Strategi Zara Menangkan Persaingan

(Business Lounge Journal – Global News) Secara mengejutkan Amancio Ortega, pendiri Zara menyusul Warren Buffet sebagai orang terkaya kedua di dunia. Bahkan pada pekan lalu sempat dikabarkan sebagai yang terkaya bahkan melebihi Bill Gates. Bagaimana tidak, Ortega yang bagi beberapa orang cukup misterius ini melakukan ekspansi besar-besaran dalam bisnisnya dengan membuka ratusan toko ritel yang menjual pakaian pria dan wanita yang trendi, terutama di Taiwan, Hong Kong, dan Makau. Selain itu, merek ini pun sedang berkembang di Amerika Serikat.

Zara yang trend-nya selalu bergerak cepat ini mengalami ledakan penjualan, sementara para peritel lainnya seperti Abercrombie & Fitch, J. Crew, dan Urban Outfitters sedang berjuang untuk mendapatkan pelanggan di toko-tokonya, demikian seperti dilansir oleh Business Insider.

Sebuah laporan yang dirilis oleh Goldman Sachs secara sempurna meringkas mengapa fast-fashion brand – merek yang desainnya bergerak dengan cepat – menantang merek yang tradisional. Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa tidak seperti peritel fast-fashion, yang telah membeli tim sourcing dengan tren mode saat ini dari vendor pihak ketiga, tetapi pengecer khususnya yang tradisional memiliki tim desain yang menciptakan produk mereka yang dipercaya akan menjadi trending selama 12 bulan ke depan. Jadi perbedaannya, peritel fast fashion mengikuti tren dengan cepat, sedangkan peritel tradisional mengikuti tren tahunan.

Lagi menurut Goldman Sachs seperti dilansir oleh Business Insider bahwa mencoba untuk memprediksi tren fashion satu tahun di depan memiliki risiko yang membebani keberhasilan pengecer lain seperti Gap, Abercrombie & Fitch, Ann Taylor, American Eagle, dan lain-lain. Sebab jika pengecer ini memiliki “fashion miss” atau ketinggalan mode, maka hal tersebut akan mempengaruhi harga yang sudah pasti akan menurun dan tentu saja akan berpengaruh pada keuntungan.

Model bisnis konvensional Zara menghilangkan risiko ini. Strategi perusahaan melibatkan stock yang sangat sedikit dan sering memperbarui koleksi. Tidak seperti merek yang memperbarui hanya sekali musim, Zara melakukan restocks dengan desain baru dua kali seminggu. Strategi ini telah berdampak kepada dua hal: pertama, mendorong pelanggan untuk datang kembali ke toko sesering mungkin. Kedua, jika konsumen ingin membeli sesuatu, ia akan membelinya secepatnya untuk menjamin bahwa ia tidak akan kehabisan.

Zara telah mengubah industri fashion. “Mereka memutus siklus dua tahunan fashion,” demikian dikatakan seorang analis seperti dilansir oleh Business Insider. Hal ini sebenarnya juga diterapkan oleh banyak perusahaan mode high-end, seperti Prada dan Louis Vuitton, yang membuat empat sampai enam koleksi setiap tahunnya bukan hanya dua setiap tahun. Namun Zara telah melakukannya lebih dahulu.

Bila ingin ikut berkompetisi, maka para peritel harus memikirkan strategi yang sama.

citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image :  Zara

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x