Essay: Trump dan Indonesia

(Business Lounge Journal – Essay on Global)

Donald J. Trump adalah pria dengan karakter yang unik. Siapa yang tidak kenal akan Trump? Seorang maestro bisnis bernilai miliaran dollar. Kepribadiannya dapat dikenali dari penampilannya di layar kaca, yaitu sikapnya yang straightforward, langsung ke sasaran, dan kegemarannya berbicara dengan bahasa awam; menuai pujian dari massa. Sejak 1980, namanya disebut di lebih dari 200 lagu – dengan 67 lagu rap. Trump selalu identik dengan kesuksesan, kekayaan, dan gaya hidup jet-set.

Melejitnya karir Trump hingga menjadi seorang presiden adalah sesuatu yang mengejutkan dunia. Pada 2016, Trump memfokuskan kampanyenya pada lapangan pekerjaan, imigrasi legal, penghentian perang, dan gagasan-gagasan konservatif dengan slogan “America First” dan “Make America Great Again” yang tampaknya menarik bagi banyak orang Amerika, dan membawanya sebagai pemenang sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45.

Terkait diplomasi luar negeri, sikap “America’s First” Trump lebih fokus pada mengembalikan pekerjaan yang telah dialihkan ke negara asing dan memotong pemborosan, namun tetap menekankan pentingnya diplomasi dengan sekutu tradisionalnya, termasuk Indonesia. Menurut sejarawan Robert J McMahon, hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat telah terjalin sejak 1948-1949 ketika Washington menunjukkan dukungan untuk kemerdekaan Indonesia, bahkan sampai mengancam akan memotong Marshall Plan bagi pemerintah Belanda jika tidak meninggalkan Indonesia. Hubungan ini semakin diperkuat ketika Perang Dingin mencapai puncaknya, dengan Indonesia berdiri sebagai salah satu negara di Asia Tenggara melawan efek domino komunisme yang melanda wilayah pada waktu itu.

Dewasa ini, Indonesia tetap merupakan salah satu negara sekutu terpenting Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan dengan kunjungan Wakil Presiden Mike Pence ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, dimana hubungan antara Jakarta dan Washington D.C semakin diperkuat Amerika Serikat menunjukkan dukungan kepada Indonesia selama sengketa Laut China Selatan di awal tahun 2020 dengan kontribusi yang konstruktif dan responsif terhadap upaya Asean untuk menjaga stabilitas perdamaian, termasuk saat naiknya ketegangan setempat belum lama ini di Laut China Selatan. Pada 13 Juli 2020, Amerika Serikat secara eksplisit menolak klaim ekspansi maritim Tiongkok di wilayah tersebut untuk pertama kalinya dan mengirim beberapa kapal induk ke perairan itu untuk melakukan latihan militer yang besar di wilayah tersebut.

Selama pandemi COVID-19 berlangsung, Amerika Serikat melalui pemerintahan Trump telah berjanji untuk mengirim 1000 ventilator ke Indonesia senilai $15 juta, dengan 500 ventilator pertama telah diterima per 2 September 2020. USAID juga sebelumnya telah mengirimkan dana darurat sebesar $ 2,3 juta kepada Indonesia untuk keperluan memerangi COVID-19. Bantuan sebesar $11 juta lainnya juga diberikan melalui Departemen Luar Negeri dan USAID; termasuk lebih dari $9 juta untuk kesehatan dan bantuan kemanusiaan IDA yaitu membantu Pemerintah Indonesia mempersiapkan sistem laboratorium, mengaktifkan penemuan kasus dan pengawasan berbasis kejadian, mendukung ahli teknis untuk respon dan kesiapsiagaan, dan banyak lagi. Ini juga mencakup hampir $1,5 juta dalam bantuan kemanusiaan MRA untuk pengungsi, migran yang rentan, dan komunitas tuan rumah mereka.

Amerika Serikat telah menunjukkan minat untuk merelokasi banyak perusahaan AS dari Tiongkok ke Brebes, Jawa Tengah, ditengah-tengah perang dagang yang sedang berlangsung antara AS dan Tiongkok, yang mengakibatkan banyak pabrik Amerika merencanakan relokasi. Bahkan hubungan bisnis muncul dari percakapan telepon pada akhir April 2020 antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Indonesia Joko Widodo, di mana dalam pembicaraan itu Trump mengungkapkan rencananya untuk perusahaan AS pindah dari Tiongkok ke Indonesia. Kemudian, pada akhir Juni lalu, Jokowi mengumumkan ada beberapa perusahaan yang siap hijrah dari Tiongkok ke Indonesia, antara lain produsen solar-light AS Alpan Lighting.

Pemerintah AS telah menanam investasi senilai lebih dari $5 miliar dalam total bantuan selama 20 tahun terakhir, termasuk lebih dari $ 1 miliar untuk kesehatan. Ini menunjukkan betapa ikatan antara Jakarta dan Washington DC masih tetap kuat, sebuah komitmen yang telah terjalin selama 72 tahun, dan diharapkan terus berlangsung di masa yang akan datang.

Daftar Pustaka:

http://sr.sgpp.ac.id/post/the-us-and-indonesias-independence-history-legacy-and-lessons

https://www.gatra.com/detail/news/438363/politik/berikut-sejarah-dukungan-amerika-dalam-kemerdekaan-ri

https://www.aa.com.tr/en/asia-pacific/indonesia-to-host-us-companies-relocating-from-china/1843244

https://republika.co.id/berita/qg0wz1467/amerika-serikat-datangkan-500-ventilator-untuk-indonesia

https://id.usembassy.gov/update-the-united-states-continues-to-lead-the-global-response-to-covid-19/

Michael Judah Sumbayak adalah pengajar di Vibiz LearningCenter (VbLC) untuk entrepreneurship dan branding. Seorang penggemar jas dan kopi hitam. Follow instagram nya di @michaeljudahsumbek

English version: Trump and Indonesia