(Business Lounge Journal – News)
Tahun baru telah datang dan memberi isyarat, apa yang harus diperhatikan oleh pengamat kesehatan di tahun 2023. Demikian juga dengan Uni Eropa yang memperhatikan kenyataan di lapangan. Sistem kesehatan UE memang berada pada ‘momen kritis’, yang membutuhkan pendekatan bersama.
Meskipun tidak ada “peluru perak” untuk mengatasi banyak masalah yang dihadapi sistem medis Eropa yang kewalahan, mengatasinya di tingkat UE adalah awal yang baik, demikian seperti dijelaskan mantan Komisaris Kesehatan UE, Vytenis Andriukaitis. “Eropa kehabisan dokter dan perawat dan ini adalah skenario yang benar-benar berkelanjutan,” jelas Andriukaitis, yang sekarang menjadi utusan khusus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) wilayah Eropa, menekankan pada acara Institut Kesehatan dan Pembangunan Berkelanjutan Eropa (EIHSD). Sistem kesehatan UE berada pada “momen yang sangat kritis”, tambahnya. Sejak 2010, proporsi perawat dan dokter yang dilatih di luar negeri telah meningkat lebih cepat daripada profesional yang dilatih di dalam negeri, dengan peningkatan mobilitas yang didorong oleh meningkatnya migrasi intra-Eropa dari Timur ke Barat dan Selatan ke Utara, penelitian menunjukkan.
Migrasi tenaga kesehatan menyebabkan beberapa negara pengirim menghadapi ketidaksetaraan substansial dalam ketersediaan tenaga kesehatan di seluruh wilayah, meskipun program kedokteran penuh dengan pelajar. Temuan laporan WHO bulan September tentang tenaga kesehatan dan perawatan di Eropa menunjukkan bahwa tanpa tindakan segera, kesenjangan tenaga kesehatan dan perawatan di kawasan Eropa dapat menimbulkan bencana. Distribusi petugas kesehatan yang tidak merata menciptakan “gurun medis” – kurangnya tenaga medis atau layanan medis di wilayah geografis atau komunitas tertentu, kebanyakan di daerah pedesaan dan terpencil, terutama jika menyangkut populasi minoritas yang rentan dan terlihat di seluruh Eropa.
Andriukaitis pun menambahkan, “Jutaan orang Eropa tidak memiliki dokter umum rujukan”. Ia menyoroti kurangnya dokter keluarga dan dokter umum di daerah pedesaan, terpencil, dan terbelakang. Misalnya, sistem perawatan kesehatan Lituania saat ini kekurangan 2.000 perawat, meskipun program keperawatan penuh, dengan LRT melaporkan bahwa alasan utamanya adalah migrasi. Diperkirakan dalam 10 tahun ke depan, jumlahnya akan meningkat menjadi 3.000. Demikian pula contoh lainnya yaitu kota Le Vigan, yang berpenduduk sekitar 4.000 jiwa dan terletak di sebuah lembah di ujung selatan Massif Central, bukanlah satu-satunya kota di Prancis yang berjuang untuk menarik dokter. Tetapi skala tantangan yang dihadapinya merupakan simbol dari krisis di seluruh Eropa di mana jumlah dokter terlalu jauh, terlalu sedikit atau terlalu tua.
Hampir 7 juta orang di Prancis tidak memiliki dokter rujukan. Secara geografis, 30 persen penduduk negara itu tinggal di wilayah dengan akses yang buruk ke dokter umum, serpeti dikatakan Guillaume Chevillard, ahli geografi kesehatan dan rekan peneliti di Institute for Research and Information in Health Economics.
Andriukaitis mengatakan bahwa mengirim tenaga kesehatan dari negara anggota UE dalam pelatihan adalah suatu investasi yang mahal. Tetapi jika tidak diberikan pelatihan maka tenaga kesehatan mungkin akan bekerja pada tingkat di bawah kualifikasi mereka. Andriukaitis juga mendesak agar negara anggota penerima menggunakan tenaga profesional perawat kesehatan dari negara anggota yang lebih miskin sebagai langkah perbaikan yang cepat untuk kesehatan.