(Business Lounge – World Today) – Situasi keamanan di Thailand sepertinya semakin tidak memungkinkan. Ribuan demonstran kembali memadati jalanan Bangkok, Minggu, dengan potensi massa yang akan terus bertambah. Keadaan itu membuat para penggiat industri pariwisata Thailand cemas.
Setelah unjuk rasa berlangsung selama dua bulan, pemimpin protes, Suthep Thaugsuban memandu para demonstran untuk melewati jalanan utama Bangkok demi menggalang dukungan dan dana untuk menggelar aksi lebih besar yang direncanakan akan berlangsung pada 13 Januari. Ia dan para pengikutnya bertujuan memancing ratusan ribu orang untuk hadir dan memblokade 20 persimpangan jalan selama sepekan atau lebih. Harapannya, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra akan tertekan dan dewan yang dipilih tanpa pemilu akan bisa mengambil alih pemerintahan.
- Industri pariwisata Thailand yang berkontribusi sebesar lebih dari 7% kepada perekonomian negara biasanya tidak terpengaruh situasi semacam ini.
Pariwisata Thailand tidak mengalami hambatan bahkan saat Thaksin Shinawatra dikudeta pada 2006. Saat lebih dari 90 orang terbunuh dalam bentrokan yang melibatkan petugas keamanan dan para demonstran di Bangkok pada 2010, industri tersebut pun tidak tergoyahkan.
Tahun lalu, MasterCard memproyeksikan bahwa Bangkok akan menjadi kota dengan kunjungan tertinggi di dunia. Sebuah pusat perbelanjaan di Bangkok menjadi lokasi tersering yang muncul di laman berbagi foto Instagram melampaui Menara Eiffel di Prancis, Times Square di Amerika Serikat, dan Taj Mahal di India.
Namun, kali ini, skala atas rencana demonstrasi menyiratkan situasi yang mungkin akan berbeda dari sebelumnya.
Kini, Bangkok mulai sepi pengunjung. Minggu kemarin, Singapore Airlines menyatakan akan membatalkan 19 penerbangan ke Bangkok mulai 14 Januari hingga 25 Februari seiring dengan menurunnya permintaan. Surapong Techaruvichit dari Asosiasi Perhotelan Thailand memprediksi tingkat hunian di Bangkok akan anjlok hingga menjadi 70%-75% pada kuartal pertama dari biasanya yang mencapai 80%.
Jumlah penumpang yang menginjakkan kaki di bandara internasional Bangkok pada pekan pertama Desember merosot 15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu walau total kedatangan turis naik lebih dari 20% pada Januari-November 2013 dibandingkan dengan 2012.
Namun, kelompok usaha setempat mengkhawatirkan dampak demonstrasi ke industri lain, terutama jika aksi protes berujung kepada tindakan kekerasan, atau jika para pengunjuk rasa memutuskan untuk menduduki bandara-bandara di Bangkok, hal yang pernah mereka lakukan pada 2008 selama sepekan.
Bangkok menjadi pusat usaha regional bagi banyak perusahaan multinasional. Pendudukan pusat kota akan menghambat pengiriman bahan pokok dan menyulitkan proses perizinan ekspor dan impor.
Pornsil Patcharaintanakul, wakil presiden direktur Kamar Dagang dan Industri Thailand menyerukan agar para anggotanya menyimpan bahan baku dan barang-barang lainnya di gudang atau fasilitas lain di luar Bangkok.
Demonstrasi pekan depan akan memiliki dampak keekonomian senilai 20 miliar baht, atau $606 juta, demikian informasi dari Universitas Kadin Thailand.
Kerugian akan kian tinggi jika demonstrasi berakhir rusuh, ujar Kriengkrai Thiannukul, wakil presiden direktur Federasi Industri Thailand.
(FJ/FJ-BL, WSJ)
Foto : WSJ, Antara


