Luthfi Mardiansyah, Chairman of Swisscham Indonesia Dorong Entrepreneur Indonesia Masuki Pasar Swiss

(Business Lounge Journal – Special Report)

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Swiss telah terjalin sejak tahun 1952 dan terus berkembang dan semakin kuat hingga hari ini. Kehadiran SwissCham (Swiss Indonesian Chamber of Commerce) yang berdiri pada tahun 2018 menjadi salah satu bentuknya.

Luthfi Mardiansyah, Chairman SwissCham Indonesia menjelaskan dalam sebuah exclusive interview bersama dengan Business Lounge Journal, bahwa SwissCham Indonesia merupakan sebuah asosiasi yang menaungi baik perusahan-perusahaan Swiss yang ada di Indonesia maupun perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki kaitan dengan bisnis mereka yang ada di Swiss termasuk kegiatan ekspor dan impor. Namun hal yang perlu disadari bahwa adanya perbedaan kesadaran bagaimana para pengusaha Swiss telah melihat Indonesia sebagai pasar yang merupakan target utama, sedangkan para pengusaha Indonesia belum memiliki pandangan yang serupa dalam melihat Swiss.

“Hal yang masih perlu kita kita kerjakan dan peluangnya juga masih besar, adalah eksport kita ke Switzerland,” demikian diucapkan Luthfi. “Angka eksport kita ke Switzerland hanya tergantung kepada gold metal (emas batangan). Kalau emas itu kita hilangkan, kita masih devisit,” demikian digambarkan pria yang memiliki gelar dokter ini. Ia pun menambahkan bahwa nilai import kita dari Swiss cukup besar, khususnya barang-barang farmasi dan kimia.

Ada tiga peluang yang menurut Luthfi sangat terbuka besar bagi para pengusaha Indonesia untuk dilempar ke pasar di Swiss. Pertama, precision metal. Untuk hal ini, Luthfi berargumen bahwa Indonesia mempunyai engineering yang sangat berkualitas, sementara engineering di Swiss cukup mahal. Jadi para pengusaha precision metal di Indonesia dapat memproduksi di Indonesia untuk dikirimkan sebagai supply ke pabrik-pabrik jam di Swiss atau juga beberapa alat-alat musik seperti piano dan sebagainya. Kedua, processed wood. Ini tidak sama dengan furniture, tetapi berupa penampakan-penampakan dibuat dari kayu. Ketiga, produk perikanan seperti makanan kaleng, makanan olahan yang menurut Luthfi untuk saat ini banyak dikuasai oleh Vietnam dan Thailand. “Indonesia begitu berlimpahnya sumber daya kelautan kenapa tidak bisa dilakukan dan kita juga mempunyai kemampuan itu seharusnya. Nah itu yang mau kita dorong untuk expor ke sana,” demikian penjelasan Luthfi.

Lalu bagaimana peluang untuk para young entrepreneur? Luthfi pun menjelaskan bahwa kesempatan untuk para pengusaha muda Indonesia sangatlah terbuka lebar. Salah satu Lembaga yang juga didirikan untuk membantu para pengusaha muda adalah SIPPO (The Swiss Import Promotion Programme). Lembaga ini merupakan Lembaga Swiss yang ada di Indonesia untuk membantu peninggakatan kualitas produk-produk Indonesia untuk diekspor ke negara-negara di Eropa termasuk Swiss. Dalam hal ini, SIPPO tidak hanya membantu perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga para startup yang baru memulai bisnis mereka.

Namun penting untuk menyadari bahwa para konsumen Swiss memiliki standar yang cukup tinggi. Beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan bagi mereka untuk menerima komoditas ekspor dari luar adalah quality, sustainability, pengiriman yang pasti tepat waktu, dan kualitas yang terjamin dari waktu ke waktu.

“Swisscham akan terus mendorong pemerintah juga perusahan-perusahaan Swiss yang ada di Indonesia dan mendorong organisasi ini untuk bekerja sama meningkatkan hubungan antar kedua negara,” demikian dijelaskan Luthfi.

Michael Judah Sumbayak adalah pengajar di Vibiz LearningCenter (VbLC) untuk entrepreneurship dan branding. Seorang penggemar jas dan kopi hitam. Follow instagram nya di @michaeljudahsumbek