Habit Kecil Berdampak Besar

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Artikel ini sangat penting, terlebih ketika ada kesadaran bahwa habit atau kebiasaan yang kita lakukan sangat berdampak pada masa yang akan datang. Ketika kita memiliki habit yang bagus di masa sekolah pasti  akan membantu  keberhasilan kita di masa depan.

Mengenal Habit

Habit” adalah rutinitas (kebiasaan) yang dikerjakan  secara konsisten (berkali-kali dilakukan dan sudah menjadi otomatis). Misalnya, habit untuk melakukan push up sebanyak 10 kali setiap hari. Contoh habit seperti: menggambar, membaca, atau bermain gitar. Sekalipun berupa aktivitas sederhana, tapi karena habit ini dilakukan terus menerus (konsisten) maka akan menghasilkan hasil yang impresif.  Orang yang memiliki habit melakukan push up 10 kali per hari, maka dalam jangka waktu  satu tahun, orang  tesebut telah melakukan push up sebanyak 3650 kali. Hasilnya sangat mengejutkan karena otot tangannya telah terbentuk, staminanya menjadi lebih baik, dan fisik semakin bugar dibandingkan dengan sebelum melakukan habit push up. Bahkan, push up 10 kali per hari ini  tidak lagi menjadi  sesuatu yang berat tetapi menjadi latihan yang sangat ringan.

Suatu aktivitas yang sudah menjadi habit, maka akan terasa “ada yang kurang” kalau aktivitas itu tidak dikerjakan. Karena hal itu sudah tertanam dan menjadi semacam muscle memory. Badan dan pikiran secara otomatis akan melakukan  si habit ini.

Perlu diketahui juga, bahwa habit bisa berarti kebiasaan yang baik atau buruk. Apabila kita berbicara  produktivitas kerja, ada yang memiliki habit mengisi jurnal sebelum tidur, ada yang membuat laporan sebelum tidur, ada juga yang sebelum tidur akan membuka media sosial. Ketiganya sudah menjadi sebuah rutinitas yang mereka lakukan secara otomatis tanpa sadar. Semuanya konsisten dilakukan. Namun ada yang berbeda. Jelas! Hasilnya akan berbeda.

Fenomena Habit

Ada feomena yang menarik yaitu hanya dengan memilik habit (kebiasaan) kecil dapat menghasilkan dampak yang besar.

Mari kita coba berhitung secara matematis. Misalnya kita menjadi orang yang lebih baik 1% setiap harinya, maka pada akhir tahun kita akan menjadi orang yang 37 kali lebih baik dibandingkan pada  awal tahun. Sebaliknya kalau Anda makin buruk 1% dalam sehari, maka pada akhir tahun, penurunanmu cuma mendekati nol. Dengan kata lain tidak ada pengaruh yang signifikan.

Wow… berita baiknya mempunyai habit akan membuat kamu selalu menang. Karena, walaupun ternyata habit kamu tidak berdampak, itu tidak membuat kamu menjadi seorang yang buruk.

Sekalipun demikian, janganlah hal ini membuat kamu menjadi bermalas-malasan. Karena ingatlah bahwa dampak dari mengerjakan habit itu akan bergulung. Sebagai contoh kamu terbiasa menunda-nunda sesuatu. Kalau itu hanya dilakukan satu kali, mungkin Anda masih mempunyai sisa hari untuk mengerjakan sampai sebelum deadline. Ini tidak akan berdampak ke lingkungan Anda.

Tapi, kalau menunda telah menjadi sebuah kebiasaan, maka ini dapat berdampak pada performance appraisal. Anda akan dianggap tidak bisa bekerja dan tidak dapat diandalkan.

Metode Identity-Based Habit

Salah satu metode efektif untuk membentuk habit, yaitu identity-based habit.

Kita sudah mengenal dan paham seberapa bergunanya mengerjakan habit dalam kehidupan sehari-hari. Di atas telah disebutkan contoh-contoh habit seperti push up, bermain gitar, membaca buku.

Selain itu ada contoh-contoh habit yang sering kali kita dengar dalam rangka membuat resolusi di awal tahun seperti “Saya mau jadi  kurus” atau “Saya mau jadi  kuat”. Semua contoh-contoh kebiasaan di atas adalah habit yang berfokus pada hasil, bukan identitas.

Dalam membuat suatu kebiasaan, ada tiga lapisan yang bisa kita pakai. Pada umumnya, kita hanya menggunakan dua lapisan pertama:

  1. Outcome-based:

Pendekatan berdasarkan hasil. Apa yang ingin dihasilkan? Contohnya, mau menjadi kurus atau menjadi kuat.

  1. Process-based:

Pendekatan berdasarkan proses. Bagaimana cara mencapainya? Contohnya, makan sayur dan buah sebagai pengganti sarapan. Atau olahraga di gym seminggu 2 kali.

Dua pendekatan ini biasanya tidak  bertahan lama, karena hanya  menyelesaikan solusi di lapisan luar saja.

Sementara identity-based, pendekatan ketiga justru fokus ke lapisan paling dalam soal identitas diri kita: “Anda mau dikenal sebagai orang seperti apa?”

Kalau outcome based berkaitan dengan hasil dan process based berkaitan dengan apa yang Anda lakukan maka identity based adalah berkaitan dengan apa yang Anda percaya.

Anda akan menjadi orang seperti apa?

Supaya habit konsisten dilakukan kita harus fokus pada identitas diri yang akan kita bangun. Kita mau menjadi  seperti apa? Ada 2 langkah sederhana yang harus dikerjakan dengan pecaya diri:

1) Menentukan identitas kita (kita mau jadi orang seperti apa)

2) Buktikan dengan kemenangan kecil dengan konsisten mengerjakan kebiasaan kecil

Mengapa kita mulai dengan mengerjakan kemenangan-kemenangan kecil? Karena itu yang paling mudah dilakukan oleh kita. Kemenangan-kemenangan kecil ini menjadi bukti buat kita, supaya kita selalu percaya diri kita akan mencapai tujuan kita. Semakin percaya diri maka semakin giat juga kita melakukan kemenangan kecil.