(Business Lounge – Global News) Dua raksasa penyiaran televisi Amerika Serikat, Nexstar Media Group dan Tegna Inc., dilaporkan berada dalam tahap pembicaraan lanjutan terkait kesepakatan yang dapat mengubah peta industri TV lokal di negara tersebut. Menurut laporan yang dikutip dari The Wall Street Journal, diskusi ini telah berlangsung selama beberapa minggu terakhir dan disebut-sebut sebagai salah satu potensi konsolidasi terbesar dalam industri penyiaran dalam beberapa tahun terakhir.
Jika kesepakatan ini terwujud, maka langkah tersebut bukan hanya akan memperbesar jangkauan dan kekuatan finansial kedua perusahaan, tetapi juga bisa menjadi ujian penting terhadap kebijakan deregulasi media yang tengah diupayakan oleh Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC).
The Wall Street Journal menyebut bahwa negosiasi antara Nexstar dan Tegna mencakup pembahasan detail tentang valuasi, struktur kepemilikan pasca-merger, dan strategi integrasi. Meskipun belum ada keputusan final, sumber yang mengetahui pembicaraan ini menekankan bahwa kedua pihak berada pada tahap yang serius dan berharap dapat mencapai kesepakatan dalam waktu dekat, selama tidak ada hambatan besar yang muncul di tahap akhir.
Nexstar, yang berbasis di Irving, Texas, saat ini merupakan pemilik jaringan stasiun TV lokal terbesar di AS, dengan portofolio yang mencakup lebih dari 200 stasiun di seluruh negeri. Perusahaan ini telah tumbuh agresif melalui akuisisi, termasuk pembelian Tribune Media pada 2019 senilai $4,1 miliar, yang memperluas jangkauannya secara signifikan. Sementara itu, Tegna, yang bermarkas di Tysons, Virginia, mengoperasikan sekitar 64 stasiun televisi dan dikenal memiliki posisi kuat di sejumlah pasar besar dan menengah.
Menurut analisis yang disampaikan Bloomberg, kombinasi Nexstar dan Tegna dapat menciptakan kekuatan dominan yang mencakup hampir setiap wilayah penting di AS, memungkinkan keduanya menggabungkan kekuatan dalam hal distribusi konten, negosiasi iklan, dan lisensi siaran ulang. Skala yang lebih besar ini juga dapat memperkuat posisi mereka dalam menghadapi persaingan dengan platform digital dan layanan streaming yang terus menggerus pangsa pasar TV tradisional.
Namun, kesepakatan semacam ini akan berada di bawah pengawasan ketat dari regulator. FCC selama beberapa tahun terakhir telah mengendurkan sejumlah pembatasan kepemilikan media, termasuk melonggarkan aturan yang membatasi jumlah rumah tangga yang dapat dicapai oleh satu entitas penyiaran. Langkah deregulasi ini mendorong gelombang konsolidasi, tetapi juga memicu kekhawatiran dari kelompok advokasi publik yang menilai konsentrasi kepemilikan media dapat mengurangi keragaman suara dan pilihan bagi konsumen.
The Washington Post melaporkan bahwa kesepakatan antara Nexstar dan Tegna bisa menjadi kasus uji bagi agenda deregulasi FCC. Jika disetujui, merger ini akan menjadi preseden penting yang membuka pintu bagi konsolidasi lebih lanjut di industri penyiaran, terutama di era di mana tekanan ekonomi dan perubahan perilaku penonton mendorong stasiun TV untuk mencari skala yang lebih besar.
Dari sisi bisnis, sinergi yang diharapkan meliputi pengurangan biaya operasional melalui penggabungan fasilitas, konsolidasi manajemen, dan pemanfaatan jaringan distribusi yang lebih luas. Selain itu, perusahaan gabungan akan memiliki daya tawar yang lebih besar dalam negosiasi hak siar olahraga, kontrak distribusi kabel, serta pengembangan konten berita dan hiburan lokal.
Meski demikian, pengamat industri mengingatkan bahwa integrasi dua perusahaan besar bukanlah tugas mudah. Penggabungan budaya perusahaan, penyatuan sistem teknologi, dan manajemen sumber daya manusia akan menjadi tantangan tersendiri. Belum lagi potensi penolakan dari sebagian pegawai, komunitas lokal, atau bahkan politisi yang khawatir terhadap berkurangnya otonomi redaksi dan berkurangnya liputan lokal.
Menurut catatan Reuters, Nexstar dikenal dengan pendekatan bisnis yang fokus pada efisiensi biaya dan monetisasi aset, sementara Tegna cenderung mempertahankan pendekatan editorial yang kuat dengan penekanan pada jurnalisme lokal. Perbedaan fokus ini dapat menjadi peluang untuk saling melengkapi, namun juga berpotensi memicu friksi jika tidak dikelola dengan baik.
Di sisi lain, tekanan kompetitif terhadap penyiar TV lokal semakin besar. Penurunan pemirsa TV linear dan peralihan iklan ke platform digital telah menggerus pendapatan tradisional. Meski belanja iklan politik di tahun pemilu dapat memberikan dorongan signifikan, tren jangka panjang tetap menuntut perusahaan untuk beradaptasi dengan model bisnis baru. Dalam konteks ini, skala yang lebih besar dipandang sebagai strategi bertahan yang logis.
Investor juga memantau dengan cermat perkembangan ini. Saham Nexstar dan Tegna menunjukkan pergerakan positif dalam beberapa hari terakhir di tengah spekulasi merger. Para analis pasar menilai bahwa jika struktur kesepakatan mampu menghasilkan sinergi yang nyata dan disetujui oleh regulator, valuasi gabungan kedua perusahaan bisa meningkat secara signifikan dalam jangka menengah.
Meski begitu, beberapa analis mengingatkan bahwa pembiayaan kesepakatan dalam skala besar ini dapat melibatkan utang tambahan yang substansial. Hal ini dapat meningkatkan risiko keuangan, terutama jika proyeksi sinergi tidak tercapai sesuai target. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa merger besar di sektor media tidak selalu berjalan mulus, dengan sejumlah kasus di mana integrasi gagal memberikan nilai tambah yang dijanjikan.
Bagi FCC, keputusan atas merger ini akan menjadi sinyal penting tentang sejauh mana badan tersebut bersedia mendorong konsolidasi di sektor media lokal. Para pendukung deregulasi berpendapat bahwa penggabungan skala besar diperlukan untuk memastikan kelangsungan bisnis penyiaran lokal di tengah perubahan lanskap media. Sebaliknya, kelompok yang menentang khawatir bahwa konsentrasi kepemilikan dapat mengurangi pluralisme dan mengancam kebebasan pers di tingkat lokal.
Secara global, tren konsolidasi di industri media bukanlah hal baru. Perusahaan media di Eropa dan Asia juga melakukan merger atau aliansi strategis untuk menghadapi persaingan dengan raksasa teknologi seperti Google, Facebook, dan Netflix. Dalam konteks itu, kesepakatan antara Nexstar dan Tegna mencerminkan upaya perusahaan penyiaran untuk mempertahankan relevansi dan daya saing di era digital.
Dengan pembicaraan yang masih berlangsung, belum ada kepastian kapan kesepakatan ini akan diumumkan atau apakah akan mencapai finalisasi. Namun, jika benar-benar terealisasi, merger ini berpotensi menjadi salah satu langkah paling signifikan dalam industri penyiaran AS dalam satu dekade terakhir. Keberhasilannya akan bergantung pada kemampuan manajemen kedua perusahaan untuk mengelola proses integrasi, memastikan dukungan regulator, dan membuktikan kepada pasar bahwa skala yang lebih besar dapat diterjemahkan menjadi nilai tambah nyata bagi pemegang saham dan pemirsa.
Sementara publik menunggu hasil pembicaraan ini, industri penyiaran Amerika berada di persimpangan jalan. Keputusan yang diambil dalam kasus ini dapat membentuk arah masa depan sektor TV lokal, menentukan apakah konsolidasi besar-besaran akan menjadi norma baru atau tetap dibatasi demi menjaga keragaman dan independensi media.