control memungkinkan perusahaan untuk melakukan tindak pencegahan atas kemungkinan masalah yang timbul, dan meningkatkan jaminan mutu untuk produk dan jasa yang akan ditawarkan kepada pelanggan. Dengan demikian, kredibilitas dan kualitas perusahaan dimata pelanggan akan lebih di hargai.
(Eric Liaoe/IK/TML)