(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Seiring dengan berkembangnya kekuatan India pada dunia bisnis, besar populasi di India turut menjadikannya pasar yang menguntungkan. Apakah pasar mereka serupa dengan pasar di Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman? Lalu jika kita ingin memasarkan produk ke India, apa saja faktor penting yang harus dipertimbangkan?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kami mempertimbangkan pendekatan marketing mix sebagai keterkaitan penting yang daapt mempengaruhi lingkungan bisnis di India.
India secara umum
India mengimplementasikan reformasi ekonomi yang besar dan berkesinambungan pada 1991 sebagai respon terhadap krisis valuta asing yang brutal. Reformasi tersebut termasuk liberalisasi investasi asing dan rezim nilai tukar, penurunan signifikan dalam tarif dan hambatan perdagangan lainnya, reformasi dan modernisasi sektor finansial, dan penyesuaian signifikan dalam kebijakan moneter dan fiskal peemrintah. Liberalisasi dalam rezim investasi telah membawa manfaat bagi negara tersebut dengan menjadikannya lokasi utama untuk Foreign Direct investment (FDI) di bagian belahan dunia timur.
Walaupun India memperoleh manfaat dari liberalisasi FDI, namun perusahaan asing dan MNC masih harus berjuang ketika memasuki India karena regulasi yang menyulitkan; birokrasi yang ekstrim dan praktik bisnis yang tidak professional menciptakan saling menghambat satu sama lain. Ditambah lagi, perusahaan asing seringkali dipandang dengan curiga, yang didasari oleh fakta bahwa India memegang prinsip self-reliance sejak memperoleh kemerdekaannya (Raja Ramachandran, 2000). Pada sebagian besar kasus, persetujuan pemerintah menjadi syarat bagi tiap investasi asing di india. Persetujuan yang juga disetujui oleh bank sentral India menjadi syarat bagi sector dimana hingga 100%, 74%, 51%, 40% or 26% modal asing dibolehkan dan persetujuan khusus diberikan oleh Foreign Investment Promotion Boards (FIPB) juga menjadi syarat dimana modal asing yang diajukan berada diatas batas aturan (The Economist Intelligence Unit, 2005)
Selain birokrasi dan regulasi yang menyulitkan , masalah potensial yang juga dapat menjadi beban bagi masa depan perekonomian di masa depan adalah kekurangan sistem keuangan India. Baru-baru ini, terdapat publikasi dari komentator Diana Farrell dan Aneta Marcheva yang menyatakan bahwa “Perkembangan industrial di Cina jauh melewati para tetangganya bukan hanya karena Cina merupakan perintis dari liberalisasi ekonomi melainkan juga faktor lain yang biasanya terlewatkan: sistem keuangan India.” (Shister, Neil, 2005)
Setelah meneliti secara dalam mengenai kemajuan reformasi saat ini akuntansi pada factor yang beraneka ragam lainnya, penulis menyimpulkan bahwa dibalik ukuran India yang begitu besar, namun di luar dugaan orang, India hanya mempunyai sirkulasi uang dalam sistem keuangan dengan jumlah yang sangat sedikit. Akibatnya, maka India tidak mampu mendanai investasi dan memperoleh modal fisik. Bukanlah suatu yang mengejutkan jika bandara New Delhi bahkan lebih buruk jika dibandingkan dengan bandara Soekarno Hatta.
Sangatlah penting untuk memahami sistem distribusi India didominasi oleh outlet ritel kecil, yang di area urban ada sekitar 900,000. Tiga tier struktur penjualan dan distribusi diadopsi oleh kebanyakan produsen India terdiri dari distributor, wholesaler dan peritel. Oleh karena itu, maka tidak mengherankan jika memperkirakan bahwa sebuah perusahaan yang beroperasi di seluruh India mempunyai 400 hingga 2300 distributor. Bagaimanapun juga, pada beberapa tahun belakangan terdapat meningkatnya ketertarikan perusahaan untuk meningkatkan logistik distribusi dalam rangka menghadapi kompetisi yang tinggi. Hal ini mendorong kelahiran dari agen distribusi dan logistik yang independen.
India telah mengembangkan infrastruktur yang lebih kuat untuk mempertahankan perusahaan swasta. Misalnya India belakangan disebut-sebut berinvestasi tinggi dalam pelabuhan, jalan, dan fasilitas infrastruktur lainnya untuk mengakselerasi tingkat pertumbuhan dan membuatnya lebih kompetitif dibandingkan dengan negara Asia lainnya untuk menarik FDI.(RP)
(Bersambung)
(Dr Sari Wahyuni/AA/TML)