Hendrik Susanto, CIO Traveloka: Tidak usah ke luar negeri karena ini negara besar!

(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)

“Staying local or going regional – the road ahead for Indonesia startups” merupakan salah satu topik pembahasan pada Indonesia PE-VC Summit (Private Equity – Venture Capital Summit 2020) yang diselenggarakan oleh DealStreetAsia pada Rabu, 15 Januari 2020. Dalam perbincangan singkat dengan Business Lounge Journal, Hendrik Susanto, CIO Traveloka, yang juga adalah salah satu nara sumber memberikan jawaban ketika Business Lounge Journal menanyakan bagaimana jika para startup merencanakan untuk merambah pasar luar negeri. “Jika kita sebagai orang Indonesia membuka usaha di Indonesia, ‘gak usah ke luar negeri juga cukup. Kenapa? Karena ini negara besar!” demikian dikatakan Hendrik.

Ia pun mengajak Business Lounge Journal untuk membayangkan bagaimana besarnya penduduk Indonesia yang telah mencapai 270 juta dengan GDP sebesar 1 triliun USD. Selain itu pada satu tahun ke depan, terdapat kemungkinan untuk tumbuh 5-6%.

Hendrik pun melanjutkan pemaparannya, “Indonesia itu bukan hanya besar, tetapi negaranya juga cukup kompleks. Dalam arti apa? Kita ada 34 provinsi dan Indonesia itu negara kepulauan bukan seperti China ataupun India yang mana negara satu benua. Jadi kalau mau misalnya mengirimkan barang atau logistik, dari satu pulau ke pulau-pulau lain, itu sangat kompleks.”

Jadi apakah yang menjadi saran Hendrik untuk para startup yang sedang membangun usahanya? “Bagi saya, kalau misalanya ada pengusaha muda dari Indonesia ingin membangun suatu usaha, fokus saja terlebih dulu di dalam negeri. Karena itu masa depannya,” jawab Hendrik yang juga menggambarkan seberapa besar kesempatan untuk membangun usaha di Indonesia dengan menggunakan istilah, “Berapa tinggi ceiling-nya? Tinggi sekali! Kita tidak membuat usaha itu hanya setahun atau dua tahun, bukan hanya untuk di-exit atau di-IPO-kan. Menurut saya fokus saja dulu di Indonesia!” tegas Hendrik

Namun bukan hanya bertanya masalah membangun usaha di luar negeri, akhir-akhir ini ada banyak orang yang juga menanyakan bagaimana untuk menjad unicorn. Untuk hal ini, Hendrik pun memiliki pandangan yang patut disimak. “Kalau menurut saya, ‘gak usah jadi unicorn juga gak apa-apa. Karena yang penting adalah menciptakan suatu produk atau service yang bisa menyelesaikan atau membantu orang atau masyarakat luas, apapun produk ataupun service itu. Syukur-syukur dalam membangun menjual, menawarkan service atau jasa itu, kita bisa menciptakan kesejahteraan bagi keluarga, bagi pegawai, perusahaan bisa tumbuh sehingga dapur dapat cukup makanan dan bisa menciptakan lapangan kerja.”

Hendrik melanjutkan penjelasannya bahwa di dunia ini kemungkinan terdapat 200 – 300 kesempatan untuk menjadi unicorn dan jumlah itu tidak banyak. Sehingga yang terpenting adalah bagaimana usaha dapat berjalan lancar sehingga dapat menciptakan sesuatu yang memenuhi kebutuhan konsumen dan kesejahteraaan pegawai dan keluarga sendiri.

Menutup perbincangan, Hendrik memberikan dua hal yang harus dimiliki para startup saat ini. Pertama, ketahanan mental karena startup penuh dengan tantangan termasuk untuk mendapatkan dana yang tidak segampang masa yang lampau. Kedua, fokus kepada produknya, yaitu bagaimana menciptakan produk yang sangat diminati oleh konsumen dan bagaimana cara menjual.

Business Lounge Journal/VMN/BLJ

Artikel lainnya:

Nicko Widjaja, CEO BRI Ventures: Digital Disruption

Kartini Andri Wardhani, Venturra Capital: Proses Investasi Startup

Joji Thomas Philip, Founder and EIC DealStreet Asia: The Potential in Indonesia is Massive