Navigating Startups: The Challenges & Opportunities 2023

(Business Lounge Journal – News and Insight)

GDP Venture baru saja mengadakan Power Lunch yang dipandu oleh board member dari GDP Venture sekaligus pelaku industri startup, Antonny Liem, investment partner GDP Venture dan On Lee, CTO GDP Venture. Sebuah acara yang membahas perkembangan startup di tahun 2022 dan bagaimana tren ke depannya.

Mengambil tema “Navigating Startups: The Challenges & Opportunities 2023”, pada acara ini turut serta Rama Mamuaya, CEO DailySocial, yang mempresentasikan data tren startup yang terkini dari Startup Report 2022: Toward More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia yang baru saja dirilis oleh Dailysocial.id. Pada Startup Report 2022 disajikan pembahasan bahwa para founder tengah berupaya untuk menciptakan model bisnis yang berkelanjutan. Sehingga menghasilkan unit ekonomi yang lebih menguntungkan ketika situasi mikro dan makro ekonomi saat ini dinilai tidak menguntungkan.

Startup Report 2022 menyajikan beberapa hal menarik bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 2022 telah tumbuh sebesar 5,31%. Hal ini lebih tinggi dibandingkan keadaan pada tahun 2021 (3,70%). Hal ini juga berbanding lurus dengan perkembangan perekonomian Indonesia yang juga mengalami tren positif terutama dalam ekonomi digital di Indonesia. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari ‘The economy SEA 2022 by Google Temasek, Bain & Company’ yang menyatakan bahwa ekonomi digital Indonesia dipredikasi akan mencapai USD 77 miliar pada tahun 2022. Kemudian diperkirakan bahwa akan terus bertumbuh hingga pada tahun 2025 akan mencapai USD 130 miliar.

Ekosistem startup Indonesia di tahun 2022 juga tercatat mengalami kenaikan jumlah transaksi pendanaan. Tetapi memang nilai akumulasi pendanaan startup Indonesia dinilai menurun apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya – tercatat sebanyak 260 transaksi pendanaan senilai $4,2 miliar (dari 166 pendanaan yang diumumkan). Sedangkan pada tahun 2021 tercatat 214 transaksi pendanaan senilai $6.9 miliar.

Pada tahun 2022, tercatat adanya 34 kegiatan merger dan acquisition (M&A). Ini merupakan strategi yang banyak dilakukan oleh startup guna memperluas produk dan layanan mereka.

Antonny Liem, Investment Partner GDP Venture membahas juga kondisi tech winter yang terjadi sejak tahun 2022 hingga sekarang. Dua hal yang menjadi penyebab tech winter menurut pemaparan Antonny Liem:

1. Saat ini, investor sedang wait and see disebabkan kenaikan cost of capital yang memaksa investor untuk memperketat seleksi investasi mereka untuk memaksimalkan return of investment serta menurunkan risiko. Adapun penyebab kenaikan cost of capital ini adalah faktor makro seperti perang Rusia yang berdampak pada naiknya harga energi, pandemi Covid-19 mengganggu global supply chain, dan lainnya.

2. Pada saat pandemi lalu, terjadi percepatan digitalisasi sehingga banyak konsumen beralih ke layanan digital. Hal ini menyebabkan perusahaan membutuhkan lebih banyak lagi manpower untuk mengerjakan layanan digital. Tetapi sekarang setelah pandemi mereda, ada beberapa kebiasaan digital yang kembali pada kondisi seperti sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan para startup melakukan banyak penyesuaian salah satunya melakukan layoff.

CEO DailySocial, Rama Mamuaya membahas tren investasi jenis startup mendatang. Ia berpendapat bahwa jika dilihat dari tren investment pada tahun 2022 berdasarkan jumlah, maka Fintech, OTA (Online Travel Agency), dan Agritech menjadi 3 industri terbesar. Sedangkan berdasarkan round, 3 industri terbesar adalah Fintech, Agritech dan Social Commerce.

Pada tahun ini juga diprediksi bahwa Green Tech, Embedded Finance, dan Healthtech akan semakin dilirik para investor. Dukungan pemerintah atas net-zero emission di tahun 2060 pun menaikan popularitas startup GreenTech yang mencakup electronic vehicle, new energy, waste management, dan lainnya. Embedded Finance yang memanfaatkan protokol Open Banking dan Open Finance yang diintegrasikan ke berbagai layanan konsumen, semakin meningkat pada berbagai industri, seperti kesehatan, properti, retail maupun transportasi karena memiliki banyak manfaat. Healthtech juga masih menjadi sektor yang menarik karena ekosistemnya yang cukup besar dan pemerintah terus mendorong masyarakat mengadopsi teknologi untuk sistem kesehatan seperti Genomics yang baru-baru ini diluncurkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia.”

Sementara tren teknologi tahun 2023, akan diwarnai oleh AI (artificial intelligence). Hal ini tentu saja tidak lepas dari kehebohan pemberitaan chat GPT yang berbasis teknologi AI. Tentang perkembangan teknologi yang sangat cepat ini, On Lee selaku CTO GDP Venture menyatakan pendapatnya. Definisi startup yang saya pahami adalah perusahaan yang mengadopsi kecanggihan sebuah teknologi sehingga mereka harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Contohnya AI (artificial intelligence) yang semakin terdengar belakangan ini karena chat GPT. Padahal sebelumnya teknologi AI sudah ada di bagian kehidupan kita seperti penggunaan auto text pada handphone itu merupakan teknologi AI. Bedanya chat GPT ini adalah breakthrough dan sangat sederhana penggunaannya sehingga orang-orang semakin menyadari manfaat AI.”

Di Indonesia sendiri, perkembangan teknologi AI semakin baik. Untuk hal ini On Lee berpendapat bahwa perusahaan AI di Indonesia sebaiknya tidak berkompetisi dengan perusahaan global. Hal ini disebabkan resource yang mereka miliki sudah sangat baik. Sehingga adalah lebih baik, jika perusahaan AI Indonesia menjadikan perusahaan global sebagai partner. Hal ini akan dapat memanfaatkan apa yang dimiliki perusahaan global dan kemudian disempurnakan menjadi solusi yang dibutuhkan oleh Indonesia.

Sejak 5 tahun yang lalu, sebenarnya GDP Venture telah melihat bahwa industri AI ini akan berkembang. Itulah sebabnya GDP Venture memutuskan untuk melakukan investasi pada teknologi ini.

On Lee kembali mengemukakan pendapatnya bahwa ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa teknologi AI akan menggantikan manusia. Namun menurutnya, pendapat itu kurang tepat. “Pendapat yang tepat adalah manusia yang mengadopsi teknologi akan menggantikan tenaga manusia yang tidak mengadopsi teknologi.”

Pada bagian akhir acara, Antonny Liem menjawab sebuah pertanyaan dengan menjelaskan bahwa sejak awal didirikan, GDP Venture memang tidak aktif mencari investasi. Namun di dalam perjalanannya, apabila menemukan investasi yang menarik, maka GDP Venture dapat melakukan investasi di startup tersebut.