Di Inggris Harga-Harga Terus Menurun, Namun Kekhawatiran Muncul pada Harga Makanan

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Pada Februari 2025, harga barang di toko-toko Inggris mengalami penurunan sebesar 0,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mempertahankan tingkat penurunan yang sama seperti bulan sebelumnya. Penurunan ini terutama didorong oleh harga barang non-makanan yang turun 2,1%, lebih dalam dibandingkan penurunan 1,8% yang tercatat pada Januari. Namun, di tengah tren penurunan harga ini, muncul kekhawatiran terkait kenaikan harga makanan yang signifikan yang dapat berdampak luas pada konsumen dan peritel.

Penurunan harga barang non-makanan mencerminkan upaya para peritel untuk menarik konsumen di tengah lemahnya permintaan. Diskon besar-besaran dan promosi menjadi strategi utama untuk mendorong penjualan, terutama pada kategori barang tahan lama seperti pakaian, elektronik, dan peralatan rumah tangga. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi dan perubahan perilaku konsumen yang lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Beberapa peritel bahkan mengurangi stok barang dengan harga tinggi dan lebih fokus pada produk dengan margin lebih kecil untuk tetap kompetitif di pasar. Selain itu, dengan meningkatnya belanja daring, banyak toko fisik harus bersaing lebih agresif untuk menarik pelanggan ke gerai mereka.

Di sisi lain, harga makanan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Beberapa komoditas pangan global, seperti minyak sawit, daging, dan kakao, mengalami kenaikan harga yang signifikan. Data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menunjukkan bahwa indeks harga pangan global mencapai level tertinggi sejak April 2023, dengan kenaikan 2% pada Oktober lalu. Kenaikan ini terutama didorong oleh lonjakan harga minyak sayur, yang meningkat 24% sejak Januari hingga Oktober. Selain itu, produksi daging sapi global diperkirakan menurun, yang dapat mempertahankan harga tetap tinggi pada tahun 2025. Analis Rabobank mencatat bahwa kontraksi ternak di empat negara penghasil daging sapi terbesar di dunia akan menyebabkan pengurangan pasokan daging sapi global pertama sejak pandemi Covid-19. Tidak hanya itu, perubahan iklim juga berdampak pada hasil panen di beberapa negara, menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan makanan yang semakin memperburuk situasi ini.

Kenaikan harga makanan ini menimbulkan kekhawatiran bagi konsumen dan peritel. Bagi konsumen, kenaikan harga bahan pokok dapat mengurangi daya beli dan mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen kini cenderung mencari alternatif yang lebih murah, seperti beralih ke merek supermarket atau memilih bahan makanan yang lebih hemat biaya. Selain itu, semakin banyak konsumen yang mengandalkan program diskon dan kupon belanja untuk mengurangi pengeluaran mereka. Sementara itu, peritel menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan harga jual dengan biaya operasional yang meningkat. Situasi ini memerlukan strategi penetapan harga yang cermat untuk menjaga loyalitas pelanggan tanpa mengorbankan margin keuntungan. Beberapa peritel besar juga mulai bekerja sama dengan pemasok untuk menemukan solusi yang dapat menekan biaya produksi dan distribusi agar tidak membebani konsumen secara berlebihan.

Dalam jangka panjang, peritel dan pemasok harus menyesuaikan strategi mereka untuk menghadapi fluktuasi harga ini. Sebagian peritel mungkin akan beralih ke pemasok lokal guna mengurangi biaya logistik dan ketergantungan pada rantai pasokan global yang rentan terhadap gangguan. Selain itu, meningkatnya minat terhadap produk-produk berkelanjutan dan organik bisa menjadi tantangan tersendiri bagi peritel dalam menentukan strategi harga yang kompetitif tanpa mengorbankan kualitas produk. Pemerintah juga dapat berperan dalam menstabilkan harga dengan kebijakan intervensi yang tepat, seperti memberikan subsidi bagi sektor pertanian atau mengurangi pajak impor pada bahan pangan tertentu.

Meskipun harga barang non-makanan di toko-toko Inggris terus menurun sebagai upaya peritel untuk merangsang permintaan, kenaikan harga makanan menimbulkan kekhawatiran baru. Konsumen dan peritel perlu beradaptasi dengan dinamika harga yang berubah ini, sementara pemangku kepentingan lainnya harus memantau tren ini untuk mengantisipasi dampak jangka panjang terhadap ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dan organisasi perdagangan perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa kebijakan harga dan subsidi dapat membantu menjaga daya beli masyarakat serta mencegah lonjakan inflasi yang tidak terkendali. Jika tidak ada langkah konkret yang diambil, maka ketimpangan ekonomi dapat semakin meningkat dan memperburuk kondisi pasar dalam beberapa bulan ke depan. Selain itu, edukasi bagi konsumen tentang strategi belanja hemat dan pola konsumsi yang lebih berkelanjutan dapat membantu masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga pangan yang tidak dapat dihindari.