Global update: How Netherland Deal with the Pandemic

(Business Lounge Journal – Foreign Insight)

BL: Business Lounge Journal
GS: Glenn Suryo

BL: Bisa ceritakan tentang background Anda?

GS: Hello! Nama saya Glenn. I’ve been working in FMCG company sejak tiga tahun lalu, sejak 2017. Sekarang saya tinggal di Rotterdam, Belanda.

BL: Apa profesi Anda sekarang di Belanda dan di perusahaan mana Anda bekerja?

GS: Saya seorang marketer untuk Unilever Global Office and I sell Ice cream. So I’m selling happiness. Secara spesifik, saya melakukan marketing untuk anak-anak, untuk portofolio es krim Wall’s. Saya memperhatikan semua portofolio Wall’s dari seluruh dunia dan memikirkan bagaimana agar es krim kami dapat menjadi brand yang lebih progressive.

BL: Apa yang Anda lakukan di perusahaan Anda (design apa dan mungkin untuk klien seperti apa) ?

GS: Di Unilever, marketing kami benar-benar end-to-end. Jadi kami benar-benar mendengarkan apa yang konsumen kami inginkan. In my case, misalnya; saya akan mendengarkan es krim seperti apa yang konsumen kami inginkan, lalu saya akan mengubah demand itu menjadi opportunity. Dari informasi itu, kami akan mengetahui rasa apa yang konsumen inginkan, topping seperti apa dan kami juga membuat “Better for You” – progressive health claim seperti: apakah es krim ini dibuat dengan susu atau buah-buahan, lalu kami market-kan produk tersebut. Kami infokan bahwa produk untuk anak-anak ini telah dibuat secara responsibly menurut apa yang telah saya sebutkan sebelumnya.

BL: Bagaimana kondisi di Belanda sekarang dalam menghadapi COVID-19?

GS: Saya rasa Belanda adalah salah satu negara yang paling pertama melakukan lockdown. It was never really a full lockdown, I have to say. Tapi kami memang dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah. Ketika saya pindah ke sini pada Februari kemarin, angkanya sedang naik sehingga seminggu setelah saya tiba di sini, saya sudah dianjurkan untuk stay at home. Segala sesuatunya berjalan cepat dari situ dan kita lihat angkanya bertambah. Tapi bagusnya di sini saya rasa ada transparasi.

Jadi memang Perdana Menterinya yang memberikan advice untuk stay at home dan penutupan until further notice dengan tujuan untuk flatten the curve. That’s what basically happened. Tapi dari berita yang saya ikuti, jumlah daily case-nya sudah mulai turun secara signifikan. Itu sesuatu yang positif dan pemerintah Belanda sudah mengumumkan bahwa kita sudah bisa resume with new normal sekitar bulan Juni. Toko-toko juga sudah mulai buka sekarang, tapi dengan batasan. Maksudnya bukan hanya toko untuk berberlanja kebutuhan sehari-hari saja, tapi sekarang kita sudah bisa belanja baju, dan branded sebagainya tapi dengan batasan-batasan seperti; ada pembatasan jumlah orang yang boleh masuk ke dalam toko. Selain itu di mana-mana sekarang ada mesin public hand sanitizer.

BL: Apa yang pemerintah Belanda lakukan dan seperti apa kira-kira respons masyarakat terhadap tindakan pemerintah setempat dalam menghadapi COVID-19?

GS: Apa yang saya paling suka disini adalah pemerintah di sini sangat transparan. Mereka selalu meng-update kita lewat website khusus dan Perdana Menterinya juga selalu memberikan update setiap bulan untuk apa saja regulasi-regulasinya. Melalui berita, kita bisa melihat impact dari regulasi-regulasi tersebut jadi kita benar-benar bisa merasa bahwa selama kita tinggal di rumah, kita benar-benar sanggup flattening the curve. And it is working!

Jadi ya berdasarkan semua itu, masyarakat juga sangat patuh dalam mengikuti peraturan-peraturan yang ada. Jadi sekarang dimulai bulan Juni, masker wajib dipakai ketika kita naik kendaraan umum. Sebelum ini, saya hanya diijinkan keluar untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau berjalan-jalan hanya boleh di kompleks sekitar saya saja. Jadi mungkin beda dengan yang di Italia, kita di sini boleh keluar untuk workout, selama kita menjaga jarak dengan orang lain. Saya rasakan itu baik jadi kita tidak merasa seperti di “penjara”. Jadi ketika matahari muncul, orang-orang juga keluar, tapi mereka selalu menjaga jarak. Tapi ada beberapa aturan-aturan khusus seperti tidak boleh di dalam grup besar. Jadi kalau misalnya kita di apartment, entah sendiri atau ada partner, kita hanya boleh punya satu orang sebagai guest. Jadi kalau tiba-tiba ada party begitu kita bisa didenda sampai ‎€400. Cukup mahal. Pernah ada yang didenda sampai ‎€1000 karena mereka menyewa kamar hotel dengan banyak orang di dalamnya dan semuanya kena denda, dan denda ini benar-benar diimplementasikan jadi ada efek jeranya benar-benar terasa. Menurut saya ini baik, karena kalau tidak benar-benar dijalankan kita sebagai manusia memang suka cari celah.

BL: Bagaimana Anda memenuhi kebutuhan Anda sehari-hari dalam situasi pandemi ini?

GS: Kebetulan, I do like to go shopping to buy groceries karena itu satu-satunya waktu saya boleh keluar. Saya berbelanja kebutuhan sehari-hari dua kali seminggu, biasanya antara hari Rabu, Sabtu, atau Minggu dan saya berjalan kaki. Jadi terkadang saya pergi ke supermarket yang agak jauh agar saya bisa lebih banyak berjalan supaya sehat.

BL: Bagaimana pandemi ini mempengaruhi pekerjaan Anda?

GS: Untungnya karena saya bekerja di Global level, saya tidak terlalu terpengaruh. Saya sudah terhubung dengan semua kolega saya di seluruh dunia dengan WhatsApp, Zoom, Skype Business, atau apapun yang kita pakai. Jadi ketika kita harus bekerja di rumah, ya sebenarnya sama saja, hanya ya bedanya kita di rumah. Tantangan terbesarnya tapi adalah untuk team alignment. Jadi untuk pertanyaan simple “Hey what do you think about this”, itu udah bisa jadi 30 minute call between you and your team, so sometimes it makes things less effective. Tapi under current situation bikin saya cukup senang juga karena situasi saya sendirian di negeri asing, ya selalu enak lah untuk bisa connect dengan orang-orang yang kita kenal. I can’t really complain.

BL: Dari pengamatan Anda, bagaimana pandemi ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan flow pekerjaan di Belanda – dan sektor apa yang menurut Anda paling mengalami pukulan?

GS: Kehidupan sehari-hari of course, the life that we knew before, is gone!  Saya sendiri pun gak yakin bahwa sampai akhir tahun ini kita akan kembali ke kantor. Peraturan pemerintah sekarang, bahkan di dalam gathering, maksimum hanya 30 orang. Jadi saya bisa bayangkan kantor yang biasanya ada ribuan orang, ya susah. Jadi kita ada sejenis simulasi kayak mungkin tim es krim masuk di hari Senin, tim lain masuk hari Selasa, dan seterusnya untuk mengurangi jumlah orang yang datang, tapi itupun juga belum konfirmasi. Jadi  nanti pasti ada new normal.

Tapi di lain sisi, kerja di rumah enak juga karena saya justru merasa jadi bisa get things done. Tapi ya tentunya kangen juga sama situasi di tengah-tengah tim yang bisa memberikan positive energy, tapi so far semuanya masih bisa di-manage-lah. Tim juga masih bisa manage.

Kalau kehidupan sehari-hari yang paling mengalami pukulan di Eropa, kalau bicara Belanda…Belanda itu negara yang banyak festival, disini kan ada festival dari musim semi sampe musim panas, tapi ya sudah pada dibatalkan. Juga tourism, hotel, service industry, barbershop, semua yang ada kontak fisik jadi terbatas.

BL: Bagaimana pandemi ini mempengaruhi seorang pekerja ekspat seperti Anda?

GS: Challenge ini buat saya pribadi adalah ya kalau saya masih bekerja di Indonesia, saya rasa mungkin…bagaimana membuat diri saya tetap termotivasi. Kalau saya sedang stress berat di Indonesia kan kita bisa bicara dengan keluarga, teman dan kita bisa bicara sama mereka, bisa ketemuan di grup kecil sama teman.

Tapi buat saya pribadi challenge saya disini ya sebenernya pekerjaan. Saya cinta pekerjaan saya, tapi bukan berarti saya mau kerja 24/7. Tapi ya karena saya tinggal sendiri, saya gak bisa keluar-keluar dan gak bisa bikin teman, jadi challenge-nya lebih ke bagaimana membuat keseimbangan work/life. Biasanya kalau di weekend kita bisa ketemu temen, keluarga, have lunch with family, jadi sekarang mikirnya mau ngapain ya kalau gak kerja, ya jadi memang social life sudah sangat reduced. I try to adapt, anyway I can.

BL: Menurut berita lokal di Belanda, kapan kira-kira pemerintah setempat akan melonggarkan lockdown?

GS: Per tanggal 15 bulan lalu, pemerintah sudah tetapkan mulai dari bulan ini aturan akan mulai dilonggarkan, barbers udah buka sekitar 2 minggu ini, jadi kita udah bisa potong rambut. Transportasi publik baru akan beroperasi normal di bulan Juni awal tapi harus pake masker. Jadi ya sedikit demi sedikit kita mulai buka lagi tapi pemerintah juga masih bersiap untuk second wave setelah periode relaksasi ini, tapi pemerintah berharap agar angkanya tetap bisa di-manage.

BL: Apa hal yang Anda paling rindukan dari Indonesia?

GS: Kayaknya makanan sih. Di Belanda lumayan banyak ya makanan Indonesia, bahkan di supermarket kita bisa juga nemu sambal uleg, sambal bajak, ayam semur, soto ayam, itu ada disini, tapi tetep gak bisa ngalahin makanan pinggir jalan gak sih? Kayak nasi goreng tek-tek. Jadi makanan yang paling saya rindukan dan orang-orangnya. Keluarga dan teman; yang paling saya kekurangan lately.

Michael Judah Sumbayak adalah pengajar di Vibiz LearningCenter (VbLC) untuk entrepreneurship dan branding. Seorang penggemar jas dan kopi hitam. Follow instagram nya di @michaeljudahsumbek