Bos Korean Air Meminta Maaf di Pengadilan ‘Kasus Kacang’

(Business Lounge – News & Insight) CEO Korean Air Cho Yang-Ho pada Jumat (30/1) meminta maaf atas perilaku putrinya kepada pengadilan Korea Selatan, saat putrinya sedang diadili atas pelanggaran keselamatan udara yang saat ini dikenal dengan insiden “kacang kemarahan”.

Cho Hyun-Ah, putri CEO Korean Air terancam hukuman maksimal 10 tahun jika terbukti bersalah atas tuduhan, yang berasal dari sebuah insiden yang terjadi pada bulan Desember ketika ia diduga memaksa pilot penerbangan Korean Air dengan rute New York-Seoul, untuk kembali ke gerbang sehingga ia dapat menurunkan sang pramugari yang telah menyuguhkan kacang macadamia yang tidak diminta si anak boss tersebut. Selain itu kacang macadamia tersebut tidak dihidangkan dengan mangkuk melainkan dalam kemasan. Tindakan sang anak boss ini telah memicu kemarahan publik di Korea Selatan .

Berbicara sebagai saksi pada hari Jumat (30/1), Cho Yang-Ho mengatakan bahwa putrinyalah yang harus disalahkan untuk insiden tersebut. Ia seharusnya tidak memaksa awak pesawat entah apa pun alasannya.

“Itu semua salahnya karena dia tidak bisa mengendalikan emosinya,” demikian dikatakan Cho Yang-Ho kepada pengadilan. Ia berjanji untuk mereformasi budaya perusahaan maskapai setelah insiden tersebut. “Saya dengan tulus meminta maaf kepada pramugari yang terlibat … dan karyawan perusahaan. Saya juga minta maaf karena menyebabkan keprihatinan publik.”

Cho Hyun-Ah telah ditahan sejak 30 Desember menjelang sidang, dengan tambahan ancaman penjara selama lima tahun atas tuduhan memaksa staf untuk memberikan kesaksian palsu dan mengganggu dalam pelaksanaan tugas. Dia membantah secara fisik menyerang kepala pelayan, Park Chang-Jin, dengan alasan meminta Park berlutut dan memohon pengampunan.

Pengacaranya berpendapat tuduhan itu didasarkan pada “pernyataan berlebihan” dan bahwa belum ada pelanggaran hukum keselamatan, mengingat bahwa pesawat itu bahkan tidak mencapai landasan pacu ketika berbalik. Kim Do-Hee, seorang pramugari, bersaksi di pengadilan pada hari Jumat (30/1)bahwa Cho melemparkan buku ke dadanya, sambil mendorong dan berteriak agar ia turun dari pesawat.

“Saya percaya dia menyadari fakta bahwa pesawat itu bergerak,” kata Kim, menambahkan dia telah membuat pernyataan palsu sebelum berhadapan dengan penyidik karena dia takut kehilangan pekerjaannya. “Saya telah diberitahu untuk tidak mengatakan apa-apa tentang kekerasan fisik dan suara-suara keras,” katanya.

Insiden itu memicu reaksi publik yang sangat besar, dan dipandang sebagai simbol dari generasi keturunan keluarga konglomerat yang manja dan arogan yang mendominasi perekonomian Korea Selatan. Cerita ini menjadi berita utama di dunia internasional dan dipandang sebagai sesuatu yang memalukan nasional. Media Korea Selatan pun berkomentator bahwa Cho telah mempermalukan negara.

Seorang eksekutif perusahaan juga didakwa atas kesaksian palsu dan seorang pejabat kementerian transportasi dituduh membocorkan rincian penyelidikan pemerintah dalam kasus ini. Kementerian transportasi berencana memberikan sanksi untuk KAL dengan melarang penerbangan rute tertentu selama satu bulan, atau denda hingga US $ 2 juta (sekitar 24 miliar rupiah).

uthe/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x