(Business Lounge – World Today) – Suasana politik di Thailand sepertinya belum menunjukkan iklim yang membaik. Saat ini, pemerintah Thailand menetapkan status darurat di Bangkok menyusul demonstrasi antipemerintah yang melumpuhkan kota dan memicu aksi kekerasan.
Status tersebut diberlakukan pada Rabu dan berlangsung selama 60 hari. Namun, para pemimpin protes berjanji untuk tidak mengindahkannya dan terus menggelar demonstrasi untuk menggulingkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Sepanjang pekan lalu, demonstran mendapat serangan dari kelompok tak dikenal. Sebanyak satu orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Huru-hara itu berdampak pada sektor industri otomotif yang banyak ditopang oleh perusahaan Jepang.
Jika gonjang-ganjing politik terus berlangsung, pemodal asing akan merasakan “dampak serius,” ujar Rajiv Biswas, kepala ekonom IHS Global Insight untuk Asia Pasifik.
Menurut para pejabat, rincian tindakan keamanan akan diungkap pada Rabu. Secara umum, status darurat akan memungkinkan pihak berwenang untuk menahan tersangka tanpa pengadilan, menyensor media, memberlakukan jam malam, dan melarang berhimpunnya lima orang atau lebih dalam pertemuan politik.
Penerapan status darurat tersebut menjadi langkah terbaru pemerintah untuk menjamin keberlangsungan pemilihan umum pada 2 Februari serta menormalkan situasi di sebagian Bangkok, demikian keterangan Yuttaporn Issarachai, ilmuwan politik dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat.
“Hak warga terancam dan tampaknya pihak berwenang tidak melakukan apapun,” ujar Yuttaporn.
Hingga kini, demonstrasi telah berlangsung selama dua bulan dengan jumlah pengunjuk rasa mencapai 150.000 orang. Mereka telah lama menentang kebijakan populis dan dinasti keluarga Shinawatra.
Pekan lalu, para demonstran mengubah taktik dengan menduduki tujuh persimpangan di Bangkok.
Wakil Perdana Menteri Thailand, Surapong Tovichakchaikul dalam jumpa pers mengatakan status darurat itu akan efektif berlaku di ibukota dan provinsi-provinsi tetangga.
Sejak November, sembilan orang tewas dan puluhan mengalami cedera dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa lain atau pasukan keamanan.
(FJ/FJ/BL-WSJ)
Foto : WSJ