(Business Lounge Journal – Human Resources)
Memiliki budaya perusahaan yang hebat bukan lagi hanya pilihan. Hari ini, para karyawan telah menganggapnya sama seperti mereka mempertimbangkan gaji dan tunjangan. Bahkan, budaya perusahaan yang fantastis hampir dapat dipastikan sama diharapkan seperti manfaat tradisional lainnya.
Sementara budaya yang berlaku untuk satu perusahaan mungkin tidak berlaku untuk yang lain, Anda dapat belajar banyak dari perusahaan-perusahaan besar yang telah memiliki budaya perusahaan yang baik dan menerapkannya pada perusahaan Anda juga.
Rasanya orang tidak akan melupakan Google bila membicarakan perusahaan mana yang memiliki budaya perusahaan yang hebat. Bahkan Google telah identik menjadi sebuah budaya selama bertahun-tahun. Orang dengan mudah mengatakan ‘seperti kantor Google’ saat mereka dapat melakukan ‘kebebasan’ di tempat kerja. Banyak perusahaan serta startup pun menjadikan Google sebagai acuan ketika mereka membentuk budaya perusahaan mereka. Makanan gratis, employee trips dan pesta, bonus finansial, presentasi terbuka oleh eksekutif tingkat tinggi, pusat kebugaran, lingkungan ramah hewan piaraan dan sebagainya. Para Googler (demikian karyawan Google biasa disebut) dikenal sebagai penggerak, berbakat, bahkan yang terbaik di antara yang terbaik. Hal yang tidak dapat dipungkiri bagaimana lingkungan yang kompetitif juga melahirkan tekanan juga rasa stress.
Ketika Google telah tumbuh dan semakin berkembang, ternyata bukan hal yang mudah untuk menjaga budaya perusahaan tetap sama antara kantor pusat dan kantor satelit, serta di antara berbagai departemen dalam perusahaan. Semakin besar sebuah perusahaan, semakin banyak penyesuaian budaya yang harus dilakukan untuk mengakomodasi lebih banyak karyawan dan kebutuhan manajemen.
Karyawan Twitter tidak dapat berhenti menggaungkan budaya perusahaan mereka. Rooftop meetings yang kerap mereka adakan, rekan kerja yang ramah, serta lingkungan yang berorientasi pada tim di mana setiap orang termotivasi oleh tujuan perusahaan telah menginspirasi mereka untuk mendapatkan penghargaan.
Karyawan Twitter juga dapat mengharapkan makanan gratis di markas San Francisco, bersama dengan kelas yoga, dan liburan tanpa batas untuk beberapa orang. Semua ini juga banyak fasilitas lainnya yang Twitter berikan mungkin tidak ditemui di dunia startup dan ini membedakan Twitter. Sehingga para karyawan tidak dapat berhenti berbicara tentang betapa mereka suka bekerja dengan orang pintar lainnya. Pekerja merasa senang telahmenjadi bagian dari perusahaan yang melakukan sesuatu yang penting bagi dunia, bahkan tercipta perasaan bahwa mereka tidak akan resign hingga pekerjaan selesai.
Twitter telah membangun sebuah budaya yang sulit dikalahkan bagaimana para pekerja dapat bekerja dengan senang dan ramah satu sama lain serta mereka mencintai apa yang mereka lakukan. Karyawan telah merasakan bahwa apa yang mereka lakukan itu penting.
Sama seperti Google, Facebook juga merupakan perusahaan yang telah berkembang pesat serta identik dengan budaya perusahaan yang unik. Seperti banyak perusahaan serupa, Facebook menawarkan banyak makanan, opsi saham, ruang kantor terbuka, binatu di tempat, fokus pada kerja tim dan komunikasi terbuka, suasana kompetitif yang mendorong pertumbuhan dan pembelajaran pribadi dan manfaat besar.
Namun, Facebook memiliki perjuangan yang sama dengan perusahaan sejenis: industri yang sangat kompetitif mengarah ke tempat kerja yang terkadang penuh tekanan dan kompetitif. Selain itu, struktur organisasi yang organik yang cocok untuk organisasi yang lebih kecil ternyata kurang berhasil ketika perusahaan bertambah besar.
Untuk memenuhi tantangan ini, Facebook telah menciptakan ruang konferensi, memiliki gedung terpisah, banyak ruang outdoor untuk istirahat bahkan untuk para pihak manajemen bekerja (bahkan Mark Zuckerberg pun ikut bekerja pada ruang outdoor bersama dengan karyawan lainnya). Ini memang telah menjadi strategi Facebook untuk melahirkan rasa kesetaraan di antara kentalnya rasa persaingan.
Adalah penting untuk memperhatikan budaya perusahaan seperti apa yang Anda ciptakan pada perusahaan Anda. Hal ini akan berdampak tidak hanya para karyawan Anda namun juga para pelanggan Anda.
Ruth Berliana/VMN/BL/Managing Partner Human Capital Development