Harapan Atasi COVID dengan Pil Baru

(Business Lounge Journal – News)

Maret 2021, Pfizer telah memulai trial fase pertama untuk obat COVID-19 baru dalam bentuk pil yang membangkitkan harapan dunia. Ketika awal krisis COVID-19 meluas, para ilmuwan sangat optimis untuk mencapai prestasi walau dianggap mustahil dan kini nampaknya berhasil dalam beberapa hal penting. Selain cara mendiagnosis COVID-19 dengan alat tes COVID-19 yang murah dan andal, kini tersedia di banyak bagian dunia. Selain itu, yang paling mencengangkan adalah fakta bahwa ratusan juta orang telah menggunakan vaksin yang aman dan efektif untuk virus yang pertama kali diidentifikasi 18 bulan lalu. Semua ini adalah prestasi luar biasa dalam dunia kedokteran.

Pada Mei 2021, Sarah Read, wakil direktur Divisi AIDS di Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS (NIAID) mengatakan bahwa COVID-19 tidak akan hilang. Masalahnya saat ini banyak negara tidak memiliki akses ke dosis vaksin yang cukup untuk mendekati herd immunity. Terlebih negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, yang merupakan hampir setengah dari populasi dunia (data WHO menunjukkan bahwa negara-negara ini hanya menerima 17% vaksin COVID-19).

Negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi seperti Israel, Inggris, dan AS tingkat kasus positif menjadi rendah walau terus mengalami infeksi. COVID-19 dapat bertahan selama bertahun-tahun karena banyak yang tidak divaksinasi dan karena virus terus bermutasi, berpotensi membuat varian yang membuat vaksin menjadi kurang efektif.

Dokter dan pakar kesehatan masyarakat mengatakan tetap dibutuhkan antivirus oral. Read, yang selama setahun terakhir berfokus pada evaluasi terapi klinis untuk COVID-19 mengamati bahwa selalu ada kebutuhan untuk mekanisme perlindungan yang lain selain vaksin. Seandainya ada antivirus oral yang handal dan aman maka penderita COVID-19 dapat diterapi sejak awal perjalanan penyakit mereka. Berikan mereka antivirus oral yang aman dan yang mencegah dari kematian, serta mencegah ketegangan pada sistem perawatan kesehatan.

Membuat antivirus khusus untuk infeksi SARS-CoV-2—virus penyebab COVID-19—memang sulit. Hal ini disebabkan karena antivirus hanya efektif untuk waktu yang singkat antara infeksi dan penyakit besar. Selain itu, biasanya dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan antivirus dan memasarkannya. Seringkali, tindakan kesehatan masyarakat membasmi virus sebelum antivirus baru tersedia. Antivirus yang saat ini digunakan dinilai kurang efektif dalam menghentikan infeksi SARS-CoV-2.

Gilead Sciences berharap untuk mengubah obat antivirus Remdesivir agar dapat diberikan secara oral. Merck & Co. juga mengusahakan obat baru Molnupiravir. Obat ini sebenarnya adalah senyawa yang dikembangkan awal di Emory Institute for Drug Development untuk penyakit lain sebelum pandemi COVID-19. Kini Pfizer mulai ikut dalam perlombaan ini, mengembangkan inhibitor SARS-CoV-2 oral PF-07321332 yang memang khusus COVID.

Selama ini para dokter di Layanan Perawatan kritis di Northwell Health di New York mengatakan antivirus flu pun sangat berguna. “Kami menemukan antivirus untuk flu, seperti Tamiflu, sangat membantu,” kata Narasimhan. Ketika orang mulai memakai antivirus influenza lebih awal, katanya, “itu mengubah perjalanan penyakit dan seberapa sakit mereka.” Memiliki pil yang efektif untuk SARS-CoV-2 pastinya akan sangat membantu.